04

347 56 6
                                    

Pada akhirnya, Yugyeom memutuskan untuk tetap menunggu Luda di tempat parkir motor Fakultas Hukum. Hari ini ia tidak ada kelas lain selain kelas pagi yang baru saja selesai beberapa jam lalu, ia bisa meluangkan seluruh waktunya untuk Luda.

"Gila gila, pentolan FT ngapain nangkring di FH? Mana pake scoopy pink lagi, ga takut harga diri lo jatoh?"

Tanpa perlu melihat, Yugyeom sudah hapal betul siapa pemilik suara itu. Si calon pengacara yang suka asal bicara, Jeon Jungkook. Selain suka asal bicara, lelaki muda itu juga suka asal bertindak, terbukti dengan sosoknya yang tanpa ijin sudah duduk di jok belakang motor Yugyeom.

"Daripada lo mempermalukan diri di sini, mending anterin gue sampe tongkrongan belakang, kangen sebats coy."

Biasanya, Yugyeom akan menganggap ide itu baik dan menyetujuinya. Namun, hari ini ia berbeda. Alih-alih mengiyakan, ia justru menjitak kepala Jungkook dan menyuruh pemuda itu turun dari motornya.

"Masa boncengan pake scoopy pink, ntar dikira humu."

Tak disangka, Jungkook kembali naik ke atas motor dan memeluk Yugyeom dari belakang. "Kalo sama Kak Yugy mah Kookie mau."

"Najis, jijik bego."

Jungkook terbahak melihat reaksi Yugyeom. Pemuda bermarga Jeon itu usilnya bukan kepalang, memang sudah hobi dan rutinitas baginya untuk membuat orang lain kesal. Lagipula, kalau urusan hati ia sudah punya sendiri, meski belum jelas sampai saat ini.

Puas tertawa, Jungkook merangkul sahabat karibnya itu. "Tapi serius deh Yug, lo tuh nungguin siapa di sini?"

"Luda." jawab Yugyeom cuek, tapi sukses membuat Jungkook ternganga.

"Elo mah, cowonya baru meninggal langsung dipepet, ngegas bener buset."

Yugyeom berdecak kesal, "Siapa yang mepet sih? Gue mau nemenin dia ke makam Hyunbin."

"Ohh, mau minta restu buat memiliki, gitu?"

"Asli minta ditampol bener mulut lo."

Jungkook hanya tertawa mendengar kekesalan Yugyeom. Setelahnya, ia tetap duduk di jok belakang motor Yugyeom, mengaku ingin menemani penantian sang sahabat.

"Ngomong-ngomong, gue kaga liat itu cewek dari tadi," gumam Jungkook. "Lo udah lama di sini?"

Yugyeom mengangguk, "Ada kali setengah jam, dia tadi masuk lagi katanya urusan cewek."

"Aaaaaaaa!"

Yugyeom, Jungkook, dan semua orang yang ada di sekitar sana sama-sama dibuat terkejut oleh teriakan yang berasal dari dalam gedung fakultas.

"Ada yang bunuh diri!"

Selama beberapa detik, Yugyeom dan Jungkook saling melempar pandang. Lantas, secara serempak, keduanya meloncat dari motor dan berlari ke dalam gedung.

ㅡ C a m p ㅡ

"Sini masuk aja, Chaey."

Eunwoo tersenyum tipis melihat Chaeyeon berdiri di depan pintunya, membawa sebuah ransel dan tas laptop. Ia mempersilakan gadis itu masuk dan duduk di ruang tamu apartemennya.

"Sori, gue masih berantakan, pake celana pendek sama kaos tidur gini," ujar Eunwoo sambil menggaruk tengkuknya malu. Chaeyeon hanya mengangguk pelan, mengisyaratkan bahwa ia tidak mempermasalahkan hal itu.

'Gapapa Woo, lo tetep cakep kok.'

"Gue mandi dulu deh ya? Lo kalo mau minum atau apa ambil aja di kulkas dapur."

"Ga usah Woo, gue cuma mau nge-copy file tugas makalah yang kemaren kok, abis itu langsung pulang," sahut Chaeyeon cepat.

"Sebentar doang kok mandinya, sekalian gue mau pergi, sekalian nganter lo pulang," ujar Eunwoo masih dengan senyum terpatri di wajah.

"Ah, tapi gue tadi ke sini sama Mingyu..." ujar Chaeyeon lirih, namun masih dapat didengar Eunwoo yang langsung kehilangan senyum.

"Oh."

Chaeyeon meringis. Apakah ia salah bicara?

"Yaudah bentar, gue ambil dulu flashdisk-nya."

Setelahnya, Chaeyeon sendirian di ruang tamu. Gadis itu membuka laptopnya. Sembari menunggu laptopnya menyala, ia mengedarkan pandang ke sekeliling, mengamati suasana apartemen Eunwoo yang kelihatan minimalis tapi memiliki interior apik.

Ia dan Eunwoo, beserta sepuluh teman mereka yang lain sudah bersahabat erat sejak awal masuk kuliah. Beberapa, seperti dirinya, Solbin, Eunha, Jihoon, Eunwoo, dan Mingyu bahkan sudah akrab dari SMA. Namun, meski telah selama itu menjalin persahabatan, Chaeyeon masih tidak bisa menembus dinding pembatas tak terlihat yang Eunwoo bangun.

Ia tak tahu apakah teman-temannya bisa, tapi yang jelas, ia tidak. Chaeyeon tak mampu melihat apa yang ada di balik tembok itu. Tembok yang Eunwoo dirikan untuk memberi batas tersendiri dalam hubungan pertemanannya. Dinding tinggi nan kokoh yang membuat lamanya persahabatan jadi tak berarti karena rasanya hubungan mereka begitu dekat, tapi juga renggang di saat yang bersamaan.

"Eh?"

Chaeyeon menaikkan kedua alisnya saat maniknya tak sengaja menangkap tas make up wanita yang tergeletak di atas meja makan. Tidak lupa dengan sebuah ponsel warna merah muda dan jaket yang tersampir di kursi.

"Ya gatau, tapi dua hari yang lalu gue sempet liat dia keluar dari dugeman deket kosan gue sama cewek bohay."

Chaeyeon tertegun. Kalimat Jungkook semalam terlintas dalam ingatannya.

Apakah itu milik perempuan dari club? Eunwoo membawanya ke rumah?

"Nih."

Chaeyeon hampir berteriak kaget ketika Eunwoo tiba-tiba muncul dan menyodorkan sebuah flashdisk. Gadis itu buru-buru menyelesaikan tujuannya datang ke sana tanpa berpikir macam-macam lagi. Lagipula, sejak awal ia tidak punya hak untuk memikirkan itu. Eunwoo bebas melakukan apa saja dalam hidupnya, termasuk mengencani beberapa wanita dan itu di luar urusannya.

Chaeyeon bukan siapa-siapa.

"Halo. Kenapa, Kook?"

"Hah?!"

Chaeyeon menoleh ke arah Eunwoo. Wajah pemuda itu tampak terkejut, kemudian berubah kaku mendengarkan ucapan dari seberang teleponnya. Bahkan hingga telepon berakhir, ekspresinya tak berubah, justru semakin keruh.

"Eunwoo, ada apa?" tanya Chaeyeon akhirnya.

"Luda... bunuh diri, Chaey..."

"HAH?!"

C a m p

Brak

"BANGSAT LO KIM DONGHAN!"

Donghan terkekeh pelan melihat sesosok pemuda kurus berseragam tahanan yang kini duduk berseberangan dengannya. Keduanya hanya dipisahkan oleh selapis kaca tebal dengan tiga lubang kecil di tengah untuk berkomunikasi.

"Oit, Kim Sanggyun. Apa kabar?"

To Be Continued

Sebagai permintaan maaf karena minggu lalu tidak update, maka hari ini double update! Semoga suka ya, thankseu!

[ 2 ] The Camp | 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang