20. Coklat

1.5K 37 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Sheva sudah ada di halaman rumah Syla. Kali ini dia tidak dengan motornya melainkan dengan mobil yang hampir tidak pernah dia pakai.

"Tumben bawa mobil, kamu?" Tanya Syla.

"Iya aku kira hari ini bakal hujan, jadi aku bawa  mobil saja." Jawab Sheva sambil membukakan pintu untuk Syla.

"Oh begitu."

Mereka menuju ke tempat makan. Kali ini bukan Symphony Cafe. Mereka ingin membuat kenangan mereka sendiri. Baiklah, mereka memilih salah satu cafe di pusat kota.

"Menarik, ini sangat unik." Ucap Syla kagum.

"Bagus deh kalau kamu senang." Jawab Sheva ikut tersenyum.

"Fresh Cafe." Gumam Syla membaca nama cafe itu.

Mereka berbincang sedikit, dan makanan merekapun datang.

"Kamu gak papa keluar hampir setiap hari gini?" Tanya Syla ditengah-tengah mereka makan.

"Emang siapa yang larang?" Tanya Sheva.

"Kebiasaan, orang nanya malah balik nanya." Jawab Sya.

"Gak papa asal sama kamu."

"Ok habis ini aku gak bakal mau keluar sama kamu." Ujar Syla.

"Eh kenapa kok gitu?"

"Mikir dong kamu tuh mau UN, beb." Jawab Syla mencubit hidung Sheva gemas.

"Apa hubungannya sih?" Tanta Sheva kesal.

"Kamu mau masuk univ yang bagus, emang gampang apa, kamu perlu belajar. Ya walau kamu idah pintar." Jelas Syla.

"Lagian buat latihan LDR juga." Tambahnya.

"Kamu gak siap ya kita LDR? Apa aku tuda kelulusan dulu ya." Kata Sheva.

Seketika Syla merasa kaku dan kesal melihat tingkah pacarnya yang bodoh itu.

"Udah gila ya." Ujar Syla kesal.

"Maaf maaf." Kata Sheva ambil nyengir.

"Mulai besok kamu belajar di rumah aja, nggak ada belajar bareng." Kata Syla tegas.

"Iya bos." Jawab Sheva lemas.

"Kenapa gitu? Gak suka?" Cerocos Syla seperti mak-mak yang anknya gak pernah belajar.

"Suka kok kalo kamu yang suruh." Jawab Sheva lesu.

Syla menunduk tak kuasa menahan tawa melihat wajah pacarnya. Dia melanjutkan makannya tanpa berbicara sedikitpun.

Disisi lain ada Clayna dan Ranvi yang sedang melakukan video call. Mereka sangat cocok dengan gaya belajar mereka, judes mereka, cuek mereka. Mereka memiliki sifat yang hampir sama, tapi Ranvi dia sangat dingin, sedang Clayna sangat tidak peka. Hmmm susah memang.

"Ini gimana sih, bener gak sih?" Omel Clayna.

"Udah bener kok, cobak kamu hitung lagi." Saran Ranvi.

"Eh iya ini salah." Kata Clayna menyadari kesalahannya.

"Udah kan."

"Udah makasih ya Ranvi ku." Kata Clayna manja.

"Eh jangan dimatiin." Cegah Ranvi.

"Kamu gak belajar apa?" Tanya Clayna.

"Nggak nanti aja, lagi kangen." Kata Ranvi.

"Eh kan besok ketemu lagi, kamu juga jemput aku kan." Jelas Clayna.

"Ok, mau ngabisin paketan." Ranvi mulai mencari alasan lain.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang