Chapter 1

10 3 1
                                    

Bila air mata di ciptakan untuk kesedihan, maka aku tak ingin menangis.

Untuk apa senyum di ciptakan, bila akhir nya senyum itulah yang mengantarkan ku kedalan jurang perpisahan.




Selamat menikmati😊

Senja itu aku duduk di balkon rumahku ditemanin gitar kesayanganku dan segelas teh, aku diam memandangi senja.

Bagiku senja adalah teman terindah yang aku punya. Senja adalah keluarga, keluarga yang selalu menemaniku di kala aku susah.

"YAUDAH KALO MAU CERAI YA CERAI AJA!, "

"OKE, AYO CERAI. AKU TALAK 3 KAMU HARI INI JUGA,"

Seketika air mataku tumpah membanjiri wajahku, teriakan itu. Ya teriakan pertengkaran kedua orang tuaku.

Akhirnya. Akhirnya kisah cinta sepihak keluarga ku hancur, hancur dengan satu kata laknat yang bernama 'TALAK'.

Aku berlari ke kamarku membenamkan kepalaku di bawah bantal. Aku menangis sekaras keras nya merutuki takdir yang tuhan berikan.

Aku berpikir kenapa tuhan tidak adil padaku?apa tuhan membenciku? maka nya tuhan beri aku penderitaan tak berujung ini.

Wanita itu menangis tanpa henti henti nya, seketika ia merasakan mata mula berat dan akhir nya wanita itu tertidur. Tertidur dalam tangis kediaman

-

Namaku Meika Putri Rintani. Aku wanita yang sempurna, terlahir di keluarga yang cukup kaya dan keluarga yang harmonis. Aku anak tunggal anak satu satu nya dari keluargaku. Dulu aku mengira bahwa aku terlahir di keluarga yang sangat harmonis tapi pasal nya tidak.

Pagi itu Mei bangun dengan keadaan mata sembab, ia membuka mata nya dan mendapati seorang pembantu rumah tangga yang sudah lama berkerja di rumah sedang membereskan barang barang nya.

Kening Mei mengkerut, ada banyak pertanyaan yang ingin ia lontar kan. Tapi sebelum membuka mulut sang papa sudah mendahului.

"Mei papa sudah bangun," pria paruh baya itu mendekati putri nya lalu duduk di tepi kasur.

Pria baruh baya itu amat menyayanggi putri semata wayang nya, bagi nya Mei adalah kehidupan nya.

"Pah, ini kenapa? Kok baju baju Mei di beresin," Mei bertanya pada sang papa. Pria itu mengelus rambut Mei sambil terseyum.

"Mei sayang papa kan?," Mei menggangguk sebagai jawaban nya. "Kalo Mei sayang papa, berarti Mei harus ikut papa. Mei pasti sudah mendengarnya, Papa gak mau Mei tumbuh di besarkan wanita ular itu, mari kita mulai semua nya dari bawah lagi, " pria paruh baya itu memeluk Mei sangat erat.

Tanpa perlu di jelaskan Mei sudah tau semuanya, semua perbuatan licik mamanya. Mamanya memang tak pantas di panggil mama.

Mei pergi kemar mandi untuk mandi, setelah itu mengganti pakean nya. Mai keluar dari kamar mandi mendapati sang papa masih setia menunggu nya.

Mei menggambil koper dan tas yang sudah di siap kan pelayan tadi lalu menghapiri sang papa.

"Pa. Mai sudah siap," pria baruh baya itu tersenyum lalu menggandeng tangan sang putri.

Mei melihat sekeliling rumah, rumah yang sudah Mei tempati selama 17 tahun harus kandas di lahap sang mama yang serakah.

Ia mengigat kembali kenagan semasa ia kecil dan juga tumbuh. Rumah yang telah menemani suka dan dukanya.

Mei memandang wanita paruh baya itu dengan tatapan sedih. Ia tak pernah menyangkan mamanya begitu tega pada Mei dan juga papa.

"Udah kan beres beresnya, aku gak mau ada satu barang kalian yang tertinggal," ucap wanita paruh baya itu pada manta suami nya dengan tatapan rendah suara mengejek.

Wanita paruh baya itu menatap Mei lalu memeluk Mei, mencium Mei dan nmengusap rambut Mei.

