Bertemu Ayah

12 9 0
                                    

Sepulang dari sekolah, seperti janji Dina, mereka berdua mampir ke salah satu kedai bakso yang menurut Dina enak. Karin dan Dina langsung memesan masing-masing satu porsi Bakso.

"ma Karin boleh tanya?" tanya Karin pada mamanya selagi mereka menunggu pesanan.

"hm? Apa?" tanya Dina.

"kenapa mama tidak suka makan roti dari papa? memangnya papa tidak pernah tahu ya kalo selama ini rotinya tidak pernah dimakan sama mama?" tanya Karin.

Dina terdiam sejenak, "memangnya mama tidak cerita di masa depan?" tanya Dina.

Karin menggeleng.

Dina membenarkan duduknya, "papamu itu playboy, alasan mama tidak mau makan rotinya karena ada mantan pacar papamu, dia itu selalu cerita bahwa papamu sudah punya istri jadi mama takut salah, ya sudah mama tidak makan roti itu. Pernah suatu kali papamu tahu, dia hanya berlalu pergi, namun keesokannya memberikan roti lagi tanpa bertaka sepatah kata pun." Jelas Dina.

Bakso yang keduanya pesan sudah datang, Dina menambahkan sambal, kecap, dan cuka, sedangkan Karin hanya memberikan perasan jeruk nipis saja.

"mama harus terima papa, bagaimana pun caranya." Ucap Karin.

"kamu itu ngotot sekali kenapa sih?" tanya Dina mulai kesal.

"kakek bilang, kehadiranku jangan sampai merubah sejarah. Jika kehadiranku membuat mama dan papa tidak menikah maka aku tidak aka nada di dunia ini ma." Jelas Karin.

Dina terdiam, ia tidak berpikir sampai ke sana. Sebenarnya Dina menyukai kegigihkan Arya, namun ada beberapa hal yang harus ia pertimbangan sebelum menerima Arya, ia tidak bisa langsung menerima Arya terlebih mantan Arya yang terus menghantui keseharian Dina, Dina pun semakin bimbang untuk menerima Arya.

"ma.. di masa depan mama cerita bahwa sebenarnya papa tidak punya istri, mama membuktikannya sendiri dengan main ke rumah papa." Jelas Karin masih fokus pada baksonya.

Dina menghentikan aktivitasnya, ia sungguh tidak berpikir ke sana, namun perkataan Karin ada benarnya, jika ia ingin tahu ya buktikan dengan melihatnya sendiri bukan percaya pada kata-kata orang lain yang sangat meyakinkan.

Detik itu juga Dina menyusun rencananya untuk berkunjung ke rumah Arya, namun sebelum itu ia merencanakan bagaimana caranya meminta Arya untuk datang ke rumahnya.

Dina menyuapkan sesendok bakso ke dalam mulutnya berharap sesendok bakso itu dapat memuncukan ide cemerlang di kepalanya.

"ah! Bukannya hari ini mama harus mengajak ayah ke rumah?"

UHUK!

Dina tersedak, Karin melototkan matanya lalu mengambil air teh yang ada di atas meja untuk diberikan ke pada Dina, Dina meneguknya hingga tandas.

"ma, aduh maaf yaa.. habis Karin.."

"udah ga usah dibahas lagi, kamu udah selesai makannya? Kamu bisa pulang sendiri? Mama harus kerja." Ucap Dina.

"hmm.. mama bisa minta kakek jemput Karin tidak? Karin mau pulang sama kakek." Pinta Karin.

Dengan rasa malas dan memutarkan bola matanya Dina membuka telepon genggam jadul lalu mulai menelpon Arkanaya.

"halo? Jemput Karin yah. Di bakso Pak Kumis." Dina pun menutup telponnya seelah berbicara singkat pada ayahnya. "tunggu saja, kakek sebentar lagi datang." Ucap Dina.

Karin mengangguk lalu memainkan jarinya, seketika saja ingat anak lelaki yang menatapnya tadi, lalu Karin pun tersenyum. Lelaki dengan kulit sawo matang, rambut dan baju seragam yang rapih, menatapnya datar membuat hati Karin tergelitik untuk tersenyum.

PotretWhere stories live. Discover now