"Ha...," Setelah beberapa kali mencoba menelepon, panggilan Kirana akhirnya diangkat juga.
"Katanya pulangnya jam empat?" tanpa menunggu halo dari Kirana dengan terburu-buru Nan langsung nyerocos dari balik telepon.
"Lah, ini bahkan sudah hampir jam setengah lima kali. Kak Tio jadi jemput enggak?"
"Harusnya jadi. Dia kan masih cuti hari ini. Have you called him?"
"Sudah kok. Tapi, enggak diangkat-angkat."
"Tunggu sebentar lagi atau pulang naik angkot aja."
"Uangnya abis buat jajan."
"Duh, ngerepotin deh. Ya udah, gue telepon Tio lagi. Tunggu di Sekolah aja." Nan langsung menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban Kirana.
Kan elo sendiri yang nyuruh pacar elo buat jemput gue, Malih! Batin Kirana kesal dalam hati. Dengan sebal Kirana melemparkan teleponnya ke dalam tasnya.
"Denger-denger besok sudah enggak boleh bawa handphone lagi." Satu suara menarik perhatian Kirana.
Kirana menoleh mencari sumber suara tersebut.
Laki-laki di lapangan pagi tadi.
"Videonya belum nyebar ya?"
"Belum," jawab Kirana kalem.
Laki-laki itu mendekat, kemudian dari balik saku jaketnya ia memberikan satu buah jepitan.
"Ini dia jepitan rambut gue. Akhirnya ketemu!" jerit Kirana girang.
Laki-laki itu tersenyum geli melihat tingkah Kirana yang nampak kelewat bahagia hanya karena sebuah jepitan rambut.
"Tapi, telat banget sih ini jepitan rambut ketemunya. Pasti poni gue udah jelek banget seharian."
"Enggak kok, cuma bolong-bolong jarang gitu."
"Gigi kali ah dibilang bolong-bolong jarang."
"Tambahin baking powder aja biar ngembang," usul laki-laki itu usil.
"Jayus ya Anda."
"Enggak apa-apa yang penting ganteng."
Kirana mengernyitkan dahinya, membuat tampang tidak percaya atas apa yang ia dengar. Yang kemudian dibalas cengiran polos oleh laki-laki tersebut.
"Eh, tapi sorry ya. Pasti ini gara-gara kelakuan gue pagi tadi deh jadi anak-anak baru enggak boleh bawa handphone sepanjang masa orientasi sialan ini."
"Santai aja lah. Mereka aja yang kelewat paranoid. Tapi yang elo lakuin tadi pagi cukup keren sih."
"Cukup keren bagaimana?"
"Ya elo ngebela anak yang dibully itu."
"Seharusnya semua orang melakukan hal yang sama. Enggak cuma diam dan membuat hal-hal kayak gitu jadi sesuatu yang wajar."
"Enggak semua orang punya keberanian yang besar kayak elo tadi pagi buat nyari gara-gara, di hari pertama pula."
"Keberanian biasanya akan muncul di saat-saat ketika dibutuhkan. Seperti Musafa bilang di film Lion King; being brave doesn't mean you go looking for trouble. Tapi, sebenarnya gue ada takut-takutnya juga kok. Cuma ya mau bagaimana lagi. Pilihannya antara melawan atau diinjak-injak terus."
"REVOLUSI!" pekik tiba-tiba laki-laki itu membuat Kirana kaget.
"Sorry. Gue kebawa sama speech elo tadi sih."
Kirana tidak bisa tidak tertawa melihat sikap aneh laki-laki di depannya itu.
"Sudah ganteng, lucu lagi. Hati-hati suka."
YOU ARE READING
Kirana
Romansa[UPDATE TIAP MINGGU] Seorang anak baru memutuskan melawan seisi sekolah dengan membuat PENSI yang tidak pernah ada sebelumnya di SMA kota kecilnya demi mendapatkan perhatian kakak kelas idolanya, sementara dia harus berurusan dengan kegilaan pernik...