Chapter 3 (Fear and Worry)

254 19 7
                                    

Budidayakan vote sebelum baca ya sayang😘




























Tuan Byun melajukan mobilnya, membelah jalanan yang tampak lenggang dan sepi. Hening, dingin, dan gelap. Mungkin ungkapan itu cocok untuk menggambarkan keadaan jalan kota Seoul malam ini.

Keheningan tidak hanya melanda jalanan. Tetapi dirasakan sampai ke dalam mobil Tuan Byun. Tidak ada suara lain yang menyapa telingaku, selain bunyi rintik hujan yang berjatuhan mengenai atap mobil Tuan Byun dan suara deru nafas kami yang senada, berirama dan teratur.

"Ekhemm" Tuan Byun berdehem ringan, memecah keheningan.

"Soal ciuman itu--"

Aku memotong cepat perkataan Tuan Byun

"Lupakan saja! Sekarang aku sudah resmi menjadi kekasih bayaranmu."

"Aku tidak bermaksud menyakitimu." Lanjut Tuan Byun

Aku menatapnya sekilas dan mengangguk, mengiyakan dengan malas. Lantas kembali menatap jalanan gelap dari balik jendela mobil yang mulai berembun seraya menggosok kedua telapak tanganku yang terasa dingin.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Tuan Byun, mengambil alih atensiku menjadi menatapnya.

Aku mengangguk ringan, mengeratkan tanganku dan hampir memasukannya ke dalam saku piyama, sebelum Tuan Byun menarik sebelah tanganku kemudian menggenggamnya erat. Matanya masih fokus menatap jalanan.

"Tanganmu dingin. Kau yakin baik-baik saja?"

Kutarik paksa tanganku dari genggaman Tuan Byun kemudian berujar pelan "Aku hanya kedinginan. Bagaimana denganmu?"

Tuan Byun tertawa, kemudian menepikan mobilnya. Ia menatapku dalam keheningan selama beberapa saat, lantas kembali membuka pembicaraan. "Aku juga kedinginan. Bagaimana kalau kita saling menghangatkan di malam yang dingin ini?"

"Sekarang aku-- aku tidak kedinginan. Aku baik-baik saja." Ucapku terbata, membuat Tuan Byun kembali tertawa dan mendekat kearahku. Ia melepas kancing kemejanya satu persatu, memperlihat kaus tipis berwarna putih yang menutupi tubuhnya membuatku gelagapan.

"Tuan, jangan membuatku takut!" Aku beringsut mundur, hingga punggungku menekan pintu mobil.

"Aku heran, kenapa kau selalu berfikiran buruk tentangku hm?" Tanya Tuan Byun, masih dengan tangan yang sibuk melepas kemejanya.

Perasaan takut kembali merayapi tubuhku. Tuan Byun mengurungku dengan kedua tangannya. Ia mendekatkan wajahnya sesaat setelah melepas kemejanya.

"Tu-tuan. Kau berjanji akan mengantarku pulang" Ucapku, menunduk menghindari tatapan mata Tuan Byun.

Kudengar Tuan Byun tertawa pelan. "Aku hanya akan memberikan kemejaku, supaya kau tidak kedinginan"

"Apa?"

Aku mendongkak tanpa sadar hingga keningku dan kening Tuan Byun saling berbenturan.

"Aw.. Kau tidak tahu cara berterima kasih ya?" Tuan Byun meringis, ia mengelus keningnya berkali-kali.

"Itu balasan karena Tuan menakutiku!" Protesku tidak mau kalah.

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang