Apa menurutmu pohon bambu ingin memiliki buah ? Buah yang manis dan disenangi banyak orang, sehingga nantinya akan ada orang yang merawat pohon bambu itu dengan baik, manjaga agar daun-daunnya tidak gugur, entah bagaimanapun caranya, supaya pohon bambu iti dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna.
Apakah juga menurutmu lebah jantan pernah berharap untuk hidup lebih lama setelah dia bercinta ? Bukan untuk bercinta lagi, hanya agar dia dapat melihat anak-anaknya tumbuh dewasa dan menjadi lebah-lebah yang tangguh.
Atau matahari yang penasaran dan ingin sesekali terbit dari arah barat, untuk membuktikan jika itu terjadi, apa benar kehidupan akan berakhir.
Kurasa tidak, karena aku yakin makhluk-makhluk itu lebih memahami arti keistimewaan, berbeda dengan manusia, yang selalu menginginkan semua berjalan sesuai kehendaknya, mengutamakan ego daripada akal sehat, tak sanggup menahan nafsu hanya karena penasaran.
Kadang kita terlalu kecewa dalam menghadapi sebuah kenyataan, berharap bahwa harapan adalah yang terbaik, dan harapanlah yang akan kita jalani dimasa depan, bukan kenyataan.
Kita terlalu tinggi dalam menggantungnya, tanpa peduli kesulitan yang akan kita hadapi untuk menggapainya. Bahkan tak jarang, kita justru mempersulit diri sendiri dengan harapan itu.
Harapanpun sering membuat kita lupa, bahwa disini masih ada kenyataan, membuat kita lupa tentang sesuatu yang telah kita miliki, seperti saat kita berharap untuk memiliki sayap, perlahan kita mulai lupa, jika kita memiliki kaki.
Kita sering lupa atau bahkan tak pernah, belajar hidup dengan apa yang kita miliki. Tapi justru terbiasa hidup untuk mengejar harapan yang terlalu membebani.
Aku tidak mengajarkan kalian untuk tidak memiliki harapan, tapi aku mengingatkan kalian, untuk jangan mempersulit atau bahkan menyiksa diri sendiri dengan harapan kalian sendiri.
°°°
Bus masih melaju cukup cepat, gadis itu tiba-tiba berdiri dan berjalan cepat menuju pintu keluar, tak dihiraukannya beberapa pundak yang ia tabrak dengan kasar, dan dengusan kesal buruh pabrik yang hampir tersungkur karenanya.
"Saya turun disini pak," ucapnya sambil memberikan uang sepuluh ribuan kepada laki-laki paruh baya yang berdiri tepat di pintu keluar.
"Bukannya Jalan Everil masih satu komplek lagi neng?" Tanya laki-laki itu.
"Saya ingin kerumah teman dulu."
"Oh yasudah kalau begitu, kiri pir," teriak laki-laki itu sambil memukul langit-langit bus.
Gadis itu turun tanpa berfikir untuk mengambil uang kembaliannya, berjalan menyusuri paving-paving yang tersusun rapi, membuka payung hitam yang ia bawa karena hujan belum juga berpamitan, matanya memerah dan mulai basah, segera ia usap kedua ujung matanya karena tak ingin orang-orang memusatkan pandangan kearahnya.
Langkahnya melambat setelah sampai diujung jalan berpaving itu, mata sembabnya mengamati bangunan semacam gapura yang berdiri kokoh tepat didepannya, seolah bangunan itu berkata 'apa kau juga ingin menyalahkan aku ?'
Dia terus berjalan memasuki gapura, tak peduli dengan alas kaki yang mulai berat karena tertempel tanah yang basah, langkah kakinya berirama semakim cepat dan terburu-buru, menyebabkan cipratan air dari alas kakinya mengotori celana kasual yang ia kenakan.
Kini ia benar-benar terhenti, seperti patung manekin yang hampir hancur, tubuhnyatak lagi bertenaga, jari-jarinya pun tak sanggup menggenggam gagang payung yang melindunginya dari hujan, payung itu terjatuh, terbalik diatas tanah, lututnya bergetar, tak kuasa lagi menopang tubuhnya sendiri.
Kembali terlintas kejadian yang membuatnya ingin memprotes kehidupan, menanyakan dimana letak keadilan yang kehidupan itu janjikan, gadis itu ingin berteriak kepada setiap orang yang dia temui, dan mengatakan pada mereka, bahwa jika ada sesuatu yang paling buruk dalam kehidupan, sesuatu itu adalah kehidupan itu sendiri, karena tanpa sebab, tanpa alasan, kehidupan bisa memperlakukanmu dengan sangat buruk.
Dua ekor kupu-kupu biru mulai terbang saling kejar diatas bunga kamboja, hinggap sesekali mungkin untuk menghisap madu, kupu-kupu itu tetap terbang, meskipun gerimis belum sepenuhnya reda.
Dengan sisa tenaga yang ia miliki, gadis itu menggerakkan tangan kanannya, meraba papan tipis yang tertancap diatas gundukan tanah, kini air matanya benar-benar menetes, tak diusapnya lagi, dibiarkannya airmata itu jatuh membaur bersama air hujan, mengosongkan ruang yang sangat sesak dalam hatinya, ia mendongakkan pandangan dengan perlahan, membaca dalam hati tulisan yang terpahat rapi diatas papan itu,
"Dazan al Rashid"°
°
°
°
Ended...Follow my IG
@wahyuazto

KAMU SEDANG MEMBACA
Dejavu
Historia CortaSeperti umumnya cerita, dengan akhir yang mungkin dapat di tebak, aku benci cerita seperti itu, tapi kali ini, kuharap cerita ini akan berakhir sesuai keinginanku...