51 - Complicated

664 39 0
                                    

Happy reading
***
Alfian turun dari ninja putih kesayangannya dan menghampiri kedua sahabatnya yang sudah menunggunya diluar area parkir khusus siswa.

"Yo, Al," sapa Rakha ketika Alfian sudah dekat dengannya dan Dave.

Alfian hanya mengangguk sebagai balasan, dan berjalan pelan menuju kelas.

"Dia kenapa dah?" tanya Dave bingung melihat tingkah Alfian yang tak biasanya.

Rakha mengangkat bahunya pertanda tak tahu. "Mungkin kolornya habis, jadi dia sedih karena lagi gak make kolor," ujarnya asal, lalu cengengesan mendengar jawabannya sendiri.

"Kalau beneran gak make kolor, nyeplak dong burungnya," timpal Dave, lalu ikut cengengesan.

"Gue denger," ujar Alfian tiba-tiba dengan auranya yang berwarna ungu. Kalau dalam film Naruto dan Boruto itu merupakan chakra yang jahat.

"Apa mungkin Alfian kena genjutsu dari shinobi jahat?" tanya Rakha sambil memperhatikan punggung lebar Alfian.

"Bisa jadi sih. Tapi, tenang aja, kan ada gue, Uzumaki Boruto anak dari Hokage ketujuh, Uzumaki Naruto," balas Dave dengan menyengir mencoba menyamai cengiran khasnya Boruto yang kelewat lebar seperti pantat kerbau.

Alfian yang mendengar itu, menghela nafas lelah. Punya temen kok pada gila semua?

"Kan ada gue juga, Nara Shikadai, anak dari kepercayaannya Hokage ketujuh, Nara Shikamaru." Rakha ikut mencoba gaya Shikadai yang sangat mirip Shikamaru dengan sifat pemalas, namun pintarnya itu dengan memasukkan kedua tangan kedalam saku celana, dan wajah yang bersaratkan tidak peduli khas Shikadai.

"Ka--"

"ALFIAN!!" Seorang siswa perempuan dengan  pakaiannya yang cukup mengundang perhatian mata buaya darat dan dandanannya yang mencolok berlari kecil kearahnya.

Alfian menghela nafas. "Serangga dateng," gumamnya malas.

Dave dan Rakha terkikik geli mendengarnya.

Shinta mengaitkan lengannya pada lengan Alfian yang bebas dari kaitan tas sekolahnya.
"Gimana sama ajakkan aku kemarin? Kamu mau, kan?" tanya Shinta dengan suaranya yang dibuat-buat membuat Dave dan Rakha menjadi jijik mendengarnya. Sebenarnya Alfian juga sedikit jijik mendengarnya.

Alfian membenarkan kaitan tangan kirinya pada tas sekolahnya yangs sedikit menurun dengan sedikit mendengus. "Gue gak tau. Permisi."
Setelah mengatakan itu, Alfian berlalu begitu saja tanpa menoleh pada Shinta ataupun Dave dan Rakha sekalipun. Moodnya sedang buruk pagi ini. Bahkan sejak kemarin sore, moodnya sudah memburuk. Siapa lagi kalau bukan karena Caroline?

Melihat Alfian pergi, Dave dan Rakha menyusul Alfian dengan berlari kecil.

Sebelum terlalu jauh dari Shinta, mereka berdua sedikit menoleh pada Shinta yang kebingungan ditinggal sendiri.
"Bye, chili!" Rakha melambai-lambaikan tangannya pada Shinta. Sedangkan Dave, ia hanya ikut melambai-lambaikan tangannya dengan cengengesan. Kemudian, mereka menghadap depan lagi agar tidak mengalami sesuatu yang tidak diinginkan. Contohnya, tersandung sesuatu dan berakhir mencium lantai.

"Chili?! Dia gak tau apa kalo gue itu calon pacar sahabatnya sendiri? Dasar playboy cap tayo," gerutu Shinta sebal, lalu ikut berlalu pergi. Ia ingin menuntaskan tugas-tugas yang belum diselesaikannya agar nilai rapotnya lumayan bagus daripada semester 1 kelas 10 kemarin. Walaupun aslinya dia menyuruh anak yang cupu untuk mengerjakan tugasnya, bukan dirinya yang mengerjakan.

Alfian membanting tas sekolahnya keatas mejanya dengan sedikit keras, dan duduk dikursinya sembari mengusap wajahnya dengan gusar. Moodnya sangat buruk sekali.

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang