6:02 pm
"Detik Detak yang RetakDi jantung puisi itu, namamu taklagi berdetak. Retak satu-satu, gugur sebagai detik-detik di sepanjang ingatanmu yang gersang."
6:02pm
"Coba lanjutkeun"6:03pm
"uhm.."6:03pm
"tentang apa nih?"6:04pm
"Dont even think about it. Just continue."6:06pm
"Detik Detak yang RetakDi jantung puisi itu, namamu taklagi berdetak.
Retak satu-satu, gugur sebagai detik-detik di sepanjang ingatanmu yang gersang.Bait demi bait jatuh ke tanah, mendebah upaya yang payah. Terbawa angin dengan gelisah, tak sanggup rebah, bahkan melupa sesuatu yang pernah."
6:12pm
"Lalu, aku yang bingung"6:15pm
"lanjuut"6:27pm
"Detik Detak yang RetakDi jantung puisi itu, namamu taklagi berdetak. Retak satu-satu, gugur sebagai detik-detik di sepanjang ingatanmu yang gersang.
Bait demi bait jatuh ke tanah, mendebah upaya yang payah. Terbawa angin dengan gelisah, tak sanggup rebah, bahkan melupa sesuatu yang pernah.
Aku menziarahimu saat Selasa tiba. Menguburkan namamu jauh di dalam kesunyian; tersimpan di serat-serat kemuning bernama Sesal."
6:44pm
Detik Detak yang RetakDi jantung puisi itu, namamu taklagi berdetak.
Retak satu-satu, gugur sebagai detik-detik
di sepanjang ingatan yang gersang.Bait demi bait jatuh ke tanah,
mendebah upaya yang payah.
Terbawa angin dengan gelisah—tak sanggup rebah,
bahkan melupa sesuatu yang pernah.Aku menziarahimu saat Selasa tiba.
Menguburkan namamu jauh di dalam kesunyian;
tersimpan di serat-serat kemuning
bernama Sesal.Andai kepergian itu tak perlu berlabuh
di dermaga waktu,
aku tak harus jauh mengayuh
pengharapan yang semu.
Kita, telah menjadi sampan yang tenggelam,
meski masih asing dari sejatinya berlayar.— Ivanasha & Ariqy Raihan
5/6 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Nama
Romance(Kumpulan Prosa) Puan, aku pernah menyimpan sepotong kenangan di balik bingkai matamu yang teduh dan basah-yang lantas gugur satu-satu bersama waktu. Sampai akhirnya aku berhenti melangkah. Sampai akhirnya, aku hanya menitipkan sekumpulan kata di je...