[4] Sepasang Sepatu

2.4K 51 2
                                    

Bagaikan sepasang sepatu yang tak bisa terpisahkan, bagaikan sebuah kehidupan dan apalah daya tanpa adanya seseorang yang perduli dengan kita, akan kah kita bisa..? Kisah ini bermula ketika seorang kakak beradik yang telah menjadi anak yatim piatu sejak kecil.

Mereka pun belum merasakan kasih sayang seorang ibu, yang membuat mereka iri dengan teman sebayanya, mereka pun hanya tinggal dengan neneknya yang sakit keras. Entah apa yang harus mereka lakukan lagi, mereka tak punya sanak saudara lain, kini mereka jauh dari perkotaan.

Fajar merupakan anak pertama yang sangat berjasa saat ini bagi Aisyah dan neneknya. Ia merupakan anak tertua yang kini duduk dibangku sekolah dasar hanya berbeda dua tahun dengan Aisyah. Setiap harinya mereka mencukupi kebutuhan untuk keluarga hanya dengan menjual koran keliling, agar bisa bertahan hidup.

Kondisi yang kini memprihatinkan bagi mereka tak membuatnya patah semangat, karena mereka butuh uang agar bisa membayar tunggakan sekolah. Mereka bersekolah ditempat yang sama, namun jam masuknya saja yang berbeda, Aisyah masuk jam pagi, sedangkan Fajar siang. Ini membuat mereka merasa bersyukur karena bisa saling meminjam kebutuhan sekolah dan bergantian tanpa harus membeli yang baru.

Saat Aisyah pergi sekolah, ini jamnya Fajar untuk berjualan koran, dimana koran saat ini mulai tak dibutukan mungkin hanya sebagian orang saja, karena sudah mulai tergantikan dengan adanya smartphone yang lebih praktis.

Aisyah pun pulang saatnya Fajar pergi sekolah dan harus bergantian sepatunya, meski sepatunya terlihat kecil bagi Fajar itu tak masalah baginya, karena mereka mendapatkannya pun dari seorang tukang jual beli barang bekas.

Hal ini saja sudah membuat mereka bersyukur karena masih ada sepasang sepatu yang masih layak dipakai. Fajar pun pergi sekolah, saatnya Aisyah berjualan dan merawat neneknya yang sakit itu.
Dengan senang hati Aisyah melakukan semua itu, mungkin teman sebayanya kini sedang main-main dengan penuh canda tawa dan merasakan kasih sayang dari orangtua , namun Aisyah berbeda dengan anak anak yang lainnya, ia rela melewatkan masa kecilnya dengan penuh penderitaan.

Saat Aisyah pergi menjual koran, ia merasakan bahwa firasatnya tidak enak dan khawatir dengan kondisi neneknya dirumah. Ia pun mencoba pulang karena mengikuti firasatnya tadi, dan benar saja neneknya kini telah meninggal dunia dan hanya ada Aisyah disisinya, ia pun mencoba meminta tolong kepada orang disekitarnya.

Akhirnya tetangga disekitar pun mencoba mengurus jenazah neneknya itu, ntah apalagi yang harus Aisyah lakukan ia merasa terpukul, dan merasa bersalah tidak membawa neneknya kerumah sakit dan hanya mengandalkan obat warung saja, karena Aisyah dan Fajar pun tidak mempunyai cukup uang. Waktu pun beranjak sore, saatnya Fajar pulang dan tiba-tiba saja ia melihat bedera kuning dirumah kecilnya itu, berlarinya dengan penuh ambisi dan Aisyah segera menarik Fajar, menceritakan semua kejadian tadi.

Fajar pun mencoba tegar dari penjelasan Aisyah tadi, dan merekapun mengantarkan jenazah neneknya ketempat peristirahatan terakhir, dengan isak air mata. Para tetangga pun mecoba menguatkan mereka agar selalu tegar, bersabar agar selalu mendoakan orangtua, dan neneknya itu.

Kini mereka hanya sebatang kara yang tinggal berdua tanpa orangtua, dan seorang nenek yang telah merawatnya hingga kini. Mereka pun mencoba menjadi anak yang selalu mandiri, dan selalu bersyukur disetiap keadaan yang menimpa.

📌 “  Segala bentuk ujian yang Allah berikan merupakan suatu bentuk kasih sayang kepada hambanya yang mau bersabar dan senantiasa Allah akan memberikannya pahala dan diangkatlah derajatnya kelak serta banyak-banyaklah bersyukur karena dengan kau melakukan itu maka kita akan terasa tercukupi bahkan Allah akan menambah nikmat tersebut jika kita bersyukur dengan hati yang ikhlas”.

🙏🙏🙏

Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang