Duduk dikantin sambil menikmati cemilan merupakan salah satu hal yang jarang seorang Avia Vellovi lakukan saat jam istirahat. Waktunya ia habiskan hanya untuk menekuni beberapa rumus kosa kata tambahan agar bisa memahami apa yang nanti akan diajarkan.
"Tumben udah disini aja, gak merpus bu?" goda Alea yang baru datang dan langsung mengambil kursi kosong di depanya.
"Bosen. Lagian mau gue habisin waktu buat belajar juga otak gue gak bakal cepat pintar. Udah kodratnya gue punya otak minim dibawah pas-pasan." ujarnya terdengar putus asa.
Ya! Seorang Avia Vellovia, cewek yang terkenal pandai mengotak atik rumus itu ternyata nol besar dalam bahasa inggris. Padahal setengah dari keluarga besarnya berdarah campur, kanada dan italia. Seharusnya setidaknya ia bisa mengucapkan atau paling bodoh mengerti satu dua kosa kata yang mereka katakan. Tapi nyatanya nol besar. Ia hanya bisa paham berbicara dengan bibi Arum yang memang keturunan Italia-korea.
"Halah! Cuma bahasa doang, entar lama-lama terbiasa juga bisa kali Ve.. gak usah ambil pusing."
"Terbiasa udah jadi makanan gue Alea!" katanya jengkel. Ya memang banar kosa kata itu memang sudah menjadi obrolan biasa dikeluarga besarnya. Karna itu Ave tidak pernah mau jika diajak berkumpul dengan keluarga besarnya. Malu.
Alea terkekeh. Merasa miris dengan nasib sahabatnya itu. Otak cerdas diatas rata-ratanya tidak berguna saat dihadapkan pada kosa kata asing.
"Udah. Makan aja yang banyak buat isi energi tempur nanti."
"Jadi gak napsu makan." rajuknya persis anak kecil, Alea terkekeh lalu mengusap rambut Ave gemes.
"Wow! Ada miss stupid disini? Tumbe ngantin miss, capek hadapin kosa katanya?" tanya seorang cewek yang terdengar tengah menyindirnya.
"Mis stupit itu lo!" kata Ave emosi. Ia kesal setiap kali mendengar orang-orang mengatakan itu.
"Hahaha.. miss and stupid not mis and stupit.. bodoh!" celetuk cewek itu meralat perkataan Ave.
"Your mount,bitch!" kata Alea kasar membuat bola mata cewek itu melotot ingin keluar dari tempatnya. "Pergi lo! Gak lihat lo ada di sarang siapa?" kata Alea memperingatkan karna dirinya berada dilingkungan teman-teman Avia.
"Dasar stupid!" ketusnya kesal sambil berlalu menghentakan kakinya.
Ave menunduk merasa kesal serta malu. Apalagi saat merasakan tepukan ringan di bahunya, ia semakin merasa rendah dan terpuruk.
"Gue balik dulu." tanpa menunggu sambutan apapun, Ave langsung melangkah menjauh. Dadanya sesak setiap mendengar orang-orang mengatainya bodoh, meski itu memang benar. Tapi tetap saja ia tidak ingin dicemooh seperti itu.
* * *
Kelas 11-IPS1 sedang ramai karna jam kosong saat jam matematika berlangsung. Jamkos matematika itu ibarat surga dunia mereka, dimana tidak ada rumus yang harus mereka terapkan agar mendapat jawaban sempurna.
"Ray! Kantin yok!" seru seorang siswa dengan rambut jambul cetar membahananya diamabang pintu. Cowok yang dipanggil masih asik main game dipojokan.
"Oi! Tai kuda! Kanti ayok!" serunya jengkel diabaikan. Mendengar panggilan sohibnya yang kebiasaan kalo sewot gituan membuatnya terkekeh, sambil bermain ia mengekori Zidan.
"Gak kasian sama itu mata apa! Tiap hari yang lo pandang layar 5 inci itu mulu. Awas lupa sekeliling lo!" tukas Zidan menasehati entah sudah keberapa kalinya namun tetap tidak didengarkan hanya dibairkan bagai angin lewat.
Tangga utama selalu ramai karna dilewati seluruh siswa siswi, baik Ipa maupun Ips bahkan para guru. Dan kali ini lebih padat karna ada banyak kelas kosong sebab para guru banyak yang rapat.
"Lihat jalan Ray, depan lo tangga."
"Udah tahu bahkan hapal. Mereka gak bakal nyentuh gue!" katanya percaya diri. Ya iyalah, buat apa nyentuh cowok sensian macam Rayhan Atsatya Magandhi yang super kaku itu.
"Iya lah, orang senggol dikit bacok.. hahaha" ledek Zidan dengan tawa menggelegar.
Terlalu asik ngobrol sampai mereka tidak sadar banyak siswa yang berdesakan ingin lewat entah dari arah bawah atau atas tangga.
Avia yang memang bukan tipe orang yang suka bersinggungan dengan orang lain berusaha agar tidak terdorong kebelakang karna terlalu banyak siswa siswi berrebut lewat.
Setiap kali ia akan melangkah malah ia ambil langkah mundur karna tidak mau tertabrak orang di depanya hingga ia tidak sadar selangkah lagi ia bisa jatuh karna tidak ada pembatasnya, hanya setinggi hampir dua meter namun jika jatuh dari sana sudah pasti akan terkelir atau mangalami lecet ringan.
"Awas!" teriak seorang cewek berbadan gempal menerobos antrian manusia yang tidak sengaja menyenggol tubuh mungil Ave hingga terdorong kebelakang, karna terkejut ia meraih sebuah tangan di depanya hingga membuat tubuh itu ikut oleng dan berakhir jatuh bersama dengan posisi Ave dibawahnya tertindih tubuh entah milik siapa.
Seperti sebuah mimpi ia terbang sebelum merasakan sakit luar biasa di kaki dan tubuhnya. Semua pasang mata menatap kearah sumber suara setelah mendengar suara jeritan bersamaan bunyi kretek yang buat ngilu telinga.
"Gila!" seru Zidan setelah sadar dari keterkejutanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROMA CINTA
Novela JuvenilKamu itu ibarat pelangi dalam hidupku. Memberikan warna indah setelah datangnya badai. -Avia Vellovia- Kamu itu ibarat bunga mawar, indah dan harum dipandang. Tapi berduri saat digenggam. -Rayhan Atsatya Magandi- Langit itu kamu. Bumi itu duniamu. S...