Sekilas Pandang

4 1 0
                                    

Ishaq Pov

"Jangan lupa obat penghilang nyerinya diminum ya,,salepnya juga rutin dioleskan pada luka.Cepat sembuh ya Isyana" ucapku seraya tersenyum.

"Makasih mas,,aku seneng deh punya temen seperti kamu.Semua sikap kamu ke aku nunjukin kalo kamu tuh peduli" jawabnya.

"Iya,harusnya kamu gak gini lagi.Kan kamu udah janji yang kemarin itu terakhir" aku sedikit kecewa padanya,sebab ia ingkar janji.

"Mas,aku terpaksa.Nyawa adikku sedang berada di tangannya. Mana mungkin aku akan diam saja?kakak macam apa aku yang membiarkan adikku hampir terbunuh dan dilecehkan?" suaranya begitu parau.Oh tidak, aku telah mengingatkan ia tentang tragedi itu.Teman apa aku ini? Justru menyayat luka yang belum sempat mengering.Spontan aku memeluk tubuhnya.

"Maafkan aku Isyana,,aku tak bermaksud seperti itu.Harusnya aku tak mengingatkan mu tentang masa itu" ucapku dengan nada menyesal.

"Tak apa,,aku baik baik saja." syukurlah..

"Ayo ku antar pulang, tak baik malam-malam seorang wanita pulang sendirian" ucapku sedikit memaksa.

Saat di dalam mobil semua mendadak hening. Aku sangat menyayanginya, entahlah mungkin karena dia berbeda dari kebanyakan wanita. Dia adalah perempuan hebat yang aku temui setelah ibuku.

"Isyana, kita sudah sampai. Jangan lupa makan dan minum obat, setelah itu langsung istirahat. Ingat janji kamu kan? Jangan ulangi itu lagi ya? Aku sangat mengkhawatirkanmu" ucapku seraya memandangi wajahnya. Namun ekspresinya berubah menjadi sendu, aku adalah orang yang sangat lemah ketika dihadapkan pada Isyana.

"Maafkan aku mas, aku hanya ingin melindungi. Aku berjanji takkan lagi melakukannya kecuali karena terdesak" jawabnya sambil menunduk.

"Tak apa, aku mengerti. Jaga dirimu baik-baik, aku takut kehilanganmu" ucapanku sontak membuat tubuhnya menegang, entah karena apa yang jelas dia nampak sedikit terkejut.

"Aku turun dulu mas, hati-hati di jalan ya" ucapan dan senyuman yang sangat sederhana saja mampu membuat hatiku berdesir. Oh, Allah.. Jika dia jodohku, lancarkan niatku untuk melamarnya. Semoga kau mengabulkan doaku.

Ketika aku hendak melajukan kendaraan, aku sempat melihat seorang perempuan dengan hijab lebar dan gamis yang menutup tubuhnya sedang menatapku curiga. Dia siapa? Jika dia ibunya Isyana, sangat aneh bukan? Sebab dia terlihat sangat muda. Ah sudahlah, tak penting juga. Aku segera melajukan mobilku menjauhi rumah Isyana.

Hitam Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang