Dia, seuntai kalimat yang menggetarkan dada. Berlebihan memang. Tapi, itulah adanya. Terkadang aku malu, dengan sang khalik yang mencintaiku tanpa ragu. Entah ada apa dengan diriku, dengan mudah melupakan-Nya hanya karena sebuah nama. Diri mencoba melupakannya. Tapi sayang, tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Awalnya, tak saling kenal dan tegur sapa.
Awalnya, hanya tahu wujud rupa tanpa nama.
Namun ternyata...."Ahh... Sudahlah" gadis itu menghembuskan napas beratnya.
Memang, gadis itu sedang menuliskan curahan hatinya sekaligus tugas dari sang dosen, yang entah kenapa tiba-tiba memberikan tugas tentang puisi yang sangat menggelikan. Apalagi berhubungan dengan yang namanya cinta."Kok jadi geli gini ya?" Gumamnya sambil mengulangi tulisan absurd yang tengah ditulisnya.
"Lanjut besok, gak papa kali ya?. Iya deh gak papa" ucapnya. Untuk apa ia bertanya jika sudah menjawab sendiri. Huh
Asha pun langsung merebahkan dirinya dikasur kesayangannya yang bermotif doraemon. Ia pun menatap langit-langit rumahnya yang sederhana. Memang dirinya bukan anak yang terlahir dari keluarga kaya. Tapi, percayalah. Ini sudah lebih dari cukup. Memiliki kedua orang tua yang menyayanginya, dan satu adik yang menggemaskan. Karena ini sudah larut malam, yang seharusnya sudah menjadi jam tidurnya. Entah kenapa pikirannya berkelana kemana mana. Tentang pertemuannya dengan seorang kaum Adam yang menarik perhatiannya. Heii! sebenarnya ini sama sekali bukan Asha. Seorang gadis berhijab yang memiliki sifat cuek dan pendiam jika berhadapan dengan orang asing. Tapi, jika sudah bersama dengan sahabat dan orang terdekatnya Asha memiliki sifat yang sangat Humble, menyenangkan dan sedikit pecicilan. Dan yaa itu seperti topeng yang dipakainya jika ia berada di kampus. Oke! Pikiran pun seperti tokoh wattpad saja. 'Eh lupakan.
"Siapa dia" gumamnya sambil memejamkan matanya. Dan tidak lama pun ia tertidur.
Pukul 03.00 Asha terbangun. Ia pun melompat dari kasurnya untuk membersihkan dirinya. Memang sudah menjadi kebiasaannya untuk melaksanakan sholat Tahajjud disepertiga malam sebelum ia memutuskan untuk hijrah semenjak tiga tahun yang lalu. Tepatnya saat ia menaiki kelas 12 SMA. Lalu Asha pun melaksanakan sholat dua rakaat tersebut dengan khusyu' dan bermunajat panjang di akhir sujudnya. Selesai sholat ia pun membaca surat Al-Waqi'ah yang sudah menjadi surat favorite nya. Selepas membacanya. Ia pun melipat mukena dan peralatan sholatnya dan duduk diatas kasurnya. Asha kembali mengingat momen pertemuan dengan seorang Akhwat yang notabene-nya adalah sepupu dari sahabatnya itu mengganggu pikirannya.
Flashback.
Saat ini Asha sedang berada dikampusnya setelah datang beberapa menit yang lalu.
"Sha!" Panggil Dhiva sahabatnya
"Hm." Asha hanya bergumam, karena merasa terganggu dengan bacaan novelnya saat ini
Dhiva yang melihatnya pun hanya berdecak. Tapi, tak urung mempertanyakan sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Hmm ntar sore ada acara, gak?" Ucap Dhiva.Asha pun menatap Dhiva sejenak sambil berpikir dan menjawab
"Gaada deh, kayaknya." ucapnya sambil mengalihkan tatapannya kembali ke novel nya."Kalo gitu kamu harus dateng keacara pengajian dirumah bunda" ucap Dhiva antusias
"jam berapa emang?" Tanyanya
"Hm sekitar jam 4 sore lah, pokoknya." ucap Dhiva.
"Yaudah, aku minta izin sama ummi dulu." ucap Asha.
"Gak perlu, lah" ucap Dhiva
Asha menautkan alisnya, karena merasa tak mengerti dengan pemikiran sang sahabat.
"Kok gitu?" Ucap Asha.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE.
RandomDia. Yang tak akan pernah bisa dibayangkan dengan kata-kata. Dan mungkin, menjadi sebuah bencana atau rencana dari sang pencipta. [CERITA MASIH DALAM TAHAP REVISI. JALAN CERITA AKU RUBAH SEMUANYA.]