1

4 1 0
                                    


1

Hyunsik terbangun saat mendengar notifikasi pesan masuk tiada henti dari handphonya, dia meregangkan otot-ototnya yang kaku karena terditur menelungkup meja di depan komputernya. Dia meraih handphonya malas membaca kontak-kontak yang mengirimkan pesan ke dalam aplikasi chatnya. Semuanya tidak terlalu penting karena hanya spam di grup chat para member, hyunsik mendengus kesal. Tapi satu private chat dari Changsub membuatnya penasaran, tidak biasanya hyungnya yang satu itu mengirimi banyak pesan.

"Ya..ada reuni dari teman-teman di kampus sabtu depan. Datanglah gantikan aku"

"Ya! Jangan bilang kau malas lagi!"

"Datang dan beritahu semuanya kalau aku sedang sibuk dan tidak bisa datang"

"Sampaikan maafku"

"Ya!"

"Ya!"

"Im Hyunsik, "

"Kau tidak mati bukan?!"

"Jangan bilang kau tidak mau datang karena menghindari seseorang"

Dahi hyunsik mengernyit membaca pesan terakhir yang di kirimkan hyungnya itu. Dia mulai menekan huruf-huruf di handphonya untuk membalas pesan dari Changsub

"Aku akan pergi kalau tidak sibuk." Balasnya singkat.

Hyunsik berdiri dari kursi dan meregangkan otot pinggangnya yang masih terasa kaku,dia melihat jam yang menempel di dinding studionya. Jam menunjukan pukul sepuluh malam, ternyata dia tertidur selama dua jam di studionya. Pantas saja pinggangnya terasa sangat kaku, dia melangkah keluar lalu mengunci pintu studionya. Dia merasa membutuhkan asupan cafein untuk meredakan rasa kantuk yang menyerangnya. Dia berjalan di lorong perusahaan, beberapa kali berpapasan dengan staff yang masih hilir mudik di waktu malam. Langkahnya berhenti ketika ia melihat seorang manajer dan tiga orang asing yang sedang mengobrol diluar ruangan direktur. Namun satu orang tidak nampak asing bagi Hyunsik, merasa ada yang memperhatikan orang-orang itu menoleh. Hyunsik memberi salam kikuk, di ikuti tiga orang asing tersebut. Namun setelah mereka saling bertatap muka Hyunsik terkesiap begitu pula wanita berambut panjang yang tadi sedang mengobrol dengan manager dari CUBE.

"Hyunsik-ah?" sapanya,masih ada keterkejutan dari nada bicaranya namun sebuah senyum langsung terukir di bibirnya.

"Jia-ya??" Hyunsik tak kalah terkejutnya.

Hyunsik berjalan mendekat sambil tersenyum,

"Kalian saling kenal?" tanya manager terkejut.

"Kami satu kampus,Hyung. Ah..bukan. Malah kami teman sekelas" Hyunsik menjelaskan sambil menjabat tangan Jia.

"Aku tahu ini akan terjadi kalau datang ke CUBE, tapi ini terlalu cepat." Ujar Jia tidak percaya.

"Jadi kalian teman lama?" Ujar lelaki paruh baya di sebelah Jia.

"Ne," Jia tersenyum "Oh..Ini atasanku." Jia merujuk pada pria paruh baya yang berdiri di sampingnya.

"Na HyunMoo, salam kenal Hyunsik-sshi, rasanya sangat beruntung bertemu dengan komposer muda dan berbakat seperti anda." Pria paruh baya itu mengulurkan tangan hangat.

Hyunsik menjabatnya sambil tersenyum "Lim Hyunsik, Terimakasih tapi sepertinya saya tidak seperti yang anda katakan." Jawabnya malu-malu.

'Hyunsik memang seperti itu dari semenjak sekolah,Sajangnim" Ujar Jia hampir berbisik "Padahal dalam hatinya dia senang kalau ada yang mengatakan hal itu padanya"

"Ya!" Hyunsik tersipu.

Mereka semua tertawa,

"Kalau begitu Tuan Han, saya dan staff pamit" Ujar Direktur Na pada manager.

"Terimakasih untuk bantuannya,Sajangnim. Maaf merepotkan anda sampai semalam ini" Tuan Han mambungkuk memberi hormat.

"Ah..kalau begitu semuanya. Kami pamit" Direktur Na membungkuk di ikuti Jia dan pria yang berada di sebelahnya.

Jia tersenyum dan melambai pada Hyunsik, Hyunsik hanya tersenyum melihatnya mulai melangkah pergi. Tanpa sadar seperti ada sesuatu yang merasuki dirinya dia memanggil Jia sebelum rombongannya pergi terlalu jauh.

"Jia-ya, apa kau mau minum kopi sebentar?"

Jia menoleh kaget pada hyunsik, lalu pandangannya beralih pada direktur dan pria satunya.

"Aku ingin berbicara mengenai reuni minggu depan." Tambah Hyunsik.

Sang direktur tersenyum memberikan persetujuan lalu pergi meninggalkan Jia di lobby depan perusahaan. Manager Han berbisik pada Hyunsik, "Hati-Hati" lalu meninggalkan mereka pergi.

Jia berjalan mendekati Hyunsik, Hyunsik baru tersadar saat dia sudah bener-benar dekat dengan wanita itu.

"Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil dulu di studio."

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Jadi aku tidak tahu kalau kamu akan bekerja sama dengan CUBE untuk persiapan Album Changsub Hyung?" tanyanya memecah keheningan di antara mereka.

"Aku tidak terpikir mau memberitahumu juga" Ujar Jia bingung. "Karena aku karyawan baru di perusahaan,sebenarnya aku senang saat aku datang ke CUBE lagi."

"Kamu sudah tidak apa-apa?"
Jia tersenyum dan mengangguk.

Mobil terus melaju menyusuri jalanan malam kota Seoul, gemerlap lampu-lampu jalanan kota menambah hidup suasana malam. Namun mereka masih saling terdiam, canggung.

Entah kenapa Hyunsik yang mengajak Jia keluarpun akhirnya hanya bisa terdiam setelah obrolan pembuka yang malah menambah perasaan canggung di antara mereka.

Tiba-tiba Jia terkekeh "Hyunsik,kamu tidak berubah dari dulu." Katanya sambil menghela nafas.

Hyunsik menatap Jia heran, sedikit senyum terukir di bibirnya.

"Bicaralah padaku,apa saja. Jangan merasa canggung." Katanya sambil menyalakan music di mobil Hyunsik "Bukankah kita sudah lama kenal? Sudah berapa tahun?" dia bertanya lagi.

"Sembilan?" hyunsik menimpali

''Hampir sepuluh". Ralat Jia "seharusnya jangan jadikan aku orang asing saat angka hubungan kita sudah ada dua digit seperti itu."

"Mian" jawabnya pendek.

"Ah..aku rindu Changsubie." Katanya menghela nafas sambil menyenderkan kepalanya di kursi mobil. "Dia pasti akan berlari padaku dan berteriak "Yak! Kenapa kamu ada disini?" katanya sambil terkekeh membayangkan ekspresi Changsub.

"Changsub-hyung, hanya terlalu suka bicara dan berisik" ujar Hyunsik datar.

"Ahh..tapi kamu menyukainya kan?" sambar Jia.

Mereka berdua tertawa.

"Kalian semua sama saja, berisik. Sama sekali tidak berubah." Jia tersenyum simpul sambil memandang keluar jendela melihat gelapnya malam dihiasi dengan goresan abu-abu dari awan. Tanpa sadar dia mulai menghela nafas pelan,

"Akan turun hujan."

"Apa?"

--

--

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Beautiful PainWhere stories live. Discover now