Langit mulai tak berkawan hari ini. Bahkan peluhnya sudah menetes sedikit demi sedikit, membasahi jalanan rel. Membuat tekanan udara semakin rendah hingga menghasilkan embun pada kaca-kaca gerbong termasuk gerbong wanita saat ini.
Sintha dan guru pembimbingnya sedang melakukan perjalanan menuju sebuah Universitas Negeri di daerahnya untuk mengikuti sebuah seminar.
Bukan seminar berat, namun seminar yang mampu membuat Sintha menambah pengetahuannya serta dapat menyalurkannya pada teman-teman sebaya saat di sekolah nanti.
Sintha adalah Ketua Konseling Remaja di sekolahnya. Mendengarkan berbagai probematika teman-temannya adalah menu pokoknya, amat jarang memberi nasehat ia lebih suka menatap lawan bicaranya, mendengarkan, lalu memberi skinship ringan seperti mengelus tangan atau pundak saja, karena Sintha memiliki prinsip bahwa 'Bahwa masalah tidak harus dilewati dengan dinasehati namun bisa dilewati dengan didengarkan oleh orang lain'
"Kenapa hujan ya? Padahal Ibu lihat jadwal cuaca hari ini seharusnya cerah. Ibu bingung jadinya." Bu Anah mengotak-atik gadgetnya, mencari tau apa ada yang salah dengan benda persegi empat miliknya atau dirinya yang memang tidak mengerti akan benda tersebut.
Sintha melirik gadget sang guru "Itu sudah benar Bu, mungkin hujan karena sudah masuk September, Bu" jelasnya sopan.
Bu Anah menarik napas seperti menyesalkan sesuatu, "Ibu nggak bawa payung, semoga nanti hujannya berhenti ketika kita sampai di stasiun akhir ya,"
"Aamiin" sahut Sintha
Sejujurnya Sintha juga benci hujan. Bukan benci dalam artian negatif. Ia hanya tidak suka ketika bajunya basah kemudian kering, lalu membuat pakaiannya kaku sehingga menjadi tidak nyaman. Apalagi ketika air hujan merembes masuk ke dalam sepatunya.
Ya tuhan, bisa dipastikan jika hal itu terjadi Shinta akan badmood sampai acara berakhir.
.
.
.Suara alunan pemberhentian telah terdengar. Shinta serta bu Anah turun dengan tergesa karena nyatanya hujan masih terus turun walau rintik-rintik.
"Masih huja, Bu." Sintha menjulurkan tangannya ke langit. Membiarkan tangannya basah terkena dinginnya air hujan.
"Hujan pertama bulan ini. Biasanya hujan pertama cuma sebentar tapi ini lama. Kamu jangan basahi tangan terus nanti masuk angin, ayo ikut Ibu ke Supermarket Express dulu." Titah Sang guru
Sintha mendongak lalu menjatuhkan sisa-sisa air di tangan dan segera melangkahkan kaki untuk mensejajarkan dirinya di samping Sang guru.
"Selamat datang di Supermarket Express" sapaan ramah sang pramuniaga terdengar. Sintha dan Sang guru membungkuk serta tersenyum lalu segera mencari sesuatu yang bisa mereka pakai untuk melindungi diri dari rintikan air hujan.
.
.
.
.[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
September
Historia CortaSintha bertemu Rama. Dari September yang lalu. Dipertemukan untuk berpisah kemudian merindu Ketika hasrat muncul untuk bertemu Nyatanya Sang Dalang tak pernah berbaik hati untuk mempertemukan kembali Sintha dan Rama untuk menjadi seperti yang dulu S...