"Jaga diri kamu baik baik, jangan tumbuh seperti mama, jangan mau menjadi wanita seperti mama. Ingat Mei nya mama harus tumbuh dan mendapatkan cinta sejati, Mei sayang. Lupakan mama mulai hari ini," air mata Mei tumpah mendengar ucapan sang mama.

Wanita itu menghapus air mata putri nya." anggap Mei tak pernah memiliki mama sebagai mama Mei. dan mama juga tak akan menggap Mei sebagai putri mamah, kita tidak pernah memiliki hubungan ingat itu Mei," Mei menggeleng sambil membekap mulut.

Hati siapa tak luka bila harus kehilangan orang yang amat ia cintai. Mei memang menggap mama nya jahat tapi bagi seorang anak, ibu tetaplah ibu.

Wanita yang telah melahirkan, wanita yang telah merawatnya di kala sakit, wanita yang selalu di anggap wanita paling penting.

Dan sekarang sang mama enggan menggap nya anak?

"Mama jahat, Mei benci mama," Mei berlari meninggalkan sang mama. ' tuhan kenapa kau suka sekali melihat aku menderita? Kenapa, kenapa tuhan. Apa sebegitu nya kau mebenciku?.

Pria paruh baya yang melihat putri nya menangis, Dia juga merasakan kesedihan putri nya. Ia mengelus rambut putri sambil tersenyum.

"Ayo Mei kita pergi." Mei pun pergi mengikuti sang papa.

-

Mei duduk termenung di dalam bus yang ia naiki, ia tak tau sang papa akan membawa nya kemana. Hujan. Ya hari itu hujan.

Seolah hujan tau bahwa sang pemilik hujan sedang berduka.

Tak jauh dari arah di depan sebuah truk yang sedang berjalan terus berjalan lurus. Sang sopir bus coba memutar bus untuk belok ke arah kiri namun sang supir tak berhasil.

Truk itu lebih dulu menabrak bus itu. Buspun ilang kendali dan menabrak tiang pembatas jalan.

-

Pintu ruang UGD itu masih belum nunjukan tanda tanda pintu akan dibukan. Pria paruh baya itu menangis di duduk nya.

Seorang Suster menghampiri pria baruh baya itu. "Tuan anda baru mendapat mengobatan pertama akan luka tuan, sebaik nya tuan istirahat dulu di kamar inap tuan," pria baruh baya itu menggeleng sambil menangis.

Ia menyalahkan dirinya atas kecelakaan hari ini. Kalo pria itu tak menaiki bus itu pasti ini tak akan terjadi pada putri nya.

"Tidak sus, tidak. Saya tidak bisa meninggalkan putri saya, dia satu satu satu harta saya sus," Suster itu mendekati pria baruh baya itu lalu menepuk pundak pria baruh baya itu.

Suster itu memandang iba pada pria paruh baya itu. Ia membiarkan pria paruh baya itu menyenderkan kepalanya.

Terlihat sangat jelas bawah pria ini sangat menderita.

"Tuan, di mana istri anda?," pria itu tersenyum sinis pada diri sendiri. Ia menatap Suster yang duduk di sebelah nya .

"Dia wanita yang serakah, dia tidak akan datang. Dia sudah tidak peduli lagi pada putri nya, dia telah memutuskan benang yang mengikat antara ibu dan anak," ucap pria itu

Entah mengapa pria itu menceritakan semua itu pada orang yang tidak ia kenal. Tapi pada wanita yang duduk di samping nya ia merasakan kenyaman, kenyaman dan rasa percaya yang tidak ia rasakan selama ini pada mantan istri nya yang serakah.

Tak lama kemudia sang Dokter keluar.

"Keluarga pasien," ucap Dokter.

"Saya Dok, saya papa nya,"

"Anak bapak mengalami benturan dan beberapa tulang patah, keadaan nya juga kritis kami juga tidak tau kapan anak bapak akan sadar. Jadi tolong bapak bersabar dan menguatkan anak bapak," jelas sang Dokter.

Pria itu hanya mengangguk lemas, lalu Dokter pun pergi. Suster tadi mendekati pria itu lalu menepuk bahu nya.

"Bapak kuat, bapak mampu mengdapi ujian ini," ucap sang suster itu sambil tersenyum.

Untuk sesaat senyuman nya mampu menguatkan hati pria itu.
















TBC

-Bersambung

Semoga suka.

30,11,2018.

kau CahayakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang