CKIIIIIT
"Berisik banget nih pintu" gumam gua pelan
"Kamu kenapa baru masuk?" tanya seorang instruktur cewek, well sambutan yang cukup hangat
"Maaf, tadi saya telat. Disuruh ke lapangan sana" jawab gua sambil nunjuk ke lapangan tadi
Dia gak jawab, cuma merhatiin gua dari atas sampe bawah. Dia terlihat agak kaget setelah lihat wajah gua, mungkin karena bekas luka tadi.
"Oh iya, kamu si tukang ngaret kan?" tanyanya datar
Seisi kelas langsung tertawa. Gua sempat bingung, setelah akhirnya menyadari bahwa gua sedang mengenakan kalung tali tambang bertuliskan "Saya Tukang Ngaret".
"Kamu duduk disana, gak pake lama!" ucap instruktur lainnya sambil mengarahkan matanya ke bangku kosong di belakang
Ternyata dia si Shincan, instruktur yang tadi ikut menghukum gua di lapangan badminton. Gua menghela nafas. Gila, awal yang buruk untuk memulai hari-hari gua selama 3 tahun.
Cukup lama mereka ngoceh di depan kelas, gua sama sekali ga dengerin apa yang mereka jelaskan. Gua cuma bengong mikirin kejadian dengan Jaka tadi.
"Semuanya paham kan? Kenapa harus diadakan MOS di sekolah?" tanya intstuktur tadi setengah berteriak, yang setelahnya gua ketahui bernama Windi
"Paham kak" seisi kelas menjawab dengan kompak, hanya gua yang diam. Gua bingung, ga dengerin itu orang ngomong apaan!
"Itu yang tadi telat, paham gak?" tanyanya, kali ini dengan nada yang makin ga santai
Gua diam, panik, gatau harus jawab apa
"Coba dek tolong jelasin" ucapnya, pandangannya tetap ga lepas dari gua.
Meskipun gua akui dia berwajah cantik, namun dalam situasi seperti ini, tetap saja ngeliat matanya sama aja seperti ngeliat mata Pocong Jefri yang sedang keliling kampung menghantui warga.
Gua masih diam, ga ngerti harus gimana. Gua takut dimutilasi sama dia seandainya jawaban yang gua berikan ngawur. Ya Allah, bantu Dinar Ya Allah.
Si Shincan langsung memerah mukanya melihat gua yang masih terdiam, sepertinya dia sudah siap mengeluarkan semburan api dari mulutnya. Tapi amarahnya berhasil mereda, semburan apinya tertunda, setelah mendengar suara pintu kelas diketuk dari luar.
CKIIITT
"Permisi kak.. maaf saya telat"
Alhamdulillah, pertolongan-Mu begitu dekat. Seorang cewe masuk ke ruangan ini, yang mana telatnya lebih parah dari gua. Namun, wajahnya ga asing. Otak gua mulai bekerja keras mencoba mengingat siapa orang yang sedang gua perhatikan.
Oh ya, gua adalah seorang pelupa kelas kakap, gak seperti kebanyakan orang, lupa gua ini sering banget muncul, dan bikin gua sering melupakan ingatan-ingatan yang baru terjadi. Ditambah kemampuan gua yang sangat buruk dalam mengenali wajah seseorang.
"Siapa nama kamu?" tanya Windi
"Nayla kak" jawabnya
Ah iya! Itu yang tadi sujud sama bendera. Entah darimana dia baru masuk sekarang, seingat gua tadi udah gaada di lapangan olahraga.
"Yaudah buruan duduk sana, sama dia" Windi menunjuk meja gua.
Sebangku sama cewe? Biarin dah, yang penting ada temen. Dia pun langsung jalan ke meja gua dan tersenyum, manis. Gua pun tersenyum simpul membalasnya.
"Aku duduk disini ya?"
Gua hanya mengangguk
--
YOU ARE READING
Kelana
De TodoTentang perjuangan dan penantian. Tentang perjalanan mempelajari hidup. Tentang pengalaman berkelana seorang Dinar Kelana.