MertuaNaruto awalnya bosan, dia hanya di kelilingi pria- pria kesepian yang berstatus calon ehem suami paksaan calon mertua angkuhnya.
Dia memutuskan untuk keliling mencicipi makanan, tanpa tahu beberapa pasang mata mengawasinya.
Naruto baru saja akan menyantap cake saat melihat calon mertua yang tak di akuinya itu tengah berdebat dengan seseorang yang tak ia kenali.
Ia menyimpan cakenya dan segera menghampiri mereka berdua, entah dorongan dari mana, ia tidak suka jika calon mertuanya meskipun masih calon itu di sakiti, tanpa berpiki lagi dia memegang tangan wanita sosialita itu dan berkata.
"Jangan menyentuh wajah cantik ibu mertuaku, dengan tangan anda yang habis menggaruk pantat. "
Wanita sosialita itu menarik tangannya, dia mendengus kasar lalu pergi begitu saja meninggalkan Naruto yang masih syok dengan ucapannya dan Mikoto yang tersenyum penuh kemenangan.
"Aku bangga padamu menantuku. "Ucap Mikoto.Kalau begini caranya dia gak bisa menghindar dari wanita tua yang terobsesi padanya. Ah... Memikirkannya Naruto pusing tujuh keliling lebih baik dia jalan-jalan cari makan, lumayan mumpung gratis kapan -kapan bisa makan enak coba.
Saat tengah asyik wisata kuliner, seorang pria tampan dewasa tapi menyebalkan berjalan ke arahnya dan mengejeknya terang-terangan.
"Wah-wah.. Lihatlah itik buruk rupa tengah cari makan