"kak Jisoo" panggil Jennie dengan ekspresi datar
"Umm" Jisoo tersenyum
"Kenapa kak?"
"Kenapa apanya Jen?" Tanya Jisoo bingung
"Kenapa ga jujur sama aku, kenapa ingkar janji? Huh?" Desak Jennie menggebu sambil menatap tajam ke Jisoo yang saat ini punggung nya sudah bertemu dengan dinding akibat terus didesak mundur oleh Jennie.
"Apa maksudnya Jen? Coba ngomong pelan-pelan" kata Jisoo berusaha memegang pundak Jennie namun di tepis nya
"Kenapa harus dari orang lain aku tau, kenapa bukan dari kalian? Huh?" Mata Jennie bergetar
"Kakak ga ngerti maksud kamu Jen, coba tenang dulu, jelasin" kata Jisoo, kedua tangannya kembali berusaha memegang pundak Jennie
"Kak Joy bilang, kakak akan lanjut study ke Australia, apa itu benar? kenapa papa mama aku tanya juga diem aja?" Jennie bertanya dengan nada yang rendah berusaha tenang. Jisoo tidak kaget lagi dengan pertanyaan itu, dia sudah bisa menduga kalau pertanyaan adiknya itu bakal menjurus perihal niatan nya untuk pergi belajar ke luar negeri, Jisoo kemudian hanya menundukkan kepalanya tidak bisa menjawab pertanyaan Jennie atau sekedar mengiyakan nya, ia takut.
"Kenapa diem? Bener kan?" Jisoo tetap diam
"Kak jawab!" Jisoo mengangguk sangat pelan.
"Hikss" tangan Jennie memukul dinding di belakang Jisoo, membuat Jisoo terkejut dan mengangkat kepalanya. Sementara kepala Jennie kini sudah di pundak Jisoo, ia lemas, marah, kesal. Jennie bukan tipe orang yang kalau marah akan meluapkan segala nya lewat kata-kata atau tindakan, dia lebih suka menahannya dan berusaha bersikap kalem, dia menggertakan gigi nya menahan amarah, sementara air mata nya mengalir dengan deras di pundak itu.
"Bukan salah mama papa kalau mereka diam, memang kakak yg nyuruh jangan kasih tau kamu dulu, niat kakak mau ngasih tau kamu sendiri" jelas Jisoo
"Ngasih tau sendiri? Kapan? nunggu H-1 berangkat baru ngasih tau aku gitu?" Kepala Jennie terangkat perlahan dan mata nya langsung mencari mata Jisoo. Namun Jisoo mengarahkan pandangannya ke bawah, menghindari mata itu. Jennie menarik nafas panjang, menyeka air mata dengan ujung lengan baju nya.
"Kapan pergi nya?" Tanya Jennie datar menatap Jisoo yang menunduk
"Minggu depan" jawab Jisoo pelan hampir tidak terdengar, ia takut akan respon adiknya. Lagi-lagi Jennie menarik nafas panjang berusaha mengontrol amarahnya, tidak tau mau berkata apa lagi, dia sangat kecewa dengan Jisoo yang tidak jujur kepada nya. Dia berdiri kaku sambil tetap menatap Jisoo, berusaha menahan air mata, nafas nya memburu, dada nya naik turun layak nya orang yang menahan emosi. Lama ia menatap Jisoo tanpa kata, menunggu penjelasan. Namun yang di harapkan tidak juga buka mulut.
"Kak tolong liat sini" perintah Jennie dengan datar, akhirnya dituruti, Jisoo menatap nya hati-hati.
"Cuma setahun Jen, kakak cuma mau belajar bahasa Inggris disana. Tahun depan kita sama-sama daftar di universitas, kakak ga lupa kok janji kita untuk 1 kampus nanti" jelas Jisoo berusaha membujuk
"Cuma setahun? Kakak kira setahun itu bentar? kakak pikir aku bisa bertahan? Kakak mau liat aku mati, iya? Hidup aku selama ini bergantung sama kakak.."
Kata perkata yang keluar dari mulut Jennie itu bak belati tajam yang mengiris hati Jisoo, dia tau betul betapa Jennie sangat bergantung padanya dan tidak dapat dipungkiri juga dirinya pun sangat bergantung pada Jennie, tapi mau bagaimana lagi keputusan nya sudah ia bulat kan untuk mencari kebenaran akan perasaan yang tidak wajar itu pada adiknya, apakah perasaan itu murni adanya atau hanya sekedar nafsu saja ketika berada di dekat Jennie, untuk itu ia memutuskan pergi menguji dirinya sendiri. Jika memang ia bisa bertahan tanpa terus memikirkan Jennie selama setahun, itu artinya perasaan nya selama ini hanya lah nafsu dan benar-benar harus ia dimusnahkan.
"Lagian kalo cuma mau belajar bahasa Inggris kan bisa disini aja kak, gak perlu pergi, ya kak? Masih bisa dibatalin kan?" Jennie memohon, nada bicara nya mulai melemah, kedua tangan nya mengambil tangan Jisoo untuk di genggam, mata nya penuh harap.
"Maaf ya Jen kakak gak bisa, keputusan kakak udah bulat semua udah siap, gak bisa dibatalin" Jisoo mengelus tangan Jennie meyakinkan nya. Tangis Jennie pecah saat itu juga, dengan cepat Jisoo menarik ke pelukannya tidak tega melihat adiknya menangis.
"Kakak jahat banget, tega banget, kakak ga sayang aku" ucap Jennie di sela-sela tangisannya
"Maaf Jen." Lirih Jisoo.
"Kakak gak sayang aku!" Jennie menarik-narik geram baju Jisoo
"Kakak sayang kamu, kakak cuma ragu sama perasaan aneh ini" ucap Jisoo dalam hati.
.
.
.
.
.
"Hari apa pergi nya?" Tanya Jennie dengan masih ada sisa tangisan. Kini Jennie sudah beralih dari pelukan Jisoo, dia berjalan kemudian duduk ditepi ranjang mereka, menyibukan diri dengan kalender ditangannya, enggan melihat Jisoo kembali."Jadi boleh kakak pergi?" Jisoo bertanya balik sambil berjalan mendekat
"Kalo aku bilang enggak, emang bakal gak pergi hmm?"
"Hehe hari Jum'at sayang" Jisoo mengalungkan lengannya pada leher Jennie yang duduk membelakanginya
"Gak usah sok sayang sayang!" Kesal Jennie.
"Ya terus mau panggil apa dong? Baby? Chagiya? Yeobo? Honey? Darling?"
"Gak lucu!"
"Hehe" kikik jisoo canggung
Sambil menghela nafas Jisoo duduk sedikit memberi jarak, kini ia terdiam hanya menatap punggung jennie, begitupun jennie yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri enggan berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
US [Jensoo]
FanfictionPikiran dan akal sehat bisa saja memilih orang yang ingin kita cintai tapi hati tak bisa dimanipulasi. Tidak ada yang bisa menipu detak jantung yang bekerja lebih cepat, meskipun pikiran kita setengah mati menolak nya.