04 • Small Talk

2.9K 537 53
                                    

Beberapa jam lagi awal bulan Januari datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa jam lagi awal bulan Januari datang. Kurasa ini tahun baru pertamaku di Seoul, sebelumnya aku selalu menghabiskan detik-detik pergantian tahun di Busan dengan memanggang daging bersama orang tua dan saudaraku. Kali ini berbeda, aku memutuskan untuk tidak pulang ke Busan sementara waktu. Kebetulan juga ayah dan ibuku akan pergi ke Daegu untuk menginap di rumah paman.

Aku tak menceritakan apapun mengenai Jisoo pada ayah dan ibu. Jika mereka bertanya mengenai hal-hal apa saja yang terjadi selama beberapa bulan ke belakang di Seoul, aku hanya akan bercerita mengenai betapa menyenangkan pekerjaanku saat ini. Aku hanya ingin menikmati hari yang kulewati bersama dengan Jisoo tanpa ada orang lain yang tahu. Kurasa hal tersebut dapat membuat kebersamaan kami lebih berkualitas.

Malam itu kami berakhir menginap di gudang kantor. Jisoo membawa alas tidur dan selimut yang ia simpan di dalam mobilnya. Kami berdua melihat bintang bersama, menatap langit-langit gudang sambil bercanda.

Iya, aku memang tidak berbohong.

Langit Seoul memang gelap dan cuaca di luar yang bersuhu rendah tak memungkinkan untuk kami melihat taburan bintang. Tapi Jisoo tetaplah Jisoo. Dia sudah mempersiapkan benda semacam lampu tidur berbentuk bulat yang mana jika dihidupkan sinarnya akan memantul ke atas, menyinari langit-langit gudang dengan semburat warna langit saat malam disertai dengan bentuk bintang dengan berbagai ukuran.

Tautan tangan kami tak pernah lepas hingga pagi menjelang. Dan paginya kami masih bersama untuk mencari sarapan.



"Hei..."

Telapak tangan Jisoo menyentuh puncak kepalaku dan segala pemikiranku buyar seketika. Sial. Masih saja aku terbayang mengenai malam saat kami bercanda bersama di gudang.

"Ayo, makan! Nanti malam kita punya banyak acara." gertak pria yang kini ada di depanku, memanggang daging dengan serius. Suara desisan terdengar jelas memenuhi indra pendengaranku dan sontak aku menyadari bahwa aku memang kelaparan.

"Kita akan kemana?" tanyaku dan segera membantunya menuangkan minuman. "Rasanya beberapa hati terakhir aku seperti tak punya rumah, hampir dua puluh empat jam kita selalu bersama."

"Jangan berlebihan, kau masihlah punya waktu pribadi untuk ke kamar mandi, aku tak pernah mengikutimu."

Lucu?

Tidak juga.



Aku mencibir ucapan Jisoo yang tak masuk akal. Rasanya masih saja asing tiap kali aku bersamanya. Aku merasa baru seminggu yang lalu bertemu dengannya untuk survei konten, tak menyangka sama sekali hari ini aku bisa duduk di hadapannya dan memandang langsung dengan waktu yang sangat lama.

"Jisoo?" panggilku tiba-tiba.

"Hm?" Jisoo menjawab dengan mulut yang penuh dengan makanan, matanya masih sibuk memegang gunting untuk memotong daging.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang