Chapter 6 - Coronation

105 17 2
                                    

Taehyung P.O.V

Selama perjalanan pulang, Jin-hyung hanya memalingkan wajah nya, menolak menatap ku. Dia terus menggerutu pelan, sebanyak yang bisa ku tangkap. Mengenai janji nya dengan Jungkook serta berbagai ucapan melantur yang tidak dapat ku mengerti. Aku marah, tetapi memutuskan untuk menutup mulut ku hingga tiba di istana.

Setibanya disana, aku langsung menarik hyung menuju kamar. Tidak memperdulikan panggilan-panggilan penting dari petinggi surga lain maupun ibu ku sendiri, Archangel Michael. Mereka bisa menunggu, mengingat aku akan memiliki banyak waktu setelah penobatan --coronation-- nanti.

Saat ini, aku hanya butuh penjelasan. Penjelasan mengapa Jungkook terlihat begitu familiar dengan Jin-hyung padahal mereka belum pernah berjumpa sebelumnya, hingga alasan Jin-hyung berakhir di kamar si brengsek itu dengan kiss marks yang memenuhi leher nya.

Tidak ada yang lebih penting dari hubungan ku dengan hyung. Aku tidak tahu apakah ini cinta atau ketertarikan sesaat. Namun Pride ku tidak akan membiarkan Jungkook merampas nya. Sejak pertama kali menatap manik indah itu, Dia milik ku.

Aku sudah memutuskan hyung akan menjadi mate ku. Walaupun secara hukum, hal itu mustahil. Saat kekuasaan telah berada di tangan ini sepenuhnya, tidak ada satu makhluk surga pun yang mampu menentang keinginan ku. Tidak ada yang ku takuti. Baik itu para supreme pendukung maupun oposisi. Lagipula aku tidak akan segan-segan meluluh lantahkan mereka, jika mereka berani melakukan itu.

Aku sadar, posisi ku sebagai Archangel Lucifer, malaikat yang paling tinggi di surga, memberikan kekangan terhadap diri ini dalam menerima hal-hal yang taboo seperti perasaan dan nafsu lahiriah.

Tidak seperti petinggi neraka serta iblis pada umum nya yang memiliki kebebasan untuk melampiaskan hasrat masing-masing.

Petinggi Surga terlebih lagi Archangel bahkan tidak memiliki kebebasan untuk memilih pasangan nya sendiri. Surga mempunyai biro perjodohan, yang berfungsi untuk memasangkan setiap individu sesuai fungsi dan manfaat nya bagi realm kelak.

Tidak ada cinta, layak nya kampanye yang didengungkan para petinggi konservatif. Semua berjalan secara sistematis, sesuai dengan ketetapan para leluhur yang menyelamatkan surga dari perang besar antar Realm.

"Kau memperalat ku, hyung. Kau menyuruh ku untuk kembali ke pesta supaya kau bisa bersenang-senang dengan Satan di kamar nya" ucap ku murka, dengan gigi yang bergemeletuk, tidak dapat menahan api cemburu yang membakar dada ini.

Aku mempererat genggaman ku di kedua pergelangan tangan nya. Menyalurkan segala perasaan kecewa yang sedari tadi ku tahan sejak perjalanan pulang. Jin-hyung terlihat menyerengit kesakitan, namun tidak berusaha melawan ataupun melepaskan genggaman ini. Ia mungkin sadar bahwa itu tindakan sia-sia. Aku jauh lebih kuat dari nya. Tidak ada satupun makhluk yang lebih kuat dari ku disini, bahkan ibu ku  Archangel Michael sekalipun. Jin-hyung hanya mencibir, menatapku dengan pandangan kesal.

"Bisa tolong lepaskan genggaman mu. Aku mengerti kenapa kamu bereaksi seperti ini, Kim Taehyung. Tapi bisakah kita membicarakan ini baik-baik? Aku akan menjelaskan segala hal yang ingin kamu ketahui"

"Lagipula posisi ini terlalu aneh" ujar Jin-hyung lirih sembari memalingkan wajahnya. Aku berdengus mendengar pernyataan hyung, namun ujung telinganya yang memarah itu mengatakan sedikit perasaan nya saat itu. Seringai kecil tercipta di bibir ini.

"Benarkah? Lalu.. Apa yang hyung sadari dari tindakan ku ini?" Jin-hyung menggigit bibir bawah nya berusaha menutupi keraguan yang tidak terlewat dari pengamatan ku. Aku tidak mengerti kecamuk apa yang berada didalam kepala nya,namun manik ini menantang mata secantik kijang yang berupaya terlihat tidak gentar dan penuh determinasi tersebut.

"Saya sungguh tidak ingin mengatakan ini tapi seperti para iblis, anda terlihat posesif dan obsesif, Tuan Archangel Lucifer" ucap Jin-hyung tenang, sedikit sarkatis. Sunggingan kecil samar terbentuk di ujung bibir merah itu. 

Aku mematung. Terkesima dengan ucapan ringannya. Apakah aku terlihat seburuk itu? Tidak ada perbandingan yang lebih buruk selain di bandingkan dengan iblis. Iblis itu makhluk paling menjijikkan, irrasional dan impulsif yang Tuhan pernah ciptakan.

"Kau sungguh lancang hyung. Jangan pernah bandingkan aku dengan sampah itu. Aku makhluk suci dan ciptaan terbaik entitas tertinggi. Sedangkan pria itu adalah residu dari eksistensi ku, derajat kami berbeda" tidak ada perubahan berarti dalam raut wajah Jin-hyung. Dia hanya mengusap lembut pipi ku, lalu tersenyum kecil.

"Aku

The Paradox (KookJin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang