Adikku lahir kedunia

592 15 3
                                    

10 Desember 2008

Selepas ba'da Isya hampir pukul 20.00
Bayi perempuan mungil berambut tebal, beralis tajam, bibir kecil yang mengeluarkan rengekan pertama kalinya, dengan mata yang sayu untuk melihat dunia baru yang ia datangi baru saja.

Ya, ibuku melahirkan adikku, yang sekarang menginjak SD kelas 4. Keluargaku bergembira, semuanya berbahagia, karena mendapat anugerah yang dititipkan Tuhan pada keluarga kecil kami. Adikku tumbuh pesat, belum genap setahun dia sudah bisa berjalan dengan lancar, bapak, ibu, dan aku senang melihatnya.

Adikku bernama Tania Nafisa Maharani Putri, biasa dipanggil Icha. Entah dapat sebutan dari mana nama Icha, aku heran sampai sekarang hehehe.

Setelah adikku lahir, kehidupan keluarga yang sebenarnya baru akan terjadi.

Semuanya baik-baik saja saat adikku datang ke dunia, keluarga yang tenang tidak ada pertengkaran. Kami sering berlibur, ber akhir pekan untuk memperlihatkan bagaimana dunia ini kepada adikku saat ia masih kecil, entah itu ke kaki-kaki gunung, pantai-pantai, dan perkotaan. Saat itu bapak dan ibu masih seperti biasa.

Tapi aku tidak pernah melihat bapak dan ibu pergi berdua saja. Entah apa yang disembunyikan padaku.

Semuanya berjalan seiring waktu, bapak bekerja, ibu dirumah menjaga adik, dan aku seperti hari-hari biasa, sekolah. Bapak sering pulang kerumah waktu itu, bekerja satu hari lalu pulang, untuk sekedar melihat bagaimana kondisiku dan adikku, entah dengan ibu. Dengan memberi beberapa uang saku dan tagihan spp sekolah yang kadang masih nunggak nunggak.

Saat dunia tengah asyik dengan kepentingannya masing-masing, aku kerap termenung, mungkin dipojok kamar, diteras rumah, diatap-atap rumah sekedar untuk melihat senja tenggelam dengan sinarnya yang memburai. Dan aku semakin terbenam.

****

Aku belum mengenal tebing-tebing tinggi, puncak-puncak gunung sunyi, dan lebatnya belantara sepi saat itu. Belum mengenal apa itu petualang dan hebatnya sebuah petualangan.

Aku, seorang anak laki-laki yang hanya tau bermain dengan kawan hingga adzan maghrib berkumandang menandakan untuk pulang,mandi, dan segera melakukan ibadah dimasjid setiap harinya.

Tidak ingin tahu semua permasalahan yang ada dirumah, dimanapun aku berada, dan didunia.

Aku hanya ingin tau tentang bermain, bergembira, dan apa yang menjadi permintaanku akan diberikan.

Namun, kita hidup di tengah kesementaraan segala. Semua hanya sementara, fana.

Sudah, usah risau. Hidup akan mengajarimu untuk terus berjalan.

****

Aku, Dan Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang