6. GOOD HUSBAND

55 4 0
                                    

Kumi95 Storyline ©2018

'Aku ingin membuat perempuan ini tertawa dan bahagia. Aku ingin menjadi membimbingnya menjadi perempuan yang lebih baik.' Janji Seokjin kepada dirinya sendiri kala ia memutuskan menikahi Kumi.

-o0o-

Ini semua berawal sifat Kumi yang gila kerja satu bulan terakhir ini.

Tidak seperti pasangan baru suami istri pada umumnya yang selalu menempel bagai lem dan kertas. Bagi Seokjin kehidupan pernikahannya hanya berbeda di saat tidur saja. Sekarang dia ada yang menemani tidur.

Sarapan pun selalu sendiri. Kecuali jika Jungkook pulang ke rumahnya. Contohnya pagi ini. Kumi sudah sibuk mencari tasnya untuk bergegas berangkat kerja.
"Udah sarapan Kum?" tanya Seokjin. Kumi menunjukkan tas bekal yang ia bawa sambil menjawab. "Aku akan makan di kantor nanti."

Memang perjanjian mereka di awal Seokjin akan tetap membiarkan Kumi kerja asal Istrinya itu tepat waktu membuat sarapan. Menyiapkan seluruh pakaian kerjanya sebelum kerja dan mengurus Seokjin dengan baik. Oke, Kumi menyanggupi semua syarat Seokjin. (Ada di chapter 1)

"Yeobo, aku berangkat dulu," pamit Kumi menepuk pelan bahu Seokjin sambil memberi kecupan ringan.

Jeon Jungkook sebagai single tidak boleh iri menyaksikan kejadian ini setiap pagi.

Setelah punggung Kumi menghilang dibalik pintu. Seokjin meletakkan roti bakar yang menjadi menu sarapannya pagi ini. Kemudian kembali menghela napas panjang. "Harusnya aku lebih sering berhubungan dengannya supaya dia lekas hamil," keluhnya sedikit kesal.

Jungkook tidak bisa menahan tawanya. "Bagaimana mau berhubungan hyung, kalian ketemu saja jarang. Honey moon saja belum," sindir bocah gigi kelinci ini.

Seokjin mengacak-acak kasar rambutnya frustasi. "Harusnya'kan kita berangkat kerja bersama juga." Seokjin masih tetap ngedumel.

Oke, itu baru keruwetan bagi saat pagi hari. Siangnya, Seokjin kadang suka iri dengan rekan kerjanya yang makan bekal bawaan sang istri.
"Oh, sepertinya enak," ceplos Seokjin.
"Iya Direktur, istriku memang terbaik," jawab Sekretaris Kim bangga. Seokjin hanya membuat lengkungan kebawah pada bibirnya.
"Aku iri," ungkap Seokjin.

Sebagai suami yang baik Seokjin berinisiatif menelpon sang istri.

Hasilnya apa?

10 panggilan tak terjawab tertulis di ponsel Kumi dengan kontak nama tertera "Suami 💜"

Tadi siang, sekarang beralih ke malam.

Kumi menelepon balik sang suami begitu waktunya sengang.
"Kum,"
"Yeobo, aku sepertinya pulang terlambat. Tapi aku usahakan pulang cepat. Nanti kalau aku belum pulang, makan malam dulu saja diluar," cerocos Kumi.
"Tidak aku akan menunggumu, kau masih di kantormu? Aku kesana sekarang!" Tegas Seokjin.
"Aku masih ada rapat setelah ini. Jangan menungguku, aku bisa naik taksi nanti."
"Kau tidak merindukanku?!" tanya Seokjin sedikit meninggi karena kesal, frustasi rutinitasnya sebulan ini selalu seperti ini.

Kumi diam sejenak. "Kita bicara nanti setelah kau tenang, Bogosipo."

Panggilan berakhir.

Seokjin melempar kasar ponselnya diatas meja. Rutinitasnya saat pagi sudah melihat Kumi bangun dan membereskan segala hal. Malam hari ketika ia pulang  melihat wanitanya itu terlelap di atas ranjang. Kesempatan mereka berinteraksi sangat jarang sebagai seorang suami istri. Bahkan sarapan bersama saja bisa dihitung dengan jari.

"Sebenarnya apa yang sedang ia kerjar? Aku akan memberikan segalanya," keluh Seokjin.

Tak lama suara pintu terketuk. Yoongi muncul dari balik pintu. Pria itu membawa beberapa berkas untuk diberikan kepada Seokjin.
"Kau kenapa Hyung?" tanya Yoongi membaca kekalutan di wajah Seokjin.

SEOKJIN'S HOUSEWhere stories live. Discover now