Ch. 12

622 86 9
                                    

Suasana sunyi menyelimuti mobil yg dikendarai Rio. Sementara Yuki duduk di kursi penumpang, tepat di belakang kursi kemudi. Seolah sengaja menyembunyikan diri dari tatapan pemuda tersebut. Perlahan Rio mengarahkan kaca spion tengah mobilnya agar dapat menangkap sosok gadis itu. Terlihat Yuki yang melamun menatap keluar dengan menopang dagu.

"em.. Ara nanti pulang jam berapa?" Rio berusaha mengalihkan perhatian Yuki.

Tak ada jawaban, Yuki masih melayang dengan pikirannya sendiri.

"EHEM!!" Rio berdehem dengan keras. Dan berhasil membuat Yuki tersentak.

"huh apasih?" protes Yuki yang merasa kesal.

"jadi.. Kita nanti jemput Ara jam berapa???" Rio mengulangi pertanyaannya dengan pelan. Sambil melirik spion tengahnya yang sedang memantulkan bayangan Yuki dengan wajah jengkelnya.

"kita?? Ck, aku aja kali. Nggak usah repot-repot" jawab Yuki dengan nada sewot.

"yakin?? Yakin nggak akan gemetaran lagi lihat banyak anak-anak dan ibu-ibu disana??" Rio bertanya sambil menyeringai, mengingat kejadian tadi.
Ketika Yuki mengantar Ara masuk ke dalam kelasnya. Rasa gugup menghampiri gadis itu, bahkan berbanding terbalik dengan Ara yang merasa tenang dan gembira melihat teman-teman barunya. Tentu saja ini akibat dari sikap cuek Yuki yang selalu menghindari lingkungan sosialnya, sehingga ketika ia bertemu dengan banyak orang dan berada di tempat yang ramai dia merasa gugup bahkan merasa tidak nyaman. Apalagi tadi Yuki mendengar beberapa wali murid yang berbisik-bisik membicarakan mereka. Ya, kebanyakan dari mereka mengira bahwa Yuki, Rio dan Ara adalah sebuah keluarga kecil yang bahagia.

"lihat deh bu, aduh berapa yaa umur gadis sama pemuda itu?"
"jaman sekarang emang lagi ngetrend nikah muda jeng"
"iya mom, biar nanti kalo anaknya udah gedhe mereka malah kelihatan jadi kakak adik"
"wah wah, tapi cocok juga ya.. Cantik dan ganteng, anaknya juga manis bangeet"

Mengingat semua kejadian tadi sebenarnya membuat Yuki malas untuk kembali kesana. Walaupun baru hari pertama masuk sekolah, Ibu guru sudah menyarankan untuk tidak menunggui si anak. Ini untuk melatih keberanian Ara juga, dan akhirnya Yuki pun menurut, walaupun ada sedikit rasa khawatir ketika meninggalkan Ara.

"Yuk??" lagi-lagi Rio membuyarkan lamunannya.

"e..eh.."
"em, itu.. yaudah deh terserah, jam 10 kita berangkat jemput Ara" kata Yuki pasrah.

Ck, kalau mereka sudah terlanjur salah paham ya sudah biarlah. Lagipula aku lebih merasa tenang kalo ada yang menemani.

"sip. Okay" Rio pun merasa puas.
"trus, ini kita mau kemana?? Langsung pulang?" tanya Rio kembali.

"ck, bawel banget sih daritadi. Berisik!! Tinggal nyetir aja udah nggak usah pake basa-basi segala!!"
jawab Yuki ketus. Entah karena masih ada rasa kesal dihatinya atau karena sesuatu alasan yang lain. Tapi yang pasti, sikap Yuki ini justru membuat getaran di hati Rio semakin kuat. Apalagi ketika melihat raut wajah cantik Yuki yang tiba-tiba berkerut karena marah. Memang kemarin saat pertama kali mendengarnya Rio jadi ikut terpancing emosinya namun sekarang, dia lebih bisa mengatasi sikap jutek Yuki. Rio hanya bisa tersenyum lebar mendengar jawaban gadis itu.

Caci-maki saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar
Dan berpijar seperti dulukala

Sheila on7 - Dan

Getaran telepon yang berada di dalam tas selempangnya membuat fokus Yuki teralih. Yuki memang nyaris tidak pernah membunyikan suara HP nya, karena ia tidak terlalu suka dengan suara-suara berisik apalagi suara-suara yang sering muncul tiba-tiba seperti notifikasi pesan atau telepon masuk. Ia rogoh tasnya dan mengambil HP nya. Sebuah pesan notifikasi dari aplikasi whatsapp.
Tangannya menekan layar HP nya, membuka pesan yang baru saja sampai. Hanya ada beberapa nama di layar chat nya. Tante Cut, kak Ifin, Febby, kak Sandra, beberapa nama dosen, dan satu lagi nama yang saat ini berada di bagian atas chat nya.

Dear Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang