10. Hal Tak Terelakkan

1.2K 125 16
                                    

chapter sebelumnya aku pake nama lucas, padahal harusnya yukhei. maaf yaa...



------------------

"Astaga, Jaemin! Kau tak akan percaya ini!" Haechan masuk ke kamar Jaemin dan langsung mengguncang-guncangkan badan sahabatnya itu.

Tidak menunggu respon Jaemin, Haechan langsung melanjutkan perkataannya. "Aku dapat 70 di pelajaran matematika! Aku sangat bahagia, Na!" Haechan memeluk Jaemin erat setelah itu.

"Kau dapat berapa?" tanya Haechan pada Jaemin, dia yakin sahabatnya itu akan mendapat setidaknya 92.

Jaemin tidak menjawab, hanya menunjuk kertas yang sudah diremas di atas meja belajarnya.

Haechan mengambil kertas itu, membaca isinya.

"Tidak mungkin!" serunya tidak percaya.

"Mungkin saja, Chan," Jaemin membungkus badannya dengan selimut setelah mengatakan itu.

"Tidak, tidak. Pasti ada kesalahan! Ayo, Na! Kita ke sekolah dan minta koreksi ulang," Haechan menarik selimut Jaemin, lalu berusaha menarik Jaemin.

"Tidak ada gunanya, Chan. Mommy sudah minta koreksi ulang tadi," Jaemin berujar lesu.

Jaemin sudah duduk karena tarikan Haechan tadi, sekarang Jaemin hanya menunduk. Jaemin merasa begitu kecewa dengan dirinya sendiri.

Haechan ikut mendudukan dirinya di sebelah Jaemin, menatap kertas nilai Jaemin. Sungguh tidak bisa dipercaya nilai tertinggi seorang Na Jaemin hanya 80, bahkan ada 2 mata pelajaran yang dibawah nilai minimum.

"Jangan sedih ya, Jaem. Aku tahu kau punya banyak masalah saat pekan ujian," Haechan memeluk Jaemin dari samping. "Aku akan menyeret Mark hyung ke sini untuk menghiburmu," Haechan mengeratkan pelukannya.

"Aku akan senang kalau Mark mau datang," lirih Jaemin, lalu membalas pelukan Haechan.

'Tapi tidak mungkin dia mau datang,' batin Jaemin miris.

♤♤♤

"Renjun, ada yang mencarimu,"

Renjun yang masih setengah sadar karena baru bangun dari tidur siangnya hanya menatap ayahnya kosong.

"Ada yang mencarimu, Renjun," ulang ayahnya.

"Hah? Tunggu sebentar, aku cuci muka dulu," Renjun beranjak setelah itu.

Ayahnya, Yuta, hanya geleng-geleng melihat tingkah anaknya.

Yuta turun ke bawah setelah itu, dia mau pergi ke rumah sakit tempat Winwin bekerja, mau mengajak makan siang bersama.

"Sebentar lagi Renjun akan turun," ujar Yuta pada orang yang sedang duduk di sofa ruang keluarganya.

"I-Iya, samchon," orang berujar kaku.

"Kalau begitu samchon pergi dulu ya. Tolong sampaikan pada Renjun juga,"

Orang itu membungkuk rendah.

'Kaku dan sopan, benar-benar perpaduan kedua orang tuanya,'

Yuta berlalu.

Renjun turun beberapa saat kemudian.

"Eoh? Jeno," ujarnya terkejut saat melihat orang yang mencarinya itu.

"Kau menghindariku, jadi..." Jeno mengusap tengkuknya canggung. "Chenle memberikan alamatmu,"

Renjun mendumal pelan. Aish, adik sepupunya itu benar-benar.

"Kau tidak keberatankan, Renjun?"

'Tentu sangat keberatan!'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOME [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang