5~ Kita dan Hujan

204 17 10
                                    

Perhatiannya terpecah saat ponselnya berdering. Ia mengerutkan keningnya saat melihat sebuah nomor yang saat ini menelponnya. Gisya segera mengangkat panggilan itu dan bergerak keluar kelas. Ia menuju ke samping kelas, dimana tempat itu sepi pada saat itu.

“Ya Hallo”

“Gisya ini gue”

Gisya tercekat mendengar suara itu. Waktu seolah berhenti, hanya menyisakan gemericik hujan dan hembusan angin yang menerpa rambut panjangnya. Suara itu … bagaimana mungkin?

Namun selanjutnya Gisya menggeleng. Bukan, ini hanya halusinasinya saja. Suara laki-laki yang menelponnya ini mungkin hanya mirip dengan suara Ditya.

“Kak Arkha ?” tebak Gisya.

Suara kekehan lelaki itu terdengar dari seberang telepon.  “Alhamdulillah lo hafal suara gue”

Gisya menghembuskan nafasnya. Untuk apa Arkha menghubunginya. Ia yakin pasti bukan untuk masalah yang penting. Tapi bagaimanapun ia tidak bisa memutuskan panggilan itu begitu saja. Ya. Atas nama kesopanan.

“Ada apa ya Kak Arkha nelpon aku?”

“Nggak papa. Pasti lo lagi bosen kan ?” tebak Arkha.

Gisya mengernyitkan keningnya. “Kenapa—”

Kalimat Gisya yang seharusnya berbunyi ‘kenapa Kak Arkha bisa tahu’ itu harus terpotong dengan kalimat Arkha selanjutnya.

“Lihat ke belakang deh”

Gisya menuruti perintah Arkha itu. Ia membalikkan tubuhnya dan menemukan Arkha sudah berdiri disana.

Lelaki itu sendiri sedang tersenyum memperhatikan Gsya yang tampaknya masih terkejut dengan kehadirannya. Lantas ia maju mendekati gadis itu. Ia mengangsurkan sebuah gelas kertas berisi kopi yang masih mengepul yang tadi sengaja dibawanya.

Gisya dengan kikuk menerima gelas itu.

“Kaget ya kenapa gue bisa disini ?”

Gisya tersenyum simpul. “Sedikit”

Sementara dada Gisya sendiri bergemuruh. Untuk kedua kalinya mereka hanya berdua, dengan suasana yang sama, dan dengan latar belakang hujan yang cukup deras.

“Lo nggak penasaran kenapa gue bisa dapet nomor telepon lo?”

“Iya. Darimana ya Kak?”

“Gue minta dari Risyad”

Risyad.

Gisya memutar ingatannya. Ia ingat. Risyad adalah kakak tingkat sekaligus ketua himpunannya yang ramah itu. Pantas saja dia bisa memiliki nomor teleponnya. Bahkan mungkin Risyad memiliki semua nomor telepon anak-anak seProdinya.

“Lo simpen ya nomor gue”

Gisya tersenyum kecil lantas mengangguk.

“Kak Arkha disini, emang nggak ada kelas?” Tanya Gisya penasaran.

“Kelas gue siang, tapi tadi gue kepagian” ujar Arkha diakhiri dengan kekehan.

Menurut penilaian Gisya, Arkha adalah orang dengan motto ‘apapun masalah lo, yang penting ketawa’. Dan hal itu lagi-lagi mengingatkannya pada sosok di masa lalunya, Ditya. Arkha sedikit mirip dengan lelaki itu.

Hanya saja jika Ditya adalah orang yang dingin, terlebih pada kaum perempuan, maka Arkha adalah orang yang lebih hangat. bahkan menurut pandangannya, lelaki itu tak memiliki masalah apapun berbaur dengan teman-teman perempuannya.

Atau singkatnya, Ditya selalu menghindari perempuan yang mencoba mendekatinya, sedangkan Arkha selalu mempersilahkan perempuan yang ingin dekat dengannya. Tetapi apa dan bagaimana Arkha yang sebenarnya, Gisya belum bisa memutuskan sepenuhnya. Karena memang ia mengenal Arkha belum untuk waktu yang lama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang