March, 2019
Sore hari, ketika ruang kelas sudah kosong melompong, Taeyong menemukan dirinya masih bergeming di atas sebuah bangku. Sama sekali belum beranjak walau bel pertanda jam sekolah usai sudah lama terlewat. Ia termenung sendirian, duduk dengan wajah yang menampakkan raut malas sementara lima jemari kanannya sibuk memutar-mutar pena.
Ada secarik kertas yang teronggok tanpa daya di atas meja. Keberadaannya tidak terlihat penting, namun lembaran itu adalah alasan mengapa Taeyong belum beranjak pulang hingga saat ini.
"Kupikir kau sudah pulang meninggalkanku, ternyata masih di sini."
Suara yang amat familiar di telinga Taeyong itu sukses membuyarkan lamunannya, beralih memaku atensi pada sosok Doyoung yang berdiri di ambang pintu. Lelaki itu baru saja kembali setelah izin untuk mempersiapkan olimpiade selama jam terakhir pelajaran.
Dan si pemuda Kim itu tersenyum. Menghampiri Taeyong yang masih terpaku, kemudian duduk di hadapan sang kekasih dengan posisi menghadap sandaran kursi. Lantas, ia mencondongkan wajahnya penasaran, ingin tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Taeyong.
"Lembar cita-cita? Rencana untuk sepuluh tahun ke depan?" Doyoung menggumam. Alisnya tertekuk sedikit saat berusaha membaca konten dari lembaran yang tergeletak di atas meja.
"Byul-sonsaengnim menyuruhku mengisinya saat konseling kemarin." Di akhir kalimat, Taeyong menguap seraya merenggangkan tubuh. "Tapi aku bingung mengisi bagian bidang studi kuliah yang diminati. Informatika atau fisika murni? Keduanya aku minati sama besar."
Tapi, Doyoung tidak merespons. Alih-alih, hening yang didapati oleh Taeyong.
Maka, sebelah alis Taeyong pun terangkat. "Doyoung-ah?"
Masih nihil, tidak ada jawaban. Karena saat ini, Doyoung terpaku menatap satu kolom di lembar cita-cita milik Taeyong. Ada rona tipis yang mewarnai wajahnya, kentara sekali bahwa lelaki itu tengah tersipu.
"Taeyong-ah, ini ....," Doyoung mencicit, suaranya terdengar begitu pelan hingga menyerupai gumaman. "Bagian rencana sepuluh tahun ke depan ...."
Taeyong mengikuti arah pandangan Doyoung, kemudian tersenyum. Pelan, ia mencondongkan wajah, meraih wajah merona Doyoung dan mengusap pipinya dengan lembut.
"Iya, kenapa?" tanyanya, terkekeh ketika Doyoung mengangkat pandangan dan menatapnya. Manik bulat lelaki itu melebar, makin terlihat seperti kelinci di mata Taeyong. "Rencanaku sepuluh tahun ke depan memang mendirikan perusahaan sendiri, tinggal di perumahan asri daerah Gangwon, dan ...."
Taeyong menjeda. Ia semakin mendekatkan wajahnya pada Doyoung, menatap dalam-dalam sepasang iris coklat di hadapannya, kemudian menutup dialog dengan satu kalimat.
"Menikah denganmu."
Lalu, Taeyong pun mengikis jarak, mempertemukan bibirnya dengan milik Doyoung dalam satu ciuman lembut.
Dan Doyoung tidak mau berpikir, apa yang menyebabkan Lee Taeyong Si tsundere akut tiba-tiba frontal dan manis seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Subtle Kind of Love; Taedo ✔
Fiksi PenggemarHanya suatu kumpulan linimasa tentang bagaimana Kim Doyoung dan Lee Taeyong memulai pertemuan, saling bercakap, hingga saling jatuh cinta B x B