Negeri Para Gajah (Anekdot)

654 27 6
                                    

Di pagi hari yang cerah. Di sebuah negara yang bernama Negeri Sejuta Gajah. Hiduplah para penduduknya dengan damai. Negeri Sejuta Gajah adalah sebuah wilayah yang dulunya bekas jajahan Bangsa Bangau Putih. Negeri ini kini sudah merdeka berkat kegigihan para penduduk Negeri Sejuta Gajah pada zaman perang dahulu kala serta seorang presiden gajahnya yang luar biasa.

Kini Negeri Setuja Gajah tidak hanya di huni oleh kaum gajah. Pemerintah ke-gajah-an mulai memberikan izin legal kaum Semut untuk tinggal di Negeri Sejuta Gajah. Bahkan sudah dianggap layaknya penduduk asli negara itu. Pemerintah melalukan hal ini karena kaum Semut sudah memberikan andil banyak perihal masalah perekonomian Negeri Sejuta Gajah. Selain dikarenakan kaum Semut banyak yang merupakan orang terpandang, mereka juga menjadi investor perusahan-perusahan besar negeri gajah.

Awalnya kaum Semut terlihat baik-baik saja, mereka bahkan mulai beranak-pinak. Semakin lama populasinya di Negeri Sejuta Gajah naik hingga 18%.

Semakin lama, kaum Semut mulai menampakkan taring beracunnya. Mereka mulai menggerogoti pengusaha Gajah, menjual 'kemiskinan' agar keuntungannya semakin meluas. Kaum Semut mulai mengendalikan media, teknologi, sosialisasi, bahasa, lingkungan, bahkan mulai berani memegang perihal keagamaan di Negeri Sejuta Gajah.

Pemerintah ke-gajah-an tahu kebusukan kaum Semut yang hendak mengambil alih negara. Tapi ia tidak bisa apa-apa karena kaum Semut lebih pandai dan lebih cakap dibanding penduduk Gajah yang kebanyakan pemalas. Malah kini pemerintahan mulai terkena virus kelicikan kaum Semut yang suka membisikkan angin surga kepada penduduk Gajah yang pemalas.

Kini kaum Semut mulai melahirkan sumber kepicuan permusuhan, kehancuran negara, bahkan anti-toleransi umat beragama. Mereka bahkan berani-beraninya merekrut penduduk Gajah pengkhianat negara.

Penduduk Gajah kini tidak bisa apa-apa. Bisa saja mereka memijak dan melumat habis tubuh kaum Semut. Sayangnya kaki mereka sudah kurus karena digigit dan digerogoti kaum Semut.

Pagi senin, tepatnya saat hari Car Free Day di laksanakan. Presiden Negeri Sejuta Gajah sedang berada di mimbarnya. Dia berceramah layaknya seorang dewa memberikan pencerahan kepada kaum pengembala.

"Saudara-saudara, hari ini mari kita laksanakan pembersihan besar-besaran. Kita musnahkan semua sampah yang kini menggunung di mana-mana. Mari kita jaga lingkungan, mari kita bersihkan negara kita dari sampah yang baunya sangat busuk seperti cucian pakai formalin. Mari bersihkan dan buang sampah sebanyak-banyaknya!!!" Dengan lantang dan semangat, Presiden Gajah menguraikan pidato basa-basinya. Beberapa wartawan media mengacungkan tangan dengan maksud hendak bertanya masalah pembersihan sampah besar-besaran.

"Saya Gajah Putih, reporter dari GajahlandTV. Maksud bapak presiden sampah yang mencemari lingkungan, yang harus kita bersihkan juga termasuk 'Sampah Negara?'" Tanya wartawan pertama. Presiden mengangguk.

"Kalau sampah perasaan, bagaimana bapak presiden? Haruskah kita basmi jua?" Tanya Gajah Asia. Presiden kembali mengangguk mantap.

"Kalau sampah-sampah yang berbuat dosa, gimana pak?" Tanya Gajah Belalai Pesek. Tanpa sepatah kata Presiden Gajah tetap mengangguk.

"Pak, kita sebenarnya membersihkan Sampah lingkungan Atau Sampah negara, sih pak?" Kali ini Gajah Merah Muda bertanya.

"Dua-duanya!" Seru Presiden Gajah.

Pagi itu juga Negeri Sejuta Gajah porak-poranda karena pembersihan sampah massal. Awalnya pembersihan terjadi secara masuk akal. Sampah di pungut warga ke dalam tong sampah. Yah, seperti orang buang sampah kebanyakkan. Hari itu, Gajahkarta menjadi kota paling bersih di dunia. Padahal predikat awalnya, Gajahkarta merupakan satu dari lima kota paling kotor di dunia.

Lalu siang hari kerusuhan mulai terjadi.

Kantor kepolisian, kantor komite korupsi, kantor badan narkotika, kantor keuangan negara, kantor hukum dan politik negara Negeri Sejuta Gajah kacau balau karena kedatangan warga dan mahasiswa yang datang berbondong-bondong layaknya kaum Semut. Ada salah satu sekelompok mahasiswa Universitas Gajah Mungil.

Mereka membasmi dan menghancurkan para pejabat yang dianggap sampah masyarakat dan negara. Dan hanya menyisakan sebagian kecil pejabat yang masih jujur dan bersih. Presiden kini tidak tahu keadaannya.

Kemudian mereka menjadi kanibal, mereka mulai membasmi antar sesama mereka. Mulai dari sampah perasaan. Para jomblo sudah dihancurkan secara tuntas. Pelakor, selingkuhan, tukang tikung, PHO, PHP, bahkan Teman pun dibabat habis. Tidak ada yang tersisa.

Dan akhirnya mereka mulai menghancurkan sampah pendosa. Yakni mereka sendiri. Tidak ada yang tidak berdosa di muka bumi ini. Akhirnya mereka musnah karena dimusnahkan oleh diri mereka sendiri.

Penduduk gajah tidak ada yang tersisa. Negeri Sejuta Gajah bersih sebersih-bersihnya dari jenis-jenis sampah.

Kaum Semut hanya diam, ada yang bertepuk tangan, dan sebagian besar berimigrasi mencari negara lemah yang baru.

*Sekian*

Demam malas gak baik buat kesehatan ya man teman.😀

Demam (Antologi Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang