09 • Final

3.1K 532 155
                                    

31 Desember, New York, USA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

31 Desember, New York, USA.

Suhu udara disini mencapai enam derajat celcius, dan kemarin saat aku dan melakukan siaran bersama teman-temanku di dekat gedung percetakan, kami terpaksa pulang karna udara terlalu dingin dan presdir berpesan bahwa kami harus membatalkan kegiatan di luar ruangan jika cuaca memburuk.

Rasanya aneh mengingat presdir perusahaanku merupakan paman Jisoo, yang dulu pernah disekap karna ayah Jisoo mengira ia menyembunyikan anaknya. Padahal aku bisa saja bertanya padanya bagaimana keadaan Jisoo di Amerika, pasti dia tahu sekelumit informasi mengenai hal tersebut. Tapi aku siapa dengan beraninya bertanya?



Lagi-lagi Jisoo.

Kenapa otakku selalu terkontaminasi oleh namanya?

Dan ngomong-ngomong, kemarin hari ulang tahunnya, ini sudah kesekian kalinya aku tak mengucapkan apapun padanya. Harapanku agar Amerika bersikap baik padaku saat aku datang kemari tampaknya sia-sia. Salju mulai turun dan tiap bulirnya kembali membuka kenangan lamaku, bagaimana kami saling menghangatkan diri dengan memeluk satu sama lain dan berakhir dengan tatapan yang saling mengungkapkan perasaan kami.

Jujur, aku rindu melakukan itu semua.

Meskipun aku melakukannya bersama Seungcheol rasanya sangat berbeda. Ada titik dimana kenyamanan itu hanya bisa kutemukan pada diri Jisoo, bukan orang lain. Dan kurasa orang lain tak akan pernah bisa menggantikannya.



Bosan aku berada di kamar hotel sendirian karna Hye Rin masih keluar untuk membeli makanan hangat. Beberapa menit yang lalu Seungcheol menelepon, dia banyak bercerita mengenai persiapan acara untuk pertunangan kami.

Pria itu sangat bersemangat, dan lihat aku disini, berpura-pura dan terus berbohong padanya bahwa aku bahagia. Aku memang bahagia, tapi tidak sepenuhnya. Harusnya aku lebih memaksa diriku sendiri. Rasanya seperti aku menjadikan Seungcheol sebagai pelarian semata.

Kuhidupkan layar televisi, mencoba menemukan hiburan untuk mengurangi rasa bosanku yang sudah tak tertahan. Sendiri di kamar hotel saat salju sedang turun bukanlah hal yang menyenangkan. Seharusnya aku lebih memanfaatkan waktuku untuk menjelajah daerah New York. Kapan lagi aku bisa kemari dengan tanpa biaya seperti ini?

Dan tayangan pertama yang kulihat membuatku membeku seketika.

Dan tayangan pertama yang kulihat membuatku membeku seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang