"Nuna! Bangun! Nanti kau terlambat kerja!!!"
Suara itu terdengar familiar. Ah, iya. Itu suara Minjae. Beraninya dia masuk ke kamarku setelah kejadian semalam. Terlebih lagi membangunkanku. Aku tidak ingin bangun, tapi aku harus. Jika tidak aku bisa telat kerja. Ya...kerja. Tunggu dulu! Apa?!
Aku terbangun. Mataku terbuka lebar seutuhnya. "Kerja?!" teriakku.
"Iya. Nuna sudah telat 15 menit!" balas Minjae. Dia berdiri di ambang pintu kamar. Masih mengenakan baju tidur dan rambut yang acak-acakan. Tapi ada yang berbeda darinya. Dia tampak lebih dewasa dari semalam. Apa ini cuma bayanganku?
"Kerja? Tak mungkin! Aku masih kelas 3 SMA. Tahun depan aku ujian!" seruku tidak percaya.
"Ha? Nuna masih mimpi? Nuna sudah lulus 3 tahun yang lalu." Minjae mengacak rambutnya. "Ah...kenapa aku yang disuruh bangunin nuna? Gara-gara nuna, aku harus bangun pagi padahal aku ada kelas siang."
"Lulus? Tiga tahun yang lalu?"
Aku yang masih tidak dapat memproses semua ini beranjak dari kasurku sambil terhuyung-huyung. Aku hendak keluar kamar, tapi berhenti. Siluet seseorang yang tadi lewat di cermin membuatku berjalan mundur. Kuperhatikan setiap sudut dan lekuk sosok wanita yang terpapar di cermin. Sosok itu mengikuti setiap gerakanku. Butuh waktu satu menit penuh bagiku menyadari sosok itu adalah pantulanku di cermin.
Aku tidak percaya! Aku yang dulunya gemuk kini berubah menjadi kurus. Ukuran paha dan tanganku hanya setengah dari ukuran pahaku yang dulu. Kulitku putih bersih persis seperti kulit adikku. Wajahku yang bulat kini menjadi tirus. Bahkan aku punya garis rahang! Yang bisa dibilang lumayan tajam untuk memotong apel. Wajahku mulus seperti yang kuimpikan sejak dulu. Hidungku juga berubah. Tidak begitu mancung dengan cuping hidung yang imut berbentuk bulat.
Ap-apa-apaan ini....?
Detik berikutnya aku berteriak. "AAHHH!!!"
"Berisik!!!" teriak ibuku. Kini dia sudah berdiri di samping Minjae.
"Omma! Ini beneran aku kan?! Ini bukan mimpi?!" ujarku masih tak percaya.
"Ada apa dengan kakakmu?" tanya ibuku. Ekspresinya sama herannya dengan ekspresi adikku.
"Entah," jawabnya. "Sini. Biar kubangunkan nuna."
Minjae berjalan mendekatiku dan menampar kedua pipiku dengan keras.
"Ow!" Aku meringis. Dengan refleks aku langsung memukulnya, yang dibalasnya dengan kata-kata rutukan.
Mataku sekali lagi mengamati sosokku di cermin. Aku benar-benar berubah! Kecuali...tinggiku. Aku berjalan mendekati cermin dan meletakkan salah satu tangan di puncak kepalaku, lalu mensejajarkan tanganku ke cermin untuk mengukur tinggi. Tidak ada perubahan! Tinggiku tetap 155 senti! Kok cuma tinggiku yang tidak berubah?!
Di saat aku masih mempertanyakan tinggi badanku, lagu Idol milik BTS terdengar di dekat bantal. Aku langsung meraih ponselku tanpa melihat siapa peneleponnya.
"Yobo-"
Belum sempat aku menjawab, suara bariton di seberang saluran sudah membentakku. Aku yang tidak dapat memikirkan apa yang baru saja terjadi hanya bisa diam mendengarnya. Sesekali terdengar kata-kata makian, tapi aku tidak mendengar semuanya. Otakku tidak bisa mencerna seluruh kalimatnya, kecuali urgensi orang itu untuk menyuruhku datang secepatnya dan mengatakan bahwa aku sudah terlambat.
YOU ARE READING
My Life as a Fangirl #GrasindoStoryInc
RomanceSera Amadea Choi, seorang remaja kpopers yang memiliki tubuh yang gemuk, pendek, dan kulit sawo matang. Dia adalah seorang ARMY (begitu sebutan fans BTS)sejak awal debut BTS. Bertahun-tahun lamanya dia menyukai BTS hingga ke puncak kepopuleran merek...