31. What do you think?

570 75 4
                                    

Apa kalian melihat gadis, berbalut kaos ketat bertuliskan ‘I LOVE YOU’ di dadanya? Jangan lupakan kaki jenjang miliknya terekspose sempurna, akibat menggunakan hotpans berwarna pink yang hanya mampu menutupi tidak sampai separuh paha mulusnya, sangat menggiurkan bagi kaum adam memang.

Terlihat sangat santai, duduk di atas sofa dengan kedua kaki yang di lipat, salah satu tangannya menggenggam sebuah camilan sedangkan tangan lainnya sibuk memasukkan potongan-potongan camilan itu ke dalam mulutnya, mengunyah dengan cara serampangan, mengingat tidak ada siapapun yang melihat tingkahnya tersebut.

Pandangan mata gadis itu menatap lurus pada layar televisi flashma 21 inc yang ada di depannya, Hari minggu yang sangat meyenangkan, tidak ada pekerjaan maupun rutinitas membosankan lainnya di kantor yang akan membuat kepalanya pening. Bersantai dengan menonton drama favoritenya yang hadir setiap akhir pekan saja, sudah membuat gadis itu berpuas diri, itu semua karena dia terlalu malas jika harus mengahabiskan akhir pekannya berjalan-jalan di luar tanpa tujuan yang jelas. Kecuali jika dia memiliki janji dengan sesorang. Sayangnya akhir pekan ini dia tidak memiliki janji dengan siapapun, jika boleh mengatakan, hidup gadis itu memang terlihat membosankan. Dia memiliki kekasih tetapi seperti tidak memiliki.

Tiba-tiba suara bel pintu yang berbunyi nyaring, membuyarkan konsentrasinya dari drama romantis tersebut. Gadis itu merutuki siapapun orang yang berdiri di depan pintunya saat ini, mengganggu kesenanganya saja, siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya di siang bolong seperti ini, padahal ini hari minggu, tidakkah orang itu lebih memilih tidur nyenyak di rumahnya sendiri.

Lagi, suara itu kembali terdengar, berulang-ulang kali, sepertinya orang yang berdiri di depan pintu miliknya itu memiliki sifat tidak sabaran. Andai saja ibunya sedang berada di rumah saat ini, pastinya gadis itu tidak harus beranjak dari posisi nyamannya, berhubung sejak tadi pagi ibunya telah pergi karena ada suatu urusan, dan dia hanya di rumah seorang diri.

Dengan malas, gadis itu mengangkat tubuhnya dari sofa, mengabaikan camilannya di atas meja, berjalan menuju pintu. Kebiasaan buruk gadis itu adalah, terlalu tidak perduli dengan hal sekecil apapun, seperti tidak akan lebih dulu melihat atau mengintip siapa yang ada di luar. Tanpa berfikir panjang dia akan membuka pintu itu begitu saja, rasa waspadanya tidak ada sama sekali.

Pintu itupun terbuka, seiring membulatnya kelopak mata gadis itu ketika melihat siapa orang yang berada di depannya saat ini, dengan gerakan secepat kilat gadis itu kembali menutup pintunya, menyandarkan tubuhnya di balik pintu itu. Sialannya, entah kenapa jantung berdetak secara tiba-tiba dengan intonasi berlebihan, tubuhnya bergetar terlalu gugup mendapati ini semua.

“Astaga! apa aku tidak salah lihat? Untuk apa pria itu datang kemari?”

Pertanyaan-pertanyaan itu hanya menggantung di dalam otaknya, gadis itu belum berani mencari kebenaran atas pertanyaannya, suara gedoran pintu yang terdengar membuatnya kembali sadar. Memang ada seseorang di balik pintu depan rumahnya saat ini. Samar-samar dia mendengar suara seseorang memanggil namanya.

“Park Hyo Reen! cepat buka pintunya!”

“Cho Kyuwon!” Lirih Hyo Reen di sela kebingungannya. Tiba-tiba saja pipinya memanas, Hyo Reen menunduk kebawah, mengamati penampilannya sendiri. Ya Tuhan! hanya ada kaos pas badan dan hotpans mini, sangat tidak pantas dilihat, tapi apakah mungkin tadi pria itu memperhatikan penampilan? Oh semoga saja tidak, doa Hyo Reen dalam hati.

Secepat kilat gadis itu berlari kecil memasuki kamarnya, mencari pakaian yang lebih pantas untuk menemui pria itu, pilihannya jatuh pada cardigan bulu berwarna cream dengan rok coklat selutut. Setelah yakin dengan penampilannya buru-buru Hyo Reen berjalan kembali ke arah pintu, lalu dia berbalik, di sana di atas sofa dan meja ruang tamu sekaligus menjadi ruang bersantai pemandangan tidak enak di lihat terpampang begitu jelas. Televisi yang masih menyala, bungkus camilan yang sudah kosong berceceran di lantai, remahan-remahan camilan yang mengotori sofa, serta tidak lupa akibat kecerobohannya sendiri terdapat genangan coklat panas yang tadi sempat mengotori mejanya, menampilkan bentuk seperti awan dengan warna kecoklatan. Hyo Reen menepuk keningnya, sekacau inikah akibat perbuatannya, bagaimana nanti dia akan menempatkan tamunya, Hyo Reen tidak pernah menyangka akan ada tamu yang datang di hari minggu ke rumahnya.

Secepat kilat gadis itu berusaha membereskan semuanya, membuat ruang tamu sekaligus ruang bersantai miliknya itu menjadi tempat yang bisa di katakan kembali normal serta enak dilihat, sudut hati kecilnya berharap semoga saja pria itu sudah pergi, tapi sayang sekali, harapannya hanyalah angan semata. Saat Hyo Reen membuka perlahan pintunya dia masih menemukan pria itu berdiri membelakanginya dengan kedua tangan tersembunyi di balik saku celananya.

Butuh waktu beberapa detik bagi Hyo Reen agar bisa membuka suaranya. “Ada perlu apa datang kemari?”

Pria itu membalikkan tubuhnya perlahan, tidak lupa memamerkan senyum memikatnya saat mereka saling berhadapan.

“Apa kau akan membiarkan seorang tamu hanya berdiri di depan pintu, sepertinya kau lupa aku telah menunggumu di sini cukup lama.” Hyo Reen segera memiringkan tubuhnya, memberi jalan pada Kyuhyun agar segera masuk ke dalam rumahnya.

“Ada perlu apa kau kemari?” Hyo Reen mengulang kalimat tanya sebelumnya saat Kyuhyun sudah duduk nyaman di sofa ruang tamu miliknya yang beberapa saat lalu terlihat sangat kacau.

“Aku hanya memenuhi janji untuk mampir ke rumahmu.”

“Tapi kenapa siang-siang begini?”

“Apa kau ingin aku mendatangimu pada malam hari lalu kita akan...?”

“Apa yang kau pikirkan?”

Kyuhyun tertawa puas melihat pipi Hyo Reen yang bersemu merah, ternyata gadis itu sangat mudah sekali digoda. “Aku tadi merasa bosan sendiri di Apartement, aku ingin mengunjungi suatu tempat karena itulah aku sedang mencari teman, dan teman itu aku putuskan adalah dirimu.”

Hati Hyo Reen mencelos seketika, jantungnya seperti di remas tanpa perasaan. Entah kenapa dia merasa sakit mendengar kalimat tersebut meluncur sendiri dari bibir pria itu, jadi posisinya hanyalah seorang teman, teman yang akan dicari jika dia membutuhkan. Bodoh! memangnya kau berharap seperti apa Park Hyo Reen? Bukankah selama ini kalian memang hanya berteman? kenyataan itu menamparnya begitu keras, gadis itu berusaha keras mempertahankan ekspresinya agar terlihat biasa saja.

“Bagaimana jika aku tidak ingin pergi?”

“Tentu saja kau harus mau?”

“Palli, kajja!” Tanpa persetujuan maupun permisi, Kyuhyun menarik tangan Hyo Reen, agar mau mengikutinya.

“Tunggu!” Hyo Reen menahan lengan Kyuhyun.

“Tidak usah ganti baju, kau sudah cantik dengan pakaian itu, lebih bagus lagi dengan pakaian yang tadi, tapi akan kupastikan hanya aku yang melihatnya.” ujar Kyuhyun panjang lebar dengan seringaian di sudut bibirnya. Detik selanjutnya pria itu harus rela merasakan sakit akibat pukulan tangan Hyo reen di atas kepalanya.

Chieva
11 Maret 2023

Not Perfect Lies - [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang