Chapter 2 - The Demon of Wrath

1.4K 179 37
                                    

Jungkook P.O.V

"Jeon Jungkook, aku akui kita memang berasal dari penghasil sperma yang sama, hidup selama 1 tahun di rahim yang sama dan terlahir di waktu yang sama. Tetapi aku tidak akan pernah menganggap mu sebagai saudara ku" ucap Kim Taehyung kaku.

Bola mata biru laut nya yang menyebalkan, memandang ku dengan tatapan sinis. Tidak ada sedikitpun usaha untuk menutupi kilatan cahaya kebencian yang membara di dalam pikiran dan jiwa nya. Lebih menggelikan lagi, sikap nya saat ini sangat berbanding terbalik, dengan reputasi nya sebagai Archangel Lucifer, seorang pemegang kekuasaan tertinggi di surga.

Aku mendengus kesal, Kim Taehyung memang menyebalkan tapi aku tidak menyangka dia separah ini. Sikap nya yang sok hebat setiap pertemuan formal kami berlangsung, benar-benar membuatku jengah.

Kesabaran memang bukan keahlian ku. Tapi jika seorang Jeon Jungkook, the demon of wrath and temptation, meledakkan kerajaannya sendiri karena alasan bodoh, seperti termakan konfrontasi murahan Kim Taehyung, maka aku akan jadi bahan lelucon seluruh entitas surga dan neraka.

"Kim Taehyung, kau tidak perlu repot-repot mengkonfirmasi fakta tidak berguna itu di setiap pertemuan formal kita" Aku melirik nya acuh tak acuh.

Tanpa melepaskan pandangan dari ekspresi datar nya, segelas anggur yang dari tadi bertengger di tangan segera kuteguk hingga tidak bersisa.

"Aku bahkan tidak pernah menganggap mu ada." Dentingan gelas terdengar dari ujung meja Kim Taehyung. Aku menoleh sekilas, Tidak peduli, dan kembali berbicara dengan gema suara yang memenuhi ruang makan klasik bercorak gothic ini.

"Kau adalah Lucifer, dan aku adalah Satan. Hubungan kita hanya dalam batas wajar yaitu Simbiosis mutualisme. Urusi saja para santo mu, berikan mereka tempat dan pelayanan terbaik di surga. Sedangkan aku akan menghandle bagian ku sendiri, para bajingan dan pendosa" jawabku tenang pada akhir nya.

Kim Taehyung terlihat sedikit terkejut dengan pernyataan ku yang luar biasa tentu nya, terbukti dengan mulut dan manik nya yang sedikit membulat. Ia menggenggam buku-buku jari nya hingga memutih.

Raut kekesalan terlukis jelas di wajah nya yang memuakkan.

Menyenangkan sekali.

Sungguh perasaan yang luar biasa.

Aku mulai mengerti, kenapa seumur hidup nya Kim Taehyung berusaha untuk menyudutkan kan ku di setiap acara jamuan makan maupun pertemuan formal lainnya.

Kepuasan yang didapat ketika kita menyadari penderitaan mereka, orang yang kita benci tercheckmate dengan perkataan yang kita lontarkan, rasa nya seperti madu.

Aku tidak bisa menyembunyikan senyum penuh kemenangan di balik wajah yang datar.

Karena untuk pertama kali nya, di usia yang menginjak 18 tahun (1800 tahun di dunia manusia), tanpa emosi yang meledak, bola mata yang memerah dan bara inferno dari tubuh ku, aku dapat mengembalikan kalimat sarkatis nya dengan penuh hormat.

Kim Taehyung segera mengakhiri acara makan kami dengan melempar kasar celemek nya ke meja dan melangkah keluar ruangan dengan pace cepat.

Acara ini seharusnya menjadi perayaan kedewasaan kami sebelum menjadi pemegang kekuasaan sah di masing-masing kerajaan. Namun, seperti biasa status kami sebagai stalemate di dua realm yang bertentangan, selalu merenggangkan hubungan persaudaraan yang bersifat lahiriah.

Jeon Jungkook adalah saudara kembar Kim Taehyung dan Kim Taehyung adalah saudara kembar Jeon Jungkook. Aku sadar, fakta itu tidak akan pernah berubah walaupun surga dibalik menjadi neraka dan neraka diganti menjadi surga. Kami dilahirkan berbeda tetapi, kami terhubung dalam satu darah. Darah yang mengikat dalam relung jiwa dan raga kami yang kosong.

The Paradox (KookJin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang