Prolog

55 3 0
                                    

"Hai! Namaku Fathimah. Kalau kamu ingin berkenalan dengan perempuan dengan tipe kepribadian paling langka di dunia, akulah orangnya."

Orang-orang sering memanggilnya Ima. Gadis dewasa awal berkepribadian INFJ yang punya cita-cita menjadi penulis andal sekaligus konselor pernikahan. Katanya, ia ingin menulis untuk mencerdaskan pemikiran para remaja. Ia ingin menulis agar buku-buku yang ada di Gramedia tidak dipenuhi kisah-kisah galau semata. Ia teramat ingin menulis. Menuliskan resep obat patah hati yang selama ini dicari-cari.

Katanya pula, dirinya ingin menjadi konselor pernikahan. Ingin sekali menyelamatkan banyak pasang manusia yang telah disatukan dari perceraian. Pun benar-benar ingin merayu buah hati mereka agar tidak lagi nakal. Mungkin memang benar kata MBTI. Ima punya empati yang tinggi.

Saat ini, Ima sedang menempuh studi S1 di jurusan psikologi. Barangkali ia mengira, bahwa dengan belajar psikologi, dirinya bisa dengan mudah menjadi sebab kebaikan. Menjadi penyembuh luka bagi semesta, pun dirinya sendiri. Iya, dulu Ima pernah hampir mati. DIbuat mati suri oleh kekasihnya sendiri.

"Yaps. Aku adalah seorang gadis yang (kata orang) punya hati yang lapang. Dan kalau kamu ingin tahu cara melepaskan cinta untuk meraih cita, akulah pakarnya. Haha." Begitulah gaya tengil Ima saat bercanda dengan teman-temannya.

Humoris, tapi sebenarnya super kalem. Barangkali, seperti itulah penilaian orang lain terhadapnya. Orang-orang yang memiliki alis tinggi-tebal memang begitu. Mereka memiliki sisi humoris yang jarang dimiliki orang lain. Pandai sekali membuat orang-orang terdekat mereka tertawa. Begitu pun dengan Ima. Bentuk alisnya yang tinggi-tebal membuatnya memiliki karakter yang tidak beda jauh dengan orang-orang dengan alis tinggi-tebal lainnya.

Namun siapa sangka, di balik senyumnya yang terus mengembang, sebenarnya jiwanya rapuh. Mudah sekali menangis. Sebagian besar air matanya dihabiskan untuk meluapkan rindu. Sedang sebagian lainnya untuk sesuatu yang lain. Menangisi kehilangan misalnya.

"Yaps. Aku memang cengeng. Tapi itu dulu. Sebelum diriku berhasil mencintai kehilangan."

"Kemarilah kawan! Akan kuajari dirimu cara menghentikan tangisan bila bukan untuk Tuhan."


#Grasindostoryinc

Diary FathimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang