Bab 1

161 5 5
                                    


Selamat datang di dunia abu-abu yang nyatanya lebih mengasikkan. dunia yang belum terlalu berat memikirkan gejolak dunia yang main tak berwibawa ini. dunia abu-abu yang naif, kekanakan, dan labil.

Selamat membaca para readers pecinta abu-abu

.

.

.

...................................................


Bab 1

"Kamu adalah bongkahan gletser yang abadi. percayalah! hanya aku yang mampu menghadapimu."


Kring..........

Suara bel sekolah memekakan telinga para siswa yang tengah berkutat di dalam kelas. Sorak sorai para siswa-siswi itu nampaknya lebih nyaring dari bel sekolah. Hingga membuat para guru yang mengajar telinganya sakit.

Tentu saja semua bahagia karena itu bel pertanda pulang. Mereka seketika menutup buku pelajaran masing-masing dan memasukkannya ke dalam tas. Nampak cewek dengan rambut di kuncir kuda, alis tebal, kulit putih susu, dan mata yang indah itu tenang tak seperti siswa lainnya. Bahkan teman sebangkunya sekaligus sahabat karibnya itu tak heran lagi dengannya.

"Rindu...." Yap!! Namanya Rindu, Rindu Magenta. Cewek yang cueknya setengah mampus itu masih asik dengan tulisan di bukunya. Dia sama sekali tidak ingin ketinggalan satu kata pun dari materi yang di tulis oleh bu Endang di papan tulis.

"Rindu..." panggil Adisti, sahabat dan teman sebangkunya itu lagi.

"Hm..." jawabnya singkat tanpa menghentikan tarian jemarinya itu.

"Elo nggak pengen pulang?"

"Masih nulis." Jawabnya lagi. Adisti menggelengkan kepalanya pasrah dan melanjutkan kegiatannya beres-beres.

"Baiklah, pelajaran hari ini saya akhiri, wassalamualaikum dan selamat siang setengah sore." Ujar bu Endang dan keluar begitu saja.

Tampak Rindu sudah menyeleseikan tugasnya dan memasukkan buku dan alat tulis lainnya ke dalam tas. Adisti masih setia menunggunya duduk di sampingnya.

"Udah?" tanya Adisti memastikan yang hanya di jawab anggukan oleh Rindu. Cewek ini memang irit bicara. Begitulah Rindu di kenal oleh teman-temannya di sekolah.

"Pulang yuk." Ajak Adisti. Rindu menatap sekeliling kelas yang ternyata sudah bersih tanpa penghuni kecuali mereka berdua.

"Gue masih mau mampir perpus."

"Ya ampun....ini udah jam 2 dan lo masih mau belajar disana?"

"Siapa yang mau belajar?" tanya Rindu balik sembari mencangklong tasnya dan berdiri beranjak keluar di ikuti Adisti.

"Terus lo mau ngapain ke perpus?"

"Mau bantuin mbak Yuni nempelin kode catalog di buku. Lo lupa? setiap hari kan selalu ada perwakilan dari setiap kelas buat bantuin di perpustakaan, dan perwakilan itu di khususkan untuk ketua kelas setiap kelas. Dan hari ini hari senin, jadwal gue bantuin mbak Yuni." Adisti manggut-manggut. Dia sampai lupa kalau sahabatnya ini adalah ketua kelas.

"Oh iya ya, kok gue sampek lupa ya?" Adisti menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Rindu hanya menggeleng tak tahu dengan pikiran Adisti ini.

"Terus hari ini jadwalnya siapa aja selain elo?"

"Kelas 10-IPS1, 10-IPA1, 10-IPA2, 10-Bahasa1, 11-IPS-"

"Aisshhh ya udahlah, pusing gue denger lo ngomong. Udah kayak ngafalin rumus fisika tau, lancar bener." Potong Adisti membuat Rindu berhenti menyebutkan nama-nama kelas.

Find YouWhere stories live. Discover now