8

7 1 0
                                    

Suasana pagi dipegunungan tak terlewatkan oleh mereka, setelah kabut hilang mereka menyusuri jalan setapak dikebun teh dipuncak. Kesempatan ini tak terlewatkan oleh mereka untuk mengabdikan dikamera hp mereka masing-masing.

Cekret!!.

Kamera Alex berhasil mengambil foto Rani yang melamun.

"Eh!” Rani terkejut Alex mengambil fotonya tanpa aba-aba.

"Bagus juga hasilnya”komentar Alex. "Muka lo jelek kalo ngelamun” ejek Alex.

"Eh siniin!”seru Rani penasaran.

"Nih” Alex memperlihatkan cepretannya.

"Ih jelek banget hapus nggak” ancam Rani.

"Enggak mau”tolak Alex.

Evan merasakan dada nya sesak melihat keakraban rayni dan Alex sebenarnya tadi ia malas ikut jalan-jalan ini tapi Rama memaksanya untuk ikut dengan alasan ingin melihat taman surga dan dengan berat hati pada akhirnya Evan harus melihat kemesraan Alex dan Rani.

Rama memperhatikan Evan yang dilanda cemburu. Ia ikut prihatin tapi mau bagaimana lagi Rani terlihat bahagia bersama Alex hal itulah yang membuat Evan tak bisa berbuat apa-apa.

"Kamu kenapa Rama kok diem aja?” tanya Violet yang sedari tadi dianggurin Rama.

"Eh nggak kok cuma ngagumin pemandangan ini” jawab Rama asal.

"Kita foto yuk”ajak Violet tak mengerti keadaan yang terjadi.

Rama tersenyum lemah ia hampir lupa dengan kehadiran Violet disampingnya. 'Kasihan juga Vi ini kan liburan.' Ujar Rama dalam hati.

……………………

Angin malam menyapa dengan lembut sosok Evan yang duduk ditaman vila seorang diri. Evan tak memperdulikan hawa dingin yang mulai merayap ke tubuhnya, permainan harmonikanya membuat perasaanya semakin menjadi-jadi sakit tercabik-cabik memang cinta itu bisa sesakit ini.

"Udara makin dingin. Lo nggak masuk nanti sakit lagi”suara Rama menghentikan permainannya.

"Bentar lagi gue masih betah disini”sahut Evan kembali memainkan harmonikanya.

Rama ikut nimubrung disamping Evan. "Lo udah bilang sama Rani tentang perasaan lo?” tanya Rama meski ia sudah tau jawabannya.

Evan menghentikan permainannya lagi. Ia tak segera menjawab pertanyaan Rama.

Evan memandang langit yang terlihat gelap. “Gue nggak berhak nyatain rasa gue ke Rani” ujar Evan menoleh ke Rama.

"Maksud lo?”tanya Rama tak mengerti ucapan Evan.

"Dulu gue pernah berjanji kerani gue akan jagain dia dan nggak akan biarin orang lain nyakitin dia. Dan kalo gue bilang tentang rasa gue ke Rani itu sama saja gue nyakitin dia Ram” jelas Evan.

"Gue nggak paham apa yang ada diotak lo Van lo rela sakit demi Rani sebegitu besarkah rasa cinta lo ke Rani?” tanya Rama.

"Lo juga tadi lihat kan betapa Rani bahagia dengan Alex hal itu buat gue sakit, gue cemburu tapi, gue juga nggak bisa maksain rasa gue ke Rani, gue lega akhirnya ada seseorang yang bakal jagain Rani saat gue nggak ada” jelas Evan.

"Tunggu dulu maksud lo apa jagain Rani saat lo nggak ada?” tanya Rama semakin tak mengerti dengan ucapan sahabatnya itu.

"Gue mau pindak ke LA”jawab Evan singkat tapi cukup untuk membuat Rama terkejut.

“Apa?! Tap, tapi kenapa mendadak sih Van” yrama tak tau harus bicara apa. “Sebegitu sakitkah sehingga lo harus pergi?” tanya Rama.

"Bukan karna masalah ini aja kok Ram sudah lama juga gue udah mau pindah” jelas Evan. "Cuman gue belum bisa ninggalin Rani tapi sekarang setelah ada Alex gue rasa saatnya gue pergi” lanjut Evan.

Mawar PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang