Keluarga yang harmonis

1.1K 26 0
                                    

Dulu

Ini yang saya ingat waktu usiaku menginjak umur lima sampai enam tahun.

Saat itu aku melihat bapak dan ibuku bertengkar, hanya bercekcok saja sebenarnya, tapi bagiku itu adalah sebuah pertengkaran yang besar, karena mereka bercekcok dengan suara keras hingga kupingku menjadi bingar.

"Inilah hidup, seburuk apapun itu kita harus menjalani dengan sungguh-sungguh, pasti akan ada sebuah jalan keluar"
Tapi tidak bagiku.

Waktu demi waktu terus berjalan seperti hari-hari biasa. "Keluarga kecil yang bahagia" Mungkin itu yang dikatakan orang ketika melihat keluarga kami, tapi tak melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Bulan demi bulan pun terlewati.
Ibuku, seorang wanita yang paling kucintai dan kusayangi, sedang mengandung adikku yang baru beberapa bulan.
Saat itu juga aku mulai meninggalkan rumahku yang sekarang dan pindah kerumah yang baru, disebuah perumahan pinggiran kota.

Ohh iya, ngomong-ngomong soal bapak. Bapak hobi bermain motor trail, setiap minggu bapak selalu meluangkan waktu untuk sekedar menarik kencang gas motornya dilintasan antara hutan belantara bersama kawan-kawannya yang sehobi dengan bapak. Ditahun 2010 waktu nenek meninggal, bapak berhenti bermain motor trail, itupun disuruh ibu karena jarang pulang kerumah. Pekerjaan bapak adalah seorang supir truk pengangkut pasir dan bahan material, tapi milik sendiri. Juga memiliki toko material dirumah, ibukku yang menjaganya. Aku dan ibuku sering ditinggal dirumah, sedangkan bapak bekerja mencari nafkah untuk membiayai kehidupanku juga ibuku, karena letak untuk mengambil material berada tepat dilereng Gunung Merapi, perlu waktu 1-2 hari untuk bapak kembali pulang.

Itulah yang kukhawatirkan tentang bapak.

*nada lagu Om Mac donald punya ternak/ Old Mac donald had a farm

"La la la la laa"
"Bapak datangg membuka pintu"
"Tersenyum aku juga ibu"
"La la la la laa..."

"Bapak pulang dengan muka lesu"
"Ibu datang membawa minum"
"Senang hatikuu..."

"La la la la laaa..."

Seiring kandungan ibu yang kian membesar, senang aku, karena tidak ada pertengkaran. Aku senang.

Hidup diperumahan telah habis! Akhirnya kami pun memutuskan untuk pindah lagi kerumah baru dipinggir kota, rumah yang sampai sekarang ku tinggali dengan ibu, adikku, dan beberapa kucing peliharaanku. Tidak dengan bapak.
Umur kandungan ibuku menginjak pada bulan ke-tujuh, dimana akan lahir sebuah sosok baru penghias rumah kecil sederhana yang akan menjadi kebanggaan keluarga.

Hari berjalan dengan sendirinya, keluarga ini masih baik-baik saja.

"Terima kasih Tuhan, keluargaku bahagia."
Itulah kata-kata yang ku ucapkan sebelum hari dimana hari ibuku melahirkan adikku.

Sebulan hari menjelang adikku lahir, bapak giat bekerja mencari uang membiayai untuk persalinan ibu nantj, waktu kerja tidak seperti dulu 1-2 hari lalu pulang, tetapi hingga 3 hari lamanya.

Firasatku semakin tak menentu.

****

Dulu bapak dan ibu menikah karena dijodohkan oleh nenek, atau ibu dari ibuku. Waktu ibu masih kuliah dan bapak sudah kerja saat itu, aku suka dengan ibuku, akupun se hobi dengannya, yaitu mendaki gunung.
Ibu sosok panutan pertama kali bagiku tentang alam.

Keluarga ibu dan keluarga bapak pun hubungannya tidak baik-baik saja, mereka sudah tidak menyukai satu sama lain, ada yang bilang keluarga bapak begini, ada yang bilang keluarga ibu begini.

"Ahhh persetan dengan kalian. Mau tidak suka, mau bermusuhan seperti apapun, aku tidak peduli, yang penting aku hidup enak!"
Batinku saat mendengar cerita bahwa kedua keluarga ini tidak baik baik saja.

Saat itu pikiranku belum luas, mungkin hanya seperempat dari pada sekarang hahahaha...

Bapak dan ibu akhirnya menikah, memulai usaha dari nol, dan aku adalah anak pertama dari mereka. Anak laki laki, yang sangat mirip seperti bapak, tapi aku tidak ingin meniru sifat bapak yang dulu.

*****

Aku, Dan Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang