Part 1

343 47 9
                                    

Aku menguap dengan lelah, seharusnya aku tidur saja. Semua ini merepotkan. Sungguh merepotkan.

Kenapa aku setuju melakukan ini?

Tak lama terdengar suara kaa-san memanggilku, dan mau tidak mau aku menuruti dia untuk sarapan. Ah, aku malas sarapan. Tapi aku tidak berani bilang itu pada kaa-san..

"Ohayou.. " Sapa kaa-san dengan senyum lembut milik nya itu.

Aku balas tersenyum seadanya, "Hm." Kubalas juga dengan seadanya. Aku terlalu lelah, dan seharusnya kaa-san sadar. Tapi kenapa dia tidak mengatakan apapun?

Kaa-san menaruh piring dengan roti bakar di atas nya, kemudian disajikan bersama segelas kopi untuk membuatku semangat.

Kaa-san memang yang terbaik, tidak perlu mengatakan apapun. Dia langsung memberikan apa yang aku butuhkan. Merasa senang juga bangga atas kaa-san ku sendiri.

Aku tersenyum kecil ketika kaa-san mengacak rambut ku.

"Sayang, kamu ke kampus lagi hari ini?" Tanya kaa-san dengan senyum, aku selalu kagum pada kaa-san. Setiap aku melihat nya, tidak pernah senyum itu menghilang dari wajah nya.

Kubalas dia dengan anggukkan kepala, lalu dia mencium kepala ku.

"Ya sudah, kaa-san kembali ke kamar ya. Kamu hati-hati di jalan, ada banyak kejadian seram, yah, kaa-san tidak perlu khawatir sih.. "

Aku menyengir pada kaa-san, dia mengelus kepala ku dengan penuh kasih sayang. Aku bisa merasakan nya.

"Iya, aku kan kuat." Balas ku, membuat kaa-san tersenyum.

"Anak kaa-san paling kuat, nah, sekarang makan sarapan kamu. Kaa-san tidur lagi, hehe.. "

Aku tertawa pada sikap kekanakan kaa-san, sungguh, tidak ada kaa-san di dunia yang bisa mengalahkan dia. Bagi ku dia adalah seorang malaikat sejati, diturunkan oleh Tuhan khusus untukku.

Tuhan, aku berterima kasih atas makanan ini juga seorang malaikat yang telah engkau turunkan untukku.

Dan dengan senyum lebar, kusantap sarapan ku.

------

Seharusnya aku sekarang sudah berada di kelas. Tapi kenapa aku malah terlibat dengan hal-hal tidak jelas ini!?

Bukan, bukan terlibat.

Uhm, apa itu nama nya? Diculik? Ah, mungkin benar nama nya terlibat. Ah sial.. Aku terlalu takut.

"Kau kira kau akan pergi kemana!?"

Sebuah tali - apa itu benar-benar tali!? Itu terus menusuk orang-orang!! - melewati kepala ku, tertancap kepada seorang lelaki berpakaian hitam di belakang ku.

Dan kini aku sadar semua orang berpakaian hitam pun sudah terkapar di tanah.

Anak ini menjadi pusat perhatian.

Untung saja aku memilih pakaian pastel! Kalau aku pakai hitam pasti aku juga akan ikut terbunuh!

Lalu aku sadar, posisi ku tidak lebih baik daripada orang-orang yang terbunuh. Bahkan lebih buruk. Karena sekarang anak itu -atau lelaki?- sedang menggeram pada ku.

"T-tenang, uhm, saya.. Saya bukan.."

Mungkin ucapan ku salah, atau memang ini sudah takdir ku. Tapi dia kini berlari ke depan ku dengan geraman yang menyeramkan.

Sial, aku terlalu takut untuk bergerak. Jangan bicara soal lari, menggerakkan badan saja tidak bisa

Lalu sebuah tangan - perban..? Oh. - menarikku menjauh dari anak lainnya, Dazai tersenyum pada ku. "Aku menyelamatkan mu." Ucap nya, membuatku tersenyum juga.

"Ya, Terima kasih."

"Nah, kamu tetap disini, akan aku urus anak itu."

Oh jadi aku benar, itu seorang anak kecil. Selagi aku berpikir soal itu, Dazai sudah kembali berjalan pada ku, anak kecil itu di gendongan dia.

"Wah, bagaimana bisa?" Tanya ku takjub, Dazai menjatuhkan anak itu ke tanah. Kulihat anak itu kini dalam posisi yang bisa dibilang menyakitkan, tapi dia pantas mendapatkan itu. Dia membunuh orang-orang di sekelilingnya.

Kurasakan tangan mengangkat dagu ku, lalu wajah Dazai di depan ku.

"Hmm.. Abilitas. Kamu memiliki itu?" Tanya dia tiba-tiba, aku merengut pada pertanyaan dia.

Abilitas, aku pernah dengar soal itu. Dimana seseorang mempunyai kekuatan, lalu, bukankah ada kelompok para pemilik abilitas? Uhm, apa itu nama nya..

"Agensi Detektif Bersenjata...?" Ucap ku tiba-tiba, membuat senyuman lebar terukir di wajah Dazai.

"Ya, benar, tapi apa kamu memiliki kekuatan?"

Aku menggeleng sambil terkekeh, "Tidak, maaf, hidupku cukup membosankan.." Jawab ku jujur, tidak ada poin berbohong kepada orang ini.

Dazai menarik tangannya dari dagu ku. Setelah beberapa saat kami bertatapan tanpa ada maksud -bagi ku, sih. Mungkin sebenarnya dia terpana pada kecantikan ku. Ah aku bicara apa!! Ini memalukan! - Dazai pun kembali tersenyum.

"Begitu kah?" Tanya nya, aku mengangguk.

Lalu tiba-tiba dia menarik tangan ku, dengan reflex aku menjerit terkejut. Tapi sepertinya dia tidak peduli? Uh, ada apa dengan perubahan sikap dia?

Aku berdeham pelan, mencoba menarik perhatian dia.

"Tangan mu indah.."

Oh. Jadi itu kenapa dia memegang tangan ku.

"Terutama jika tangan mu ini melingkar di leher ku-"

"DAZAIII!!"

Teriakan seorang lelaki yang memanggil Dazai membuatku kembali terkejut, tapi, aneh nya lagi.. Dazai terlihat biasa.

Apa yang membuat dia tidak pernah terkejut atau kagum dengan suatu hal?

Itu sih, yang kulihat.

"Ah, (Y/n).. Aku harus pergi, sampai jumpa lagi." Dia mencium telapak tangan ku, membuatku bingung akan sikap nya. Lagi.  "Kunikida-kun! Aku menemukan Akutagawa!!"

Ini.. Cukup aneh.

Mungkin ini adalah jalan ku menuju ke dunia yang aku inginkan? Penuh dengan tantangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duality || Dazai Osamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang