Tiga: Seperti Bumi Tanpa Matahari

757 55 1
                                    

EreHisu - EreKuri Fanfiction

By Prominensa

Attack on Titan credit to Hajime Isayama

[Penulis tidak mengambil keuntungan apa pun dalam pembuatan fanfiksi ini]

AU - Drabble

Summary: Semua berwarna hitam, seperti Bumi tanpa matahari.

.

.

.

Eren merasa hidup dalam kegelapan. Tak ada kirana yang merambat masuk melalui celah hatinya. Semua berwarna hitam, seperti Bumi tanpa matahari.

Adalah warna bola mata gadis itu: biru, seperti lautan, tempat Eren tinggal. Bening dan menghanyutkan. Mengombang-ambing asa hingga membuat Eren menyerah. Menyerah untuk berhenti tidak mencintainya. Karena ia istimewa, unik, dan punya banyak nilai astetis. Dan Eren memercayai gadis itu seperti matahari.

Namun, ia pergi. Enggan membagi sinarnya kepada bumi milik Eren. Meninggalkan potongan-potongan kenangan indah mereka berdua hanya dalam hitungan hari. Namun, Eren terlanjur tenggelam dalam cinta yang—mungkin—pernah gadis itu berikan.

"Terima kasih, Eren." Historia, namanya, menatap Eren dengan wajah yang kelewat sendu.

Kalimat itu tak pernah bisa Eren lupakan. Menjadi mimpi di setiap tidur panjangnya. Seolah membawa pergi ke sebuah ruang kaca dan di sisi lain ada Historia di sana. Saat ia menangis, Eren tak bisa mengulurkan tangannya. Meski hanya sebelah. Semua dibatasi oleh dinding yang tak bisa ia tembus. Selamanya.

"Jaga dirimu baik-baik, Historia." Eren menatap nanar gadis yang ia sukai itu, "Aku yakin bersamanya, kau akan bahagia."

(Bahagia)

(Bahagia)

(Bahagia)

Kata itu terasa menggema di dalam hatinya. Eren tak percaya akan mengucapkan kalimat yang tidak masuk akal. Bukankah ia mencintai Historia? Akan tetapi, kenapa sekarang ia seolah berbalik haluan. Mencari tepian lain saat mataharinya meredup dalam duka.

Eren terdiam beberapa detik. Hingga akhirnya, lenyap sudah semua. Eren menghilang begitu saja saat ucapannya tersampaikan. Tubuhnya terasa ringan dan transparan. Semua terasa tembus, benar-benar tembus dari tubuh Eren.

Saat matahari mulai mengulurkan tangan-tangannya; untuk membantu Eren keluar dari ruang kaca, di titik itulah ia tersadar. Ia hanyalah sukma penghuni lautan. Tak bisa abadi sebagai manusia, pun sebagai wujud yang tak terlihat.

Ah, sudah saatnya.

Eren pun tersenyum. Mengikuti cahaya itu, menuju tempat yang terbaik di sisi-Nya.

Selamat tinggal!

Selamat tinggal!

Keduanya berbicara dalam hati bersamaan.
Sekali lagi ia mengingatkan diri.  Ia hanya sukma, jelasnya. Tak beraga; yang hanyut karena ombak yang murka. Memaksanya tinggal di dalam dasar laut, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan ia akan terus di sana. Hingga seseorang datang untuk mengucapkan selamat tinggal, sebagai tanda perelaan diri, atas kehilangan orang yang sangat dicintai.

Ya, dia di sana menjagamu. Aku tahu.

Historia seolah tahu, ada Eren yang menatapnya. Namun, bola matanya tak sanggup beradu kata lewat hijaunya bola mata Eren. Ia memilih menangis di sisi seorang pria yang—mungkin—akan menjaganya kelak. Sebagai pengganti Eren.

Aku menunggumu di taman surga, Ratu-ku.

[End]

Milk & HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang