OOL 2 - Makan Malam

79.5K 1.7K 29
                                    

Happy Reading . . .

Ting! Tong!
Suara bel terdengar menggema di rumah Kesya.

"Key, tolong bukain pintunya!" pinta Erina yang masih sibuk bersiap-siap di kamar.

"Iya." Kesya segera keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu rumah.

Ceklek!
"Ini pasti Kesya," ucap wanit a paruh baya yang kini berada di hadapannya. "Cantik ya, Pih," sambungnya memuji, yang langsung dibenarkan oleh pria yang datang bersamanya.

"Makasih." Kesya tersenyum simpul, tapi di samping itu ia masih berusaha mengingat karena seperti merasa pernah melihat kedua orang di depannya.

"Key, kenapa gak disuruh masuk, sih?" keluh Erina yang melihat tamunya masih berada di ambang pintu.
"Ah, iya. Silakan masuk." Kesya mempersilakan.

"Erinakuu!" seru Rindu ketika melihat kemunculan sahabatnya.

Kesya yang hendak kembali ke kamar pun kembali memutar tubuhnya. "Tante Rindu? Om Reno?" gumamnya mengingat sesuatu yang sedari tadi mengambang tak jelas di kepalanya.

"Ingat?" tanya Rindu, menyadari ketidaktahuan gadis itu.

Kesya mengerjap tak percaya, lalu ia pun segera berhambur ke arahnya.

"Tanteeee!" serunya senang. "Kok, enggak bilang, sih?!"

"Masa lupa? Tante tersinggung, nih."

"Maaf," sesal Kesya setelah menyudahi pelukannya.
Kesya terlihat mencari seseorang yang mungkin tiba-tiba muncul dari balik tubuh sepasang suami-istri yang bertamu ke rumahnya ini. Seakan tahu apa yang menjadi titik cari gadis itu, membuat Rindu hendak kembali berucap, namun suara klakson lebih dulu bersuara.

"Pasti Reza!" gumam Kesya pelan, namun masih bisa terdengar oleh keempat orang yang lainnya. "Kesya izin keluar dulu sebentar, ya!"

"Reza?" ulang Reno, menyebut nama yang ia dengarnya barusan.

Erina menghela napas panjang sebagai jawaban. "Ini yang mau aku bicarakan."

***

Kesya baru keluar dari tempat bersemayamnya sejak semalam, padahal matahari sudah terik, tapi anak gadis itu masih kusut. Secantik apa pun seorang perempuan, kalau malasnya kebangetan seperti ini, maka itu akan mengurangi nilai, harusnya mencari nilai tambah, malah dapat minus banyak.

"Mandi sana! Ibu enggak suka lihat kamu nggak bersih begini."

"Iya!" Turut Kesya hendak kembali ke kamarnya, padahal niat awalnya keluar kamar hanya karena lapar. Kalau tahu kepergok begini maka lebih baik berdiam diri saja sampai besok. Menahan lapar itu ahlinya, hanya saja ia akan makan secara berlebihan setelahnya sebagai bentuk pembalasan dendam, lalu nantinya akan berefek pada berat badan yang secara tiba-tiba akan melebihi batas, kemudian Kesya akan mengatur kembali jadwal dietnya.

"Nanti malam kita dinner." Erina kembali berucap, membuat kaki Kesya kembali turun 1 tangga.

"Dinner?" ulang Kesya.

Erina mengangguk.

"Malam ini?" tanya Kesya lagi, yang padahal sudah jelas di penyampaian sebelumnya.

Obsession of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang