2'

26 2 0
                                    

Hampir semuanya berubah. Apapun itu, tapi aku harus tetap menyesuaikan diri bukan? Jadi mau tak mau aku harus belajar dengan keadaanku yang sekarang. Dan bukankah belajar adalah sebuah usaha untuk memperoleh pengalaman baru untuk dapat digunakan sehari-hari dengan baik? Jadi aku harus sanggup, toh ini juga demi kebaikanku sendiri..

Awalnya ini sulit. Aku seringkali ingin menyerah berkali-kali. Rasanya percuma. Tapi aku harus tetap bertahan. 


Aku harus belajar menghafal lingkungan disekelilingku.

Belajar mengenali jarak meskipun sering tertipu samar..

Belajar berjalan lurus meski tak lagi melihat adanya lurus..

Belajar fokus meskipun titik menghambur..


Untuk berjalan lurus perlahan saja aku masih menabraki kaki kursi dan melukai jari manis kakiku! Ngilu. Apalagi jika kepalaku terantuk tembok karena meleng dalam melangkah. Rasanya sakit. Ughhh..

Cukup.

Aku tak ingin terluka berkali-kali lagi. Jadi kuputuskan untuk bersabar dan tetap berusaha selurus mungkin.  


Tapi ini melelahkan!

Bayangkan saja, untuk berjalan lurus saja kau harus berlatih dan memasang intuisi kepekaan yang cukup tinggi! Jika keadaanku saja sudah seperti ini, bagaimana bisa aku berkendara sendiri dengan sepeda kayuh ataupun dengan sepeda motor? Ini buruk. Bisa-bisa energiku banyak terbuang hanya untuk berkonsentrasi pada jalan..

Selain harus bertahan untuk tetap lurus di jalan, aku harus menyesuaikan jarak antar kendaraan dengan kecepatanku. Belum lagi jika harus menyesuaikan kendaraanku dengan kendaraan lain di sekitar yang hanya Tuhan dan Si Pengendara yang tahu kapan harus berbelok serta merapat.

Aku pusing! 

Belum lagi dengan suara bel dan sirine yang memekakkan telinga dan meracuni fokusku.Konsentrasiku terpecah.


Sekarang,

Hal sederhana saja telah menjadi rumit.


Padahal.. 

Aku hanya ingin mandiri dan berjalan sendiri


 Namun untuk dapat berjalan layaknya manusia biasa yang lain, haruskah sesulit ini?

Sight!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang