0.2

9 0 0
                                    

Alea langsung berlari menuju Uks setelah mendengar berita mengejutkan itu dari beberapa siswa. Dan yang ia lihat saat ini merupakan kondisi Ave yang terbaring dengan tubuh penuh perban. Lengan disangga, kaki yang sepertinya terkilir itu membuatnya tidak bisa bergerak bebas.

"Ya Allah Ve.. lo kok bisa gini sih? Ini siapa yang buat sahabat gue ginian!" sentak Alea menatap sekeliling berang. Semua orang tahu siapa itu Alea Rihandini, cewek manis yang menyandang status tunangan seorang Yahsyar Al Kahfi, atlit taekwondo yang sudah masuk kancah internasional itu.

Semua orang diam, tidak berani membuka mulutnya untuk mengatakan siapa pelakunya. Dan itu makin membuat Alea geram.

"Gak ada yang mau ngomong! Pada bisu lo semua!" sentaknya pedas.

"Gue yang ceroboh, gak ada yang salah." tukasnya tidak mau membuat keributan, "kecilin suara lo dong Lea, pengang nih kuping." katanya mengusap telinganya dengan susah payah karna tangan kanan di gendong sedangkan tangan kiri diperban juga.

"Lo gak lupakan? Sebulan lagi loh Ve.. lomba marching band antar kota. Kalo lo aja masih sakit gini gimana mau wakilin." kata Alea mengingatkan akan hal penting yang harus diembanya.

Seolah baru tersadar, Ave memekik karna pusing memikirkan hal yang mungkin terjadi.

"Aah.. menyebalkan!" desisnya kesal sendiri.

* * *

Rayhan duduk di bangku panjang depan kelasnya dengan tangan lecet, kakinya juga agak pincang karna lututnya menghantam lantai terlalu keras.

Ya benar. Cowok yang ditarik itu Zidan, namun karna terkejut refleks yang baik saat Zidan menepisnya ia hendak meraih tangan Ave namun naasnya ia terdorong tubuh dibelakangnya hingga membuatnya jatuh menimpa tubuh mungil seorang Avia Vellovia, gitapati manis dan cantik idola kaum adam satu sekolah.

"Anjir! Sumpah gue gak sengaja, gue kan kaget dan lo tau kalo gue kaget suka spontan gitu, sumpah gue gak niat celakain lo ataupun primadona sekolah kita." rutuk Zidan dengan wajah frustasi.

"Gue juga luka nih!" kata Rayhan mengingatkan Zidan jika bukan hanya Ave yang mendapat luka tapi juga dirinya meski tidak separah cewek itu.

"Tapi lo luka ringan, lah Ave gue.. haduh bakal jadi masalah ini kalo Arnold sama Yas pulang tahu permata kesayanganya lecet."

"Drama lo! Lebay!" kata Rayhan sok santai padahal dirinya juga merasa sedikit gentar karna mengingat reputasi seorang Arnold Ardiansyah, kakak sepupu Avia Vellovia si gitapati sekolah.

"Ehh? Kan ada lo yang bisa jadi tameng gue nanti." katanya penuh percaya diri yang langsung mendapat serangan tiba-tiba dibetisnya membuatnya meringis ngilu.

"Ada abang mah dedek aman..hehe." kekehnya merasa ada pelindungnya. Rayhan tidak menanggapi apapun. Pikiranya bercabang, memikirkan kondisi Avia saat ini. Ia yakin tubuh cewek mungil itu tidak baik-baik saja.

* * *

Ave mendesah sebal merasakan rasa perih di pangkal pahanya karna tertimpa tubuh jangkung tadi. Ia jadi jalan pincang menahan rasa sakit yang menggerogotinya dua arah.

"Aaaa!" jerit Ave saat merasakan tubuhnya melayang karna seseorang mengangkatnya tiba-tiba. Dan saat ia menoleh, wajah datar yang rupawan itu menyapa penglihatanya.

"A.. arnold! Kenapa lo disini?!" tanya Ave bingung, pasalnya seharusnya ia ada di Jepang ikut bibi Arum menghadiri acara keluarganya. "Turunin gue!" perintah Ave namun tidak dihiraukan olahnya. Arnold terus menggendongnya menuju parkiran sekolah lalu mendudukanya di kursi penumpang sebelah kemudi.

"Diam! Gue gak minta lo ngomong!" ketusnya datar lalu menutup pintu mobil, memutarinya lalu duduk dibalik kemudi membawanya mobil itu keluar area sekolah.

"Gila! Itu tadi Arnold kan? Sumpah ngeri gue lihat mukanya, berang bener." seloroh Zidan saat melihat Arnold berada di sekolah dengan pakaian bebas jas formal menggendong Ave ke parkiran dimana mobilnya terparkir asal tadi.

"Gue kira dia ada di luar negeri.. kan katanya ambil izin beberapa hari, lah ini kok ada disini." katanya entah pada siapa. Rayhan hanya diam tidak bereaksi apapun. Bahkan ia masih berjalan seperti orang normal menuju parkiran.

"Eh Ray! Kalo lo luka gitu masih bisa bawa motor?" tanya Zidan saat mereka di depan motor ninja putih yang terparkir manis dibawah pohon sudut lapangan dekat pagar pintu belakang.

"Menurut lo!" ketusnya datar langsung naik motornya seperti biasa, Zidan berdecak antara sebal dan kagum. Sebal karna Rayhan tidak menunjukan rasa sakitnya sama sekali dan kagum karna dia begitu bersikap gentle dan dewasa.

"Kalo gak bisa biar gue aja yang boncengin lo, setidaknya biar luka lo gak makin kebawa gerak dan.."

"Bacot lo! Kayak pacar gue aja sok perduli. Udah naik!" tukasnya menyerahkan helm milik Zidan agar cepat dipakainya dan segera pergi meninggalkan sekolah yang sedang menatapnya menghakimi.

AROMA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang