Kelulusan tepat didepan mata.
Namun hingga detik itu juga, Kayla masih tak bisa memutuskan 'akan sekolah dimana aku nanti?'SMA Aquino. Nama yang unik, dan langsung menarik hati Kayla ketika melihat namanya pada sebuah kolom chat temannya.
"Kupikir ini akan menjadi pengalaman menarik, semenarik namanya" begitu gumamnya membuat ekspetasi kecil yang terbentuk dalam sebuah angan.
Seketika ia teringat oleh kenangan yang pernah ia dan seseorang dimasa lalu ciptakan dengan indahnya.
Tanpa kehadiranmu, aku masih bisa hidup. Tenang aku gak alay.
🌼🌼🌼
Berhari-hari setelah itu, tepat di pagi ini, tampak seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk didapur, "Kay, nanti kamu pulang sendiri ya" ucap wanita itu, yang ternyata ialah mamanya.
"Tapi ma, aku bahkan belum hapal jalannya, kalo aku tersesat gimana" ucapnya berharap pada mama, agar mau menjemputnya pulang nanti.
"Jangan banyak alasan, sudah berapa kali kamu sekolah, gojek kan bisa"
Huft. Untuk kali ini, ibu adalah paling benar.
🌼🌼🌼
Hari itu berlangsung dengan benar melelahkan, ditambah ekstra jurnalistik yang terlalu membosankan. Suasana yang ramai, berubah menjadi hening, ketika seorang guru berparas ayu masuk kedalam ruangan.
"Anak-anak, ibu akan memilih dua orang untuk menjadi sie dokumentasi dalam lomba classmeet 3 hari kedepan. Kayla dan Brian, ya?" Ucapnya membuat Kayla terpaku, mengapa harus dia dari sekian banyaknya murid disini?
"Ibu tau kalian bisa. Jangan lupa setelah itu, masukkan ke flashdisk yang besok akan diberikan oleh kakak panitia"
Brian mengangguk pertanda mengerti, sedangkan Kayla hanya mengangguk dengan tatapan penuh ketidakmauan.
🌼🌼🌼
Keesokan harinya, seluruh siswa dihimbau untuk mengganti seragam olahraga, termasuk Kayla dan teman-temannya. Begitu membuka pintu kelas, ia langsung dihampiri oleh teman sekelasnya.
"Kay, tadi kamu dicariin sama kaka kelas gitu, trus aku disuru ngasih ini" ujarnya, memberi sebuah keplek bertuliskan 'panitia'
Kayla segera kebawah berharap bertemu dengan kakak kelas itu, yang bahkan tak tahu sosok nya seperti apa.
"Kay" ucap seorang dari seberang sana.
Dalam hati, Kayla menduga dia adalah kakak kelas itu.
"Ya kak?"
"Langsung kebawah ya, mulai potret kegiatannya, jangan lupakan setiap moment terbaik nya!" Ujar kakak itu, kemudian pergi.
Kayla yang masih linglung, berusaha untuk memahami.
Dari kejauhan, ia melihat Brian dan kakak itu terlalu gesit untuk memotret, dia yang masih berada disudut tangga, akhirnya mencoba untuk mengambil gambar. Dan kegiatan itu berlangsung dengan baik hingga jam 10 pagi.
"Kay, gimana hasilnya?" Ujar kakak itu menghampiri Kayla yang berjalan sendiri menuju koridor.
"Lumayan biasa sih kak, hehe"
"Boleh liat hasil jepretan kamu?"
Kayla menyerahkan kameranya, dengan harapan semoga kakak itu tidak menyesal melihat hasil jepretannya. Bukannya tidak bagus, tapi Kayla memang tidak pernah percaya diri.
"Bagus bagus kok, yaudah lanjutin ya, kalo semisal kamu mau ikut lomba, keplek nya boleh kasih ke aku" ujarnya dan pergi lagi.
Sebenarnya, Kayla memang mau menyudahi panitia dokumentasi itu, tapi ia tak enak. Masa hanya sebentar?
Permainan yang cukup seru, membuat Kayla tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak mengikutinya. Ia langsung menyipitkan mata dan mencari sosok kakak kelas itu, yang entah dimana dia sekarang.
"Kak" orang itu menoleh kearah datangnya suara.
"Kak aku rasa udah cukup, aku boleh main ya"
"Oh oke"
Kayla pun dengan senang hati menyimpan kameranya, dan bergabung kedalam kelompok lomba yang sedari tadi ia inginkan itu.
'tak ada kata terlambat untuk bermain'
___________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
A WALK TO REMEMBER
Ficção AdolescenteAku ingin bertanya pada semesta. apakah bisa bersama dengan segala perbedaan yang bersatu untuk memisahkan kita? apakah matahari dan bulan akan bersama walaupun dipisahkan oleh malam dan siang? atau sebaliknya saling melengkapi?