Kembali ke 1998

39 10 0
                                    

5.00

Terlalu pagi untuk berpergian. Suara deru mobil bersamaan dengan hawa panas yang keluar dari kenalpotnya membuat sedikit polusi di pagi hari. Keluarga Arkanaya bersiap dengan barang-barangnya, liburan kali ini akan mereka habiskan di rumah nenek tercinta. Rumah bercat abu-abu muda dengan gaya klasik yang terletak dipinggir jalan penuh pepohonan rindang selalu memberikan rasa sejuk dikala panasnya siang.

Karin Arkanaya, gadis berambut sebahu itu mengenakan dress motif bunga berwarna orange selutut, duduk di jok kedua dengan earphone tertancap di telinganya. Sejujurnya ia lebih ingin menghabiskan liburannya di pantai seperti halnya teman-teman yang lain, Namun Arya, Ayahnya, bersih keras untuk berlibur di rumah nenek.

Dengan raut wajah datar Karin menikmati perjalanan hanya berdua, dengan earphonenya. Musik yang mengalun di kupingnya membuatnya sekejap lupa akan dunia nyata dan hanyut ke dalam musik sekaligus membuatnya tuli dari panggilan mamanya.

"Karin!" panggil Dina, Mama Karin. Namun Karin masih memejamkan matanya berimajinasi dalam alunan musik, "pah, liat tuh anakmu ngambek pengen ke pantai, mama panggil panggil ga nyautin."

Arya melihat anaknya sekilas lalu beralih melihat Dina, "ngambek dari mana? Orang dia tidur kok, kamu kali yang pengen ke pantai." Ucap Arya menggoda istrinya.

Dina hanya berdecik malas mendelik pada suaminya, Arya hanya bisa tersenyum melihat kelakuan istrinya. Arya membuka ponselnya lalu mengetikan sesuatu setelah itu Karin langsung membuka matanya lalu melihat ponselnya.

"ada apa ma?" tanya Karin. "papa bilang mama manggil aku tadi, ada apa?" tanya Karin lagi, datar.

"kamu jangan dengerin musik terus, nanti telinga kamu rusak gimana?" ucap Dina dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan.

Karin pun melepaskan earphonenya dan ponselnya di jok sampingnya. Karin adalah anak tunggal, tidak ada adik atau kakak, sepi. Teman setianya hanyalah musik.

"Karin," panggil Arya pada putrinya yang dijawab dehaman putrinya. "kamu kasian ga sih sama nenek? Tinggal sendiri, kakek udah ga ada, pasti nenek ngerasa kesepian di rumah," Arya menjeda perkataannya memberikan Karin waktu untuk memikirkan kata-katanya.

"kalau papa sama mama udah tua nanti, papa sama mama pengen kamu sering sering nengok kita, maka dari itu papa sama mama mau menanamkan kebiasaan ini." jelas Arya.

"ya lagi pula kamu ga akan sendiri, karena kita semua, keluarga besar Arkanaya berkunjung ke rumah nenek." Ucap Dina.

"iya pa ma." Ucap Karin kemudian tersenyum.

Selanjutnya perjalanan mereka dihiasi oleh cerita-cerita masa lalu Dina dan Arya juga candaan candaan kecil yang dilontarkan oleh Arya.

Rumah nenek tak begitu jauh, kurang dari sejam mereka telah sampai di rumah nenek. Setelah memasukan mobil di halaman yang berdampingan dengan mobil Rian. Arya dan Dina menurunkan barang-barangnya, sedangkan Karin langsung memasuki rumah nenek.

"ehh.. Karin, wiihh udah gede yaa pokanan tante" ucap Tian.

Karin tersenyum pada tantenya itu tak lupa juga mencium tangan tantenya. "Gilang, Safa mana tante?"

"main ke rumah nenek kok malah cari Gilang sama Safa, nenek ga dicari nih?"

"nenek!" Karin langsung memeluk tubuh neneknya yang terlihat bugar itu. "nenek apa kabar?"

Mereka melepas peluk rindu itu. "nenek baik, apa kabar cucu cantik nenek?

"Karin baik nek. Aku mau curhat banyak... banget sama nenek." Ucap Karin.

PotretWhere stories live. Discover now