Fifth

2.9K 606 62
                                    

September, 2018

Seperti biasa, Kim Doyoung dan Lee Taeyong akan menjadi yang terakhir pulang usai kegiatan klub berakhir. Duduk saling berhadapan dengan laptop masing-masing yang menjadi titik fokus, terkadang ditemani satu kap teh atau minuman isotonik kesukaan Taeyong.

Tepatnya, rutinitas keduanya itu terlahir setelah Taeyong mendaftarkan namanya dan Doyoubg pada lomba kompetisi pemrograman yang disebut Doyoung sebulan lalu.

Lee Taeyong akan mengajarkan Doyoung yang kebetulan masih sedikit lemah dalam menyusun algoritma.

Dan Taeyong mengandalkan Doyoung sepenuhnya untuk mengurai kasus dari setiap soal latihan yang mereka kerjakan.

Kim Namjoon--ketua dari klub informatika rutin mengecek ruang klub dan mengatakan, bahwa kerjasama tim mereka luar biasa.

Seo Johnny dan Nakamoto Yuta terkadang melongok dari ambang pintu klub, bersiul menggoda yang akan berakhir mengaduh karena terkena lemparan jitu Taeyong menggunakan benda apapun di sekitarnya (baru-baru ini Taeyong melempar mereka dengan botol isotonik yang telah kosong).

Tapi selebihnya, waktu dihabiskan mereka hanya berdua. Diisi oleh presensi satu sama lain.

Komunikasi Taeyong dan Doyoung menjadi semakin intens. Terutama ketika tanggal dimulainya kompetisi semakin dekat. Adalah pada Rabu malam, dua hari sebelum kompetisi berlangsung ketika keduanya berdiam di ruang klub hingga larut.

Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam, Taeyong kemudian menguap lebar. Ia menepuk-nepuk pundaknya yang dirasa kaku, menjauhkan matanya sejenak dari sinar radiasi laptop yang menerpanya.

Hingga kemudian, ia menyadari bahwa sejak tadi Kim Doyoung tidak bersuara.

Dan ketika Taeyong bangkit dari kursi, hendak menjangkau Doyoung oleh pandangannya, ia tertegun.

Kim Doyoung tertidur. Beralaskan tangan yang dilipat di atas meja, dan menyuguhkan ekspresi yang amat polos pada sepasang obsidian milik Taeyong.

Senyum tergurat tipis, kemudian Taeyong meraih jaket hitamnya yang tersampir pada sandaran kursi. Lantas, berjalan ke belakang kursi yang ditempati Doyoung untuk menyelimutkan jaketnya pada punggung si pemuda Kim yang hanya berbalutkan seragam tipis.

Lee Taeyong tidak segera berpindah ke kursinya kembali. Alih-alih, ia justru menarik kursi di samping Doyoung, menempatkan bokongnya di sana dan memerhatikan wajah polos Doyoung lamat-lamat.

Dan entah kenapa, ia merasakan sesuatu menggelitik perutnya. Sensasi yang begitu aneh, namun terasa menyenangkan.

Malam itu ditutup dengan Taeyong yang menyuarakan tanya pada dirinya sendiri. Apa arti debaran anomali yang ia rasakan ketika menangkap figur Doyoung dalam pandangannya?



Tiga hari berselang, dan yang Doyoung ingat hanyalah satu. Ia dan Lee Taeyong berhasil meraih juara ketiga pada kompetisi pemrograman yang dilangsungkan Di Busan. Hadiahnya memang tidak se-fantastis peringkat pertama, tapi pengalaman serta rasa bangga atas pencapaian mereka adalah hal yang tidak akan tergantikan.

Dan terekam jelas dalam benaknya, bagaimana Taeyong tertawa bahagia serta merangkulnya erat. Tersenyum lebar pada kamera yang memotretnya, dengan Doyoung dalam rangkulan, juga piala yang mereka pegang berdua.

Foto itu dijaga baik-baik oleh Doyoung, dibingkai oleh pigura cantik, dan ditempatkan pada meja belajar.

Yang selalu menjadi pengukir senyum pada wajah Doyoung, sebelum ia mengerjakan tugas sekolahnya dan ketika akan beranjak tidur.




Dan Lee Taeyong akan menatap foto yang sama di kamarnya, lagi-lagi mempertanyakan arti gemuruh yang ia rasakan di dadanya kala melihat senyum cerah Doyoung yang terabadikan dalam lembaran itu.

Subtle Kind of Love; Taedo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang