Burung berkicau mengalahkan suara tetesan air hujan yang sudah reda. Sang surya memancarkan kilaunya. Semesta tersenyum kembali. Sungguh hari yang indah bukan?
>>>>><<<<<
Kringgg.. Kring...
Gubrak..
"akh.. Alarm sial." umpatnya, terjatuh ke bawah kasur.
Padahal alarm itu berjasa dalam hidupnya. Kalau itu rusak, siapa lagi yang membangunkannya?
Dia bangkit dari kesialannya di pagi hari dan beranjak ke kamar mandi. Mencuci muka dan menggosok gigi. Ya, hanya itu. Sudah menjadi kebiasaan semenjak orang tuanya pergi meninggalkannya, selamanya.
Hidupnya tak senormal kala itu. Saat dimana lelaki itu belum datang dan merusak keluarga mutan yang bahagia.
Lelaki yang berhasil membuat hatinya berdebar setiap bertemu. Yang juga kekasih dari adiknya, Aya.
Hanya butuh waktu 5 menit di dalam kamar mandi. Setelah itu, ia melakukan rutinitasnya setiap pagi. Mengenakan seragam layaknya anak sekolahan.
Bedanya, hari ini dia pindah ke boarding school alias sekolah asrama.
Sekolahnya bukan sekolah kelas biasa hingga seragam pun tampak lebih keren. Pelajaran lebih sulit. Ujian langsung praktik. Gagal praktik langsung masuk rumah sakit. Hehe.
07.45 A.M.
"Astaga, aku bisa telat kalau sudah jam segini," ucapnya panik.
Gadis berumur 17 tahun itu dengan rambut pirang kecokelatan, mata bening beriris cokelat, kulit berseri sebersih beras, seputih susu, dan sesuci sang merah putih. Ew, aslinya berantakan, jarang mandi, and always bangun siang.
Dia langsung menguncir rambutnya asal. Lari keluar kamar. Membawa sepotong roti yang sudah lewat dua hari dari masa exp-nya.
Bruk..
Pintu ditabraknya.
"aw.. " ringisnya.
Dua kebiasaan yang gak bisa dia tinggalin, terjatuh dan menabrak.
Tidak dipedulikannya. Ia langsung menaiki motor pabrikan Inggris ini yang mengusung basis Triumph Thunderbird, dengan kapasitas mesin yang dimiliki sebesar 1699 cc. Dengan menggunakan teknologi DOHC dan twin paralel. Dilajukannya dengan cepat.
••••
"Mah, aku ingin itu," gadis kecil berambut pirang menunjuk pistol yang digenggam oleh seorang laki-laki bertubuh tinggi, mengenakan jaket berwarna hitam dengan tudung menutupi sebagian mata elangnya.
"Boleh kok, tapi nanti kalau kamu sudah besar." balas wanita muda yang sedang menggendong bayi mungil dengan seulas senyum.
"Iya, nanti juga kan kamu sekolah di IMHS. Jadi nanti ayah beliin khusus untuk kamu." balas ayahnya sambil mengelus kepala gadis kecil itu.
"Tapi... Aku pinginnya sekarang."
merengek sambil menarik lengan ayahnya."Ya sudah nanti kita ke rumah Om Leon. Ayah pinjem dulu revolver milik Om Leon. Biar kamu ga ngerengek gini lagi."
"Aku maunya yang itu!" menunjuk pistol yang digenggam lelaki tadi.
Saat ayahnya melihat lelaki itu.
Dorr..
••••
Back on the road
Dorr..Lamunan nya buyar beserta kenangan lama yang terngiang. Bersamaan dengan suara tembakan dari atap gedung sekolahnya.
Ia melihat di hadapannya terjadi banyak kecelakaan.
Mobil yang terguling dan terbakar. Motor yang saling beradu. Serta pejalan kaki yang mental dan tertusuk besi bangunan yang sedang dibangun di depan gedung IMHS.
'ada apa sebenarnya? Siapa dalang semua ini?' batinnya bertanya-tanya.
Dorr...
Tubuhnya kaku dan lemas. Untuk pertama kalinya dia terkejut saat melihat seorang lelaki di hadapannya tertembak. Dan tersungkur di bawah kakinya.
Dia langsung menatap ke arah peluru itu dikirim. Ya, orang yang sama di atap sana.
Sebelum orang itu kabur. Dia sempat melihat bibir yang tidak tertutup oleh topeng itu.
Sepertinya... Familiar.
••••
Lelaki yang tersungkur di bawah kakinya tadi langsung di bawa masuk ke gedung IMHS. Di larikan ke ruang operasi.
Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit? Karena gedung IMHS sudah memiliki fasilitas yang lengkap dan canggih. Juga memiliki ruang operasi khusus mutan. IMHS bukan sekadar sekolah biasa. IMHS adalah singkatan dari International Mutant High School yang artinya sekolah tinggi mutan internasional. Yang di dalamnya terdapat mutan dan kloningan.
Jadi, sampai mana tadi kita?
Oh ya, setelah operasinya selesai. Lelaki itu di pindahkan ke ruang rawat.
••••
Aleo's POV
Setelah operasinya selesai, aku di pindahkan ke ruang rawat. Aku bangun dari tempat tidur yang dirancang senyaman ini agar para agen yang dirawat sembuh dengan cepat.
"Lo kok bego sih? Emang IMHS ga ngajarin muridnya, cara menghindar dari peluru nyasar?"
'apasih ni cewe? Yang bego siapa? Bukannya terima kasih, malah ngerendahin gue. Itu peluru jelas-jelas tertuju ke lo. Lo malah ngelamun terus sepanjang jalan. Kalo gue ga hadang, lo yang kena tembak. Bego.' batin Aleo kesal.
"Kenapa diam aja? Ga punya mulut lo? Apa masih trauma? Payah!" maki gadis beriris cokelat.
"Ck," decak Aleo kesal, "lo bikin gue kaget. Gue baru bangun dan tiba-tiba lo ngumpat kasar ke gue? "
Gadis itu hanya diam. Enggan untuk bilang 'iya maaf' dan 'terima kasih'.
Diperhatikannya gadis dengan rambut pirang kecokelatan. Alis tebal terukir. Mata beriris cokelat. Pipi tirus dengan blush on natural. Wajah manis dan bibir....
'Enggak, enggak, Aleo gak mungkin tertarik sama cewe kasar dan bego. Plus berantakan.'
"E–eh nama lo siapa?" gadis itu memulai pembicaraan.
"Lo gak mau minta maaf dulu sama gue? Gak mau ngucapin mak–,"
"Gue cuma nanya nama lo. yaudah lah ga penting juga." Gadis itu memotong pertanyaan Aleo dan berbalik ke arah pintu ruangan.
"Tunggu.. Nama gue Aleo,"
Gadis itu tetap berjalan keluar tanpa menoleh kembali. Entah mendengar Aleo berbicara lagi atau tidak.
'Menarik,' ucapnya dalam hati, 'entah siapa nama gadis itu. Sepertinya dia baru.'
>>>>><<<<<
Thank you.
Sorry, atas keamatiran intel gadungan.
XOXO
~ A ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent Of Mutant | GUN
Боевикthe life of a killer mutant who became an agent after his family was killed. Tidak pernah terpikirkan bahwa yang sudah tertembak hidup kembali. Dan datang merenggut kembali nyawa yang belum terbunuh.