Bab 2 : Pertemuan Kami

22 1 2
                                    

Saat itu aku masih ingat sekali, guruku saat itu memintaku untuk mencarikan guru untuk memenuhi kekurangan SDM di jurusan AP. Walaupun diriku sudah lulus dari sekolahku, tapi aku selalu dibutuhkan di jurusanku. Saat itu, aku membuat info loker di grup pekerjaan. Dan salah satu anggota grup merespon lowongan pekerjaan yang aku buat. Aku memberikan info untuk segera menemui guruku keesokan harinya. Dia menyanggupinya dan aku langsung menghapus lowongan pekerjaan itu.

Karena aku saat itu masih menganggur, aku seperti biasa pergi ke sekolah untuk sekedar menghilangkan rasa jenuhku di rumah. Ya, kuharap aku bisa melihat orang yang merespon info lowongan pekerjaan yang aku buat. Hanya saja, terlambat. Dia sudah pulang dan sudah bertemu dengan guruku. Yah, disitu aku merasa kecewa karena tidak sempat rupa orang yang merespon info loker yang aku buat.

"Via, sebenarnya ibu itu udah dapet lagi guru. Kalo yang sekarang gurunya cowok." Mendengar kata cowok membuatku semangat. Hehe, maklum semasa smk ku aku habiskan dengan teman sekelas yang seluruhnya cewek. Dan setiap kali ada laki-laki yang datang di jurusanku, aku selalu menggodanya.. Hahaha, tolong jangan ditiru kebiasaan kalo jomblo akut ku kambuh.

Saat itu, aku penasaran rupa guru baru yang akan melamar disekolah ini. Mengingat guru lelaki di jurusanku tidak begitu bertahan lama. Bahkan rata-rata mereka memiliki ruoa yang begitu menawan

Aku duduk di sofa merah berlengan. Sembari membayangkan seperti apa rupa guru laki-laki ini. Pikiranku mencoba menembus dunia imajinasi yang selalu kuciptakan ketika aku melamun. Apakah guru yang ini akan setampan Reza Rahadian ? Atau justru sejenaka Raditya Dika? Entah, dunia imajinasiku terkacaukan dikala seseorang mengetuk pintu ruangan yang ku tempati.

Kulihat pria berusia 29 tahun dengan kemeja hitamnya lengkap dengan kacamata berframe hitam. Aku menyapa dengan ramah seperti aku duduk di kelas 12. Orang itu cukup akrab denganku karena, beliau merupakan guru yang pernah mengajar di jurusanku. Dan aku sangat akrab denganya

"Assalamualaikum," ucap salamnya begitu halus. Kubalas salamnya diikuti guruku serta teman-temanku yang dari tadi menemaniku.

"Ini bu Hany, Harist- orang yang saya maksud di whatsapp..." beliau memperkenalkan seorang pria dengan tinggi sepada denganku. Kulit putih bagai bulu angsa, potongan rambut yang rapi, serta kemeja berwarna abu-abu melekat pada tubuhnya hingga menciptakan bentuk tubuhnya yang atletis.

Sontak melihat guru yang hendak melamar disini memberikan first impression yang luar biasa. Suaranya terdengar halus namun terselip perkataan yang tegas dari mulutnya. Untuk pertama kali, melihat laki-laki setampan itu memiliki gaya bahasa yang halus. Bahkan diriku yang notabene seorang perempuan sering berkata kasar. Kadang disitu aku malu dengan diriku sendiri.

Anggukannya terlihat meyakinkan setiap kali ia mendengarkan perkataan guruku itu. Entah, tubuhku serasa bergetar ketika melihat laki-laki seperti itu. Tampang muda, kecakapannya dalam berbicara dapat diacungi jempol.

Sesekali, aku menggoda dirinya, "Udah ganteng, muda, pasti pacarnya cantik ya." Dia membalas ungkapanku dengan senyuman, "Kebetulan saya masih single," sontak seakan dalam hatiku menjerit. Dan berkata, "Oh my God, seriusan masih single? Wah, bisa jadi kesempatan nih untuk mengakhiri masa jomblo akutku."

Wajahku seakan memancarkan cahaya dewa ketika mendengarkan pernyataanya, "Oh masih single, bebas dong kalo didekati sama aku," Dia tertawa kecil mendengar perkataanku. Kupikir dia terbuka didekatin dengan siapapun termasuk aku.

Entah mataku terhipnotis dengan pesonanya, hingga aku lupa untuk berkedip. Setelah kedatangannya di jurusanku, membuat suasana jurusanku begitu lebih ceria dibanding sebelumnya. Yang biasanya aku enggan untuk datang ke sekolah karena tidak punya alasan. Kini, aku mencari alasan untuk datang ke sekolah hanya sekedar melihatnya atau menyapanya. Walaupun sekedar mengantarkan hadiah ulang tahun guruku saat itu. Biasa seorang perempuan yang sedang jatuh cinta, dia akan melakukan apapun asalkan dia dekat dengan laki-laki yang ia sukai. Begitulah denganku, aku sendiri berusaha mendekati dia dengan caraku sendiri. Bukan kode yang kulemparkan kepadanya melainkan tindakan dan perhatian. Bahkan bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan nomor teleponnya. Itu tekadku.

Aku termenung dalam kamarku untuk menyusun operasi strategi pendekatan kepada Harist. Kalian tahu bagaimana aku membuat ide yang luar biasa. Aku akan menumpangkan daguku pada kedua tanganku dan tidak berbicara selama beberapa menit. Hingga tersempil ide yang menurutku bisa berhasil mendapatkan nomornya.

Aku akan menulis biodataku di halaman depan buku binderku lengkap dengan nomor teleponku. Dan menambahkan keterangan, bila menemukan buku ini harap menghubungi nomor atau langsung memberikannya padaku. Aku akan sengaja meninggalkannya di atas meja kerjanya. Hingga jika dia menyadari seseorang meninggalkan barang diatas mejanya, cepat atau lambat dia akan menghubungiku. Benar-benar aku tergila dengan cinta, hingga aku melakukan hal ini demi mendapatkan perhatian darinya.

Keesokannya aku pergi ke sekolah seperti biasa aku bersiap - siap melaksanakan Operasi Modus pada Guru Ganteng. Hentakan langkah beriringan asmara yang telah bergejolak di hati, membuatku yakin dengan rencana mendapatkan nomornya.

Seperti biasa, aku berbincang dengan guruku membahas tentang lowongan pekerjaan. Sesekali dia mengikuti pembicaraan kami. Dan membagikan pengalamannya selama ia bekerja di sebuah perusahaan. Telingaku terhipnotis oleh suara baritonnya. Sesekali, aku memancing dia membahas mengenai IT- salah satu bidang yang aku minati. Dan benar saja, arah pembicaraan kami sangat selaras. Rasa kagumku begitu cepat menumbuh menjadi buah cinta yang aku tunggu - tunggu selama 3 tahun ini. Waktu perbincangan kami cukup lama hingga aku tidak sadar, senja telah menampakan diri. Menyadari ruangan kerjanya akan dikunci, aku dengan cepat menyimpan binderku di mejanya, tanpa diketahui oleh orangnya. Karena bisa jadi kacau jika buku itu aku sengaja tinggalkan.

Setelah ruangannya terkunci, aku bersyukur buku binderku tinggalkan di atas mejanya. Aku langsung pulang berharap hari senin dia akan menghubungiku bahwa buku ku tertinggal di mejanya. Seperti anak kecil yang menyenandungkan lagu anak-anak sembari melompat-lompat, itulah yang aku lakukan ketika meninggalkan sekolah. Sesekali menari seperti balerina, seluruh tubuhku bergerak karena kekuatan cinta yang mengalir dalam energiku.

Hari senin telah datang begitu cepat, namun telepon darinya tak kunjung datang. Gelisah, itu reaksi yang muncul dalam perasaku. Beberapa hipotesa negatif muncul dalam benakku, apakah seseorang mengambil buku ku? Atau dia tidak menghiraukan buku ku diatas mejanya ?

Aku bertekad untuk meyakinkan keberadaan buku ku itu. Aku bertanya pada Bu Hany,

Via : "Bu, maaf liat buku aku di lab?"

Ibu Hany : "Buku apa?"

Via : "Buku binder bu, warnanya biru tulisannya university. Masalahnya didalamnya ada rahasia aku bu. Aku takutnya ilang"  *ngebohong dikit

Ibu Hany : "Oh. Emang nyimpen dimana?"

Via :"Aku kemarin terakhir kali nyimpen di mejanya Pak Harist. Tapi nggak tahu masih ada nggak tahu nggk."

Ibu Hany : "Bentar saya liat dulu."

*send picture*

Ibu Hany :"Ini masih ada.."

Via : "Alhamdulilah, untung masih ada, jangan dibaca bu.. Ada rahasianya"

Ibu Hany : "Ahh udah dibaca sama saya. Kamu lagi pengen deket sama Pak Harist ya ? Sengaja ninggalin buku binder biar dibaca sama beliau" *mampus kedok aku kebaca sama Bu Hany.

Via : "Nggak bu, asli aku kemarin rusuh nggak inget aku bawa buku."

Via : "Yaudah sama ibu di amankan aja," mampus deh gagal dapetin nomor dia. Kalo aku suruh Bu Hany untuk tetep simpen di meja Pak Harist makin curiga dengan rencanaku.

Ibu Hany : "Yaudah, amankan aja sama ibu. Besok aku kesana buat ngambil."

Operasi Modus Pada Guru Ganteng gagal dilaksanakan. Akhirnya dengan berat hati aku harus gagal mendapatkan nomor dia. Karena kesalahan terbesarku adalah aku tidak tahu bahwa hari senin dia tidak ada jadwal mengajar...

Tapi, aku bertekad mendapatkan nomor dia dengan cara mengambilnya dari kontak Bu Hany.. Untungnya dia tidak merasa keberatan ketika aku tiba-tiba mengirim pesan padanya.
Hahaha 😂😂😂

Mohon untuk tidak meniru caraku pada kalimat akhir. 😂😂

Tbc....

My Gaje PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang