Bab 15

30 3 0
                                    

"Al, kumohon sebentar saja," ucap pria itu

Aku menghentikan langkahku. Tidak berniat membalikkan badan karena jika aku melihatnya aku akan ingat kejadian itu. Bagaimana ia melukaiku.

"Al, kumohon" suaranya bergetar.

Aku benci siapapun yang bersuara sendu. Membuatku gagal menjaga benteng yang selama ini kubuat. Rintihannya mataku berkaca namun segera kutepis.

"Baiklah, bicara dibelakang rumahku." Ujarku mengalah.

"Terima kasih, Al" ujarnya.

"Hm." Sahutku singkat.

"Duduk dan bicaralah," Ujarku begitu kami sampai di sebuah kursi di taman sepetak belakang rumahku.

"Al, aku minta maaf atas pelakuan kasarku waktu itu. Harusnya aku mendengarkanmu dibanding mendengar perkataan orang lain. Awalnya aku hanya berpikir mungkin kalian hanya ada urusan. Sampai orang-orang bilang kalau kalian memiliki hubungan.

Aku terlalu marah karena kupikir kamu menyukainya. Aku sangat khawatir kalau kamu tidak menyukaiku lagi. Aku sangat mencintaimu sampai aku berbuat di luar kendaliku. Aku termakan omongan orang-orang yang berkata buruk tentangmu. Aku tahu aku salah lebih mempercayai mereka di banding kamu. Aku sangat menyesal." Ujarnya sendu.

"Lalu kamu ingin aku berbuat apa? Memaafkanmu setelah yang kamu lakukan?" Jawabku dingin.

"Aku tahu pasti itu sulit dilupakan, tapi aku tidak memaksamu untuk memaafkanku karena ini salahku. Salahku yang telah berbuat di luar kendaliku. Waktu itu aku sangat marah hingga aku berbuat kasar padamu. Aku mencintaimu tapi emosiku hanya membuat kamu membenciku. Aku minta maaf Al," ucapnya.

"Dan harusnya aku lebih mempercayaimu. Aku sangat menyesal, Al." Lanjutnya, kepalanya menunduk dan enggan menatapku.

"Sudahlah, itu sudah berlalu. Jadi lupakan saja," ujarku menahan air mata yang sudah terbendung.

"Aku.. sungguh-sungguh minta maaf Al," suaranya bergetar dan masih menunduk.

"Jika kamu sudah selesai, silahkan pulang. Karena masalah ini tidak perlu dibahas lagi. Jangan membuat dirimu kesulitan hanya karena memikirkan ini." Ujarku menyudahi pembicaraan ini.

Dia pergi. Aku menatap punggungnya yang kian menjauh, menyisakan sesak yang daritadi kutahan.

Aku masih belum kuat, bahkan sama sekali tidak kuat. Aku masih lemah. Aku luruh dan tidak bisa menahan air mata ini lagi. Air mata ini jatuh, sangat deras.

Tiba-tiba aku merasakan sebuah rengkuhan, rasanya hangat. Aku hafal aromanya, itu membuatku sedikit lebih tenang. Aku mengeratkan pelukannya, semakin membuatku membaik. Tapi menyisakan sunggukan.

"Sshhh.. It's okay babe. Keluarkanlah jika itu membuatmu tenang Al." Ujarnya seraya mengelus punggungku lembut. Dan itu membuat air mataku jatuh semakin deras.

"Aku nggak ngerti masalahmu, tapi aku akan selalu di sini Al. Aku nggak janji, tapi aku akan berusaha selalu disampingmu Al." Lanjutnya, ia masih mengelus lembut, berusaha menenangkanku.

Sekarang aku lebih tenang. Aku melepas pelukannya dan menatapnya. Perlahan ia memajukan wajahnya lebih dekat dengan wajahku. Aku tidak tahu harus apa.

Ia semakin mendekat, lalu berbisik "Nggak usah merem-merem babe. Kamu ngeres ya hari ini? Padahal aku cuma mau bilang kalau kamu nangis mukamu jadi bengkak dan jelek," bisiknya membuatku kesal dan langsung memukulnya.

"Babe, kamu tau gak penyanyi siapa yang masih nanya namanya?" Tanyanya. Aku membalasnya dengan menggeleng kasar. Tidak peduli, ceritanya kan aku sedang ngambek.

"Busett, judes bener babe hahaha. Nggak tau ya? Jawabannya itu Cakra Khan? Udah tau namanya Cakra, masih aja nanya." Ujarnya polos.

"Pffttt.. BHAHAHAHAHAHA apaan sih receh kamu," tawaku memecah tiba-tiba.

"Lah emangnya nggak lucu ya?" Tanyanya seraya cemberut.

"Nggak sama sekali tuh." Jawabku asal.

"Yaiyalah, yang lucu kan cuma kamyuuuuu." Ujarnya seraya menyubit pipiku gemas.

"Geliiiiiiiiiiiiiiiii banget bahasamu," jawabku.

"Bodo, wleeeee. Oh iya btw helm-ku mana? Padahal aku udah sampai rumah, aku belain jauh-jauh berkilo-kilometer mengarungi derasnya lautan dan menyusuri lebatnya hutan," ocehnya panjang lebar.

"Puitis sekali Anda, Pak Alex Robert yang terhormat, helmnya ada diruang tamu," jawabku.

Ah, pria ini. Entah kenapa untuk saat ini sepertinya aku tidak salah memilih pria ini. Semoga ia tidak seperti yang sebelumnya.

Katakanlah bahwa aku berlebihan, nyatanya aku sangat mencintai pria kecil ini. Aku mencintainya!

Karena dia ada disampingku, memelukku erat. Dan tidak menuntut untuk tahu masalahku. Dia memberiku ruang. Diaa percaya aku akan cerita padanya nanti. Dia juga yang membuatku tenang. Melupakan sedikit tentang kejadian yang tidak seharusnya diingat.

"Kamu mau langsung pulang?" Tanyaku ketika melihat dia seperti bergegas.

"Nggak babe, tanggung ah. Mending di sini dulu, kalau pulang nggak ada kamu. Aku cedihhh," ujarnya seraya manyun.

"Iewwwww geliii, belajar gombal darimana sih kamu hm?"

"Itu bukan gombal, Al. Itu sungguhan dari hatiku yang terdalam untuk Alicia Clara seorang." Ocehnya asal.

"Haduuuuhhh merinding,"

The best man I ever had! It's you Alex. Love you so much!



---
Tbc.
Pendek dulu deh yaa, wkwkwk.
Xoxo

Love Me Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang