Bab 3 : Akhirnya dekat dengannya

15 2 2
                                    

Saat itu aku belum mulai mengajar, karena aku sibuk membantu Ibu Hany untuk mempersiapkan sidang laporan prakerin (Praktik Kerja Industri), begitupun dengan dia Harist.

Kami berduapun sibuk membimbing anak-anak untuk merevisi laporan prakerin mereka. Iya entah kenapa, tanpa perlu aku mendekatinya. Dia begitu dekat sekali denganku. Itu membuatku kadang sering salah tingkah dengan kedekatannya. Aku berusaha untuk lepas darinya karena dia sering membuatku gugup sekali. Bahkan, aku sering gagap ketika berbicara dengannya. Salah satu guru bahasa indonesia membaca reaksiku,

"Via, kamu itu kenapa? Suka gagap gitu?" Bingung entah apa yang harus aku katakan padanya.

"Ahh, enggak pak. Aku lagi bingung aja.. Kalo aku lagi bingung, aku suka ngomong gagap,"

"Hmmm, yakin? Kamu jadi gitu semenjak ada Pak Harist," Nada suaranya terdengar penuh dengan keraguan dengan pernyataan

"Yakin Pak Indra.. Suerrr. Itu hanya perasaan, Pak Indra aja." aku langsung menunjukkan dua jariku dihadapannya. Ekspresinya sungguh tidak bisa tertebak olehku, apakah dia mempercayai perkataanku atau justru sebaliknya. Toh, aku sudah menyatakan kebenaran dihadapannya.

"Ada apa teh?" Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari Pak Harist. Sontak membuatku kaget

"Nggak ada apa-apa. Lagipula aku lagi ngobrol sama Pak Indra." Mulutnya membentuk huruf o, menandakan dia mengerti dengan perkataanku. Dan berjalan meninggalkan aku dan Pak Indra. Syukurlah dia tidak peka apa yang sedang kami bicarakan.

Singkat cerita, kedekatan kami berdua begitu lengket seperti perangko dan amplop. Kami sering terlihat berjalan berdua, berbicara, bercanda ria, bahkan saling bekerja sama untuk melakukan sesuatu. Seakan kami berdua sudah saling melengkapi.

Tapi, satu hal yang tidak kusukai darinya adalah dia sangat berbeda ketika di chat. Ya bener-bener dingin. Bahkan hujan disertai angin kencang pun terkalahkan dengan sikap dinginnya.

Pertama kali aku mengirim pesan padanya karena aku saat itu tidak bisa membantu saat sidang berlangsung. Dan aku teringat, kalo aku mendapatkan nomornya mengambil tanpa izin. Kucoba mengetik kata demi kata hingga tercipta pesan yang ada kesannya. Jika kusapa seperti di dunia nyata, itu sangat tidak enak. Kucoba kirim pesan dengan bahasa yang cukup kaku.

Via : "Assalamualaikum pak... Maaf menganggu.. Aku Viana Sonia, pak. Maaf aku minta nomor hp bapak tanpa izin sama bapak sama Ibu Hany juga.. Soalnya kalo aku bilang lagi ke bu Hany takutnya nggak di ingetin lagi.. Jadi aku pc langsung ke bapak
😅😅. Bapak bisa nggak bawa pointer buat presentasi? Soalnya besok aku nggk bisa jadi operator untuk besok...

Sebelumnya terima kasih 🙏🏻🙏🏻🙏🏻"

Sialan, pesanku terlalu kaku sekali. Padahal aku dengannya udah tidak canggung lagi. Ahh, lebih baik aku menunggu responnya. Dua centang berubah menjadi warna biru. Tanganku gemetaran ketika melihat dia sedang mengetik pesan. Satu pesan masuk pada hpku, namun lanjut lagi dengan pesan kedua.

Pak Harist : "Owh"
Pak Harist : "Ya"

What ? Hanya itu saja? Aku sudah capek-capek merangkai kata-kata tapi hanya itu saja responnya. Ow...ow... Hari jumat jika aku bertemu dengannya akan kuhujat dia karena perkataan dinginnya itu. Setidaknya berikan respon yang lebih panjang dibanding dua kata itu.

Sikapnya sangat berbeda dibanding ketika aku bertemu langsung dengannya. Kubalas pesannya dengan cepat seperti kilat menyambar pohon mangga di dekat rumahku yang terjadi beberapa minggu yang lalu.

Via : "Terima kasih ya pak sebelumnya"

[Read]

Dan sekarang dia hanya membacanya saja ? Hadeh..hadeh andai di dunia ini ada jasa buat jitak orang secara online, mungkin aku akan memborongnya.

My Gaje PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang