CSH-2

1.7K 61 9
                                    

"Jadi gini Za, tetangga baru aku tante Lina punya anak yang Masyaallah idaman semua wanita banget tau, dan kamu tau gak kayanya hari itu jadi hari yang paling beruntung bagi aku karna aku gak sengaja papasan mata sama dia dan kamu tau gak dia malah senyummin aku terus nundukin pandangan gitu kaya yang malu terus nih hari itu juga aku bisa kenalan sama dia plus kenal semua keluarganya lewat tante Lina". Ucap Nai yang antusias dan loncat loncat tak mau diam padahal saat ini mereka masih dikoridor membawa sebotol air mineral dari kantin.

Nai yang melihat Fiza hanya terdiam tak merespon sama sekali hanya memajukan bibirnya lalu ia mendudukan tubuhnya dikursinya dengan kesal.
"Kamu ko gitu si Za aku ngomong panjang lebar malah gak direspon sama sekali. Kebiasaan kamu mulai lagi deh gak pernah banget ngehargain orang lain" Nai lalu mempercepat jalannya meninggalkan Fiza yang sedang tertawa ketika melihat bibirnya yang dimajukan.

Fiza lalu berlari mengejar Nai namun telat Nai sudah masuk ke kelas dengan wajah yang masih ditekuk. Fiza kembali terkekeh ketika melihat Nai sekesal itu, gawat sekali jika Nai sudah ngambek seperti ini sambil terkekeh akhirnya ia mengangkat suara "Bukannya aku gak ngehargain kamu Nai, masalahnya itu kamu cerita gak pakai titik koma langsung aja nyerocos kaya jalan tol jadi kan aku bingung harus ngerespon kaya gimana".

Kini gilirannya Nai tak ingin merespon sama sekali ucapan Fiza, biarkan saja Fiza tau rasanya jika kita sedang berbicara tak enak jika tak direspon sama sekali.

"Udahan dong ngambeknya" Fiza menggoda Nai sambil mencolek colek dagunya, Sedang Nai tak tergoyahkan sama sekali.

"Aku mau bilang sesuatu sama kamu loh Nai tapi kali ini penting banget". Ucap Fiza kali ini dengan serius namun Nai tak memperdulikan sama sekali sampai guru agama pun tiba dikelas.

•••

Sepulang sekolah Fiza melihat ada sebuah Mobil terparkir di pekarangan rumahnya, nampak rumahnya seperti kedatangan tamu. Ia pun segera masuk kedalam.

"Assalamualaikum" Fiza memberi salam. 

Saat masuk kedalam rumah Ia mendapati saudaranya yang jauh dari malang yaitu Tante Tita bersama bang Faris sedang berbincang bincang dengan Umi di ruang tamu.

"Waalaikumusalam" balas mereka berbarengan.

"Udah pulang?" ucap Umi dan menyambut tangan Fiza yang ingin bersalaman begitupun pada tante Tita dang bang Faris.

"Mm iya Um".

"Kamu sudah besar ya tambah cantik aja" ucap tante Tita ketika Fiza hendak bersalaman dengannya.

"Syukron, tante juga tambah cantik ko"ucap Fiza sambil tersenyum manis. "Eh Ais makin gemes aja" ucap Fiza sambil mencubiti bayi yang baru berusia 8 bulan tersebut.

"Bang" kali ini Fiza bersalaman dengan Faris.

"Eh iya" ucap Faris sambil terkekeh "Udah besar ya sekarang".

"Tumbenan Tante kesini"

"Gak boleh emang?"

"Hehe gak gitu tan cuma ya gimana ya?" ucap Fiza tak enak hati.

"Faris lagi liburan karna habis Uas jadi main deh kesini" Tante Tita menjelaskan lalu meminum teh yang sudah disediakan Uminya.

"Oh iya Za ada yang abang ingin bicarain sama kamu, tapi kamu bersih bersih dulu gih abang tunggu di dekat balkon yang menghadap kolam renang".

"Mm yasudah Fiza permisi dulu semuanya" pamit Fiza ia lalu pergi saat ketiganya mengagukan kepala.

•••

Setelah membersihkan tubuhnya dan memakai jilbab panjang Fiza menghampiri Faris yang kini tengah duduk sambil menatap kolam renang yang tenang.

"Bang" panggil Fiza yang membuat Faris langsung menengok kearahnya. "Afwan udah nunggu lama ya?" tanya Fiza berbasa basi.

"Nggak lama ko cuma terlambat" yang diakhiri dengan kekehan.

"Sama aja kali bang" ucap Fiza ikut tertawa "Ada apa ya bang?"

Terlihat Faris mengubah posisi duduk menjadi tegak "Mm Apa bener kamu akan pindah kepesantren Za?" tanya Faris kali ini.

Fiza yang mendengar ucapan Faris hanya menunduk kepalanya, pasti Uminya yang sudah bercerita kepada tante Tita dan Faris.

"Za?" tanya Faris karna tiba tiba Fiza terdiam.

"E-eh, ya gitu bang" Fiza lagi lagi menundukan kepalanya. Ntah kenapa jika membahas tentang hal ini hati kecilnya begitu sensitif seakan kerja sama dengan mata, matanya pun ingin mengeluarkan cairan bening yang sedari tadi ia tahan.

"Berat ya pasti?" Tanya Faris kali ini yang mengerti perasaan Fiza. "Sama ko abang juga dulu gitu waktu SMA, Berat banget apalagi abang harus membagi waktu antar sekolah juga pesantren. Terutama ninggalin Umi Tita dan ade Ais Apalagi kita harus berbaur kembali dengan lingkungan yang amat berbeda dengan lingkungan kita".

"Fiza udah solat Istikharah?"

Fiza mencoba mengangkat kepalanya dan menatap kosong kedepan "Sudah bang" ucapnya lemah.

"Lalu sudahkah mendapat jawabannya?"

"Sudah bang" kini dirinya semakin tertunduk.

"Abang dengar cita cita Fiza mau jadi Hafidzah benar?"

"Iya bang"

"Ade tau gak? Dulu Cita cita abang ingin jadi  apa?

Fiza hanya terdiam enggan untuk berkomentar.

"Abang ingin jadi seorang wirausaha yang sukses De. Tapi abang berfikir apa iya dengan pesantren abang bisa menjadi seorang wirausaha yang sukses sedang semua santri pasti hanya tau mengaji saja dan hanya pelajaran yang menyangkut agama saja yang mereka pelajari" ucap Bang Faris seakan meremehkan santri santri.

"Kamu tau gak ternyata hal hal negatif yang selama abang pikirkan tentang pesantren itu salah besar de, ternyata mereka mempelajari semua pelajaran yang ada di sekolah umum tapi bedanya mereka memakai alquran hadist serta kitab kitab yang in sya allah lebih sohih penjelasannya"

"Apalagi ketika menyangkut urusan berwirausaha pak kiyai selalu menyangkut pautkan cara berwirausaha sukses yang sesuai dengan cara Rasulullah Saw yang tentu saja sudah jelas sunahnya" ucap bang Faris menjelaskan panjang lebar.

"Dari situ abang mulai benar benar niat belajar lilah karana Allah taala supaya kelak abang menjadi seorang yang in sya allah sukses dunia maupun akhirat. Dan allhamdulilah Allah mengizinkan sampai abang bisa melanjutkan kuliah abang yang sekarang lagi menuju S2 dengan abang yang sudah bisa bayar sendiri dari usaha abang membuka restoran yang Allhamdulilahnya sekarang makin ramai dan bonusnya abang bisa jadi seorang Wirausaha plus hafidz qur'an".

"Kamu tau gak banyak point penting yang kita dapat ketika kita berada disana, seperti kita harus belajar sederhana dan bertanggung jawab, kedisiplinan dan semangat belajar,bergotong royong, dan ini yang paling seru makan bersama" ucap Bang Faris mencoba membangkitkan semangat Fiza.

"Abang jadi ingin kembali kemasa lampau, kamu tau gak setiap abang Rindu mondok pasti abang langsung mengunjungi pondok pesantren sambil membawa makanan untuk para santri juga bersilaturahmi"

"Kamu pahamkan maksud semua penjelasan abang? Dengan cita cita kamu yang mulia ingin menjadi seorang hafidzah itu malah jurusan yang cocok untuk kamu tempuh mencapai kesuksesan yang In Sya Allah lebih lebih dari semua yang abang dapet sekarang".

Fiza hanya meneteskan air mata "Syukron bang" ucapnya menangis terisak. " tadinya Fiza benar benar bingung walaupun sudah mendapat jawaban dari Allah, dan ketika abang memberikan pengalaman abang yang insyallah menjadi acuan dan motifasi bagi Fiza, Fiza sangat berterima kasih kepada Allah karna sudah mengirimkan perantara agar hati Fiza tergerak untuk melangkah ketempat yang diridhoi Allah. Syukron bang sekali lagi"

"Afwan za"

•••

To be continued

Tangerang, 05 Februari 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Sang HafidzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang