06 • The Day after New Year

2.6K 524 84
                                    

Semalam merupakan malam yang panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semalam merupakan malam yang panjang.

Tak kusangka aku berakhir dengan bermalam lagi bersama Joshua.

Joshua?

Rasanya aneh sekali ketika aku memanggilnya begitu. Sejak telepon dari ayahnya yang ia matikan, Jisoo diam seribu bahasa. Bahkan saat kami turun dari atap ia tak mengucapkan satu patah katapun. Aku bingung harus melakukan apa sehingga aku memutuskan untuk pulang dan membiarkannya menenangkan pikiran, tapi ia mencegahku.

Aku tak bisa ikut campur dalam urusan keluarganya, itu bukan hakku. Solusi pun sama sekali tak terlintas di otakku karna aku masih tidak mengerti keseluruhan ceritanya. Jisoo hanya memberitahuku melalui sudut pandangnya, aku harus pandai memahami situasi dari kedua belah pihak.

Jisoo sedang kesal dan gelisah.

Mana mungkin aku melemparinya dengan berbagai pertanyaan?



Kami tidur di kamar Jisoo, di atas kasur berukuran normal dengan sprei putih bersih yang membalutnya. Saling berhadapan di dalam satu selimut. Kami tak melakukan apapun, ia hanya memintaku untuk tidur dan menghadap ke arahnya.

Kusentuh pelan matanya yang tertutup rapat, lalu ujung jariku turun hingga menyentuh dagunya. Kulakukan berulang kali tanpa ia sadari, karna kurasa dia sudah tertidur pulas. Tiba-tiba aku merasa cemas, bagaimana nantinya jika Jisoo berhasil ditemukan? Segala sesuatunya tidak dapat kurespon dengan cepat.

Bahkan aku juga baru tahu pemilik perusaan tempatku bekerja ialah milik pamannya.

Iya. Pimpinan perusahaanku ialah pamannya. Dan beliau pernah disekap karna alasan pelarian Jisoo. Kurasa ini terjadi sebelum aku menjadi karyawan disana, karna akupun tak mendengar gosip aneh mengenai hal tersebut selama ini.



"Mendekatlah, Eung Kyung." Aku sedikit beringsut ke belakang mendengar suara beratnya yang tiba-tiba menusuk indra pendengaranku. "Peluk aku."

"Kau belum tidur?" Bodoh. Jelas saja belum, jika sudah ia tak akan berbicara seperti ini. Nada bicaranya terdengar jelas, bukan seperti orang mengigau. Itu artinya dia menyadari saat aku menyentuh kelopak matanya.

"Tidak bisa tidur. Jantungku berdetak lebih cepat sejak ayahku menelepon."

"Kau takut?" tanyaku, mendekatkan diri dan memposisikan tubuhku lebih dekat dengannya. Tangan kiri Jisoo memelukku, dan tangan kanannya kugunakan sebagai bantal. Aku bisa merasakan kehangatan yang ia berikan dan aku memang mendengar suara jantungnya.

"Rumah ini pertahanan terakhirku selama beberapa tahun terakhir. Ayahku tak pernah bisa melacak rumah ini karna sudah kumodifikasi agar tak ada sinyal pengintai apapun yang bisa menembusnya." Jisoo menjawabku pelan, dan lagi-lagi aku sadar betapa kayanya Jisoo. Membeli peralatan modern anti penyusup seperti itu bukanlah hal enteng, aku tak bisa menaksir berapa harga yang ia keluarkan untuk itu.



DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang