Chapter 02

27 7 24
                                    

World Tour adalah hal yang dinanti-nantikan oleh para fans, termasuk aku. Setiap grup Korea Selatan selalu memulai turnya di Seoul. Seperti yang sudah diduga, semua fans akan beramai-ramai membeli tiket di website resmi sampai website tersebut error dan shutdown selama beberapa waktu. Jika sudah begini, para calo dan master fansite akan menjual tiket-tiket yang mereka dapat dengan harga gila-gilaan. Bahkan ada yang memanfaatkannya untuk menipu fans kelas berat yang rela mengeluarkan uang berkali-kali lipat.

Beruntungnya, aku berhasil membeli tiket 5 menit sebelum website resmi BTS mengalami crash. Pepatah yang mengatakan 'kerja keras memang tidak akan mengkhianati hasil' itu terbukti benar. Aku membuat banyak akun dan menunggu tiga jam sebelum penjualan tiket resmi dibuka. Sampai aku meminjam laptop adikku dan meminta satu-satunya sahabatku, Yuna untuk membeli tiket. Setelah me-refresh beberapa kali karena hampir setiap transaksi mengalami error, akhirnya aku mendapat 1 tiket di zona standing C, yaitu zona depan yang selalu kuincar. Aku pernah mendapat zona standing A di sisi kanan panggung bahkan zona standing B di sisi kiri panggung pada konser-konser sebelumnya, tapi zona-zona itu tidak ada bandingnya dengan zona standing C yang bisa melihat ke tengah panggung.

Dan di sinilah aku, sendirian dan sedang berdiri di antara kerumunan orang di depan Stadium Indoor Jamsil. Aku sudah berada di sini dari semalam. Awalnya aku mau menginap 3 hari sebelumnya, tapi aku bisa dibunuh oleh ibuku jika aku tidak pulang lebih dari 2 hari. Ini saja aku berbohong menginap di rumah Yuna. Untung saja dia mau bekerjasama dan ikut menutupi kebohonganku.

Berbicara tentang Yuna, dialah satu-satunya sahabatku. Aku mengenalnya sejak masuk SMA. Dia adalah orang yang realistis dan cuek. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang. Perkataannya yang pedas terkadang menyakitkan hati, tapi dia adalah orang yang setia. Aku masih ingat ketika pertama kali bertemu dengannya. Waktu itu segerombol cewek-yang menurut diri mereka cantik-sengaja menumpahkan minuman ke mejaku dan mengenai seragam Yuna. Langsung saja dia berdiri, lalu mengkonfrontasi mereka. Tanpa peduli akan akibatnya. Dia sempat dibuli beberapa saat, sebelum melaporkannya ke guru. Tentu saja para guru mempercayainya karena dia salah satu anak berprestasi, tidak seperti aku yang punya nilai pas-pasan. Sejak saat itu, tidak ada yang berani mengganggunya. Persahabatan kami pun dimulai dari sana.

Aku lebih senang jika Yuna juga ikut denganku, tapi dia bukanlah pecinta kpop. Beberapa kali dia mengataiku 'babo' karena rela menghabiskan uang dan waktu untuk hal tak penting menurutnya. Namun mengagumi mereka adalah satu-satunya hal yang paling kusukai. Hingga dia capek mengingatkanku dan menyerah.

Pintu terbuka, membuat para penonton yang sudah mengantri sejak lama semakin bersemangat. Sebagian besar dari mereka yang memiliki tiket di zona standing mulai berdiri dan bersiap-siap, begitu juga aku. Kenapa? Karena kau harus berebutan untuk mendapatkan tempat bagus di zona standing. Jika tidak, kau takkan bisa berada di dekat panggung dan melihat idolamu dari dekat. Apa gunanya membeli tiket mahal-mahal tapi kau hanya bisa melihatnya dari jauh, bukan?

Aku langsung berlari begitu berhasil menukar tiket digitalku dengan tiket asli. Sialnya, tubuhku yang cukup gemuk ini menghambatku. Aku tidak berhasil mendapatkan tempat paling depan. Ada sekitar 2-3 orang di depanku, tapi setidaknya aku cukup dekat dengan panggung. Sambil berdesak-desakan, aku menunggu konser dimulai. Kunyalakan ponselku untuk merekam setiap momen ini. Bahkan aku sampai membawa 3 powerbank agar bisa merekam keseluruhan konser. Aku takkan melewatkannya.

Sekitar 30 menit kemudian, konser dimulai dengan pembukaan oleh mc. Kemudian para anggota BTS naik satu persatu, membuat seisi ruang konser bersorak riuh. Jantungku berdetak tidak karuan. Aku berteriak sekencang mungkin selama konser berlangsung. Berapa kalipun aku melihat mereka, aku takkan pernah bosan. Bibirku melafalkan setiap lirik yang sudah kuhafal di luar kepala sembari melambaikan bangtan bomb-ku. Boy In Love, War of Hormone, Save Me, dan semua lagu yang ada di setiap album. Keseluruhan lirik-lirik itu kuucapkan bagaikan mantra.

My Life as a Fangirl #GrasindoStoryIncWhere stories live. Discover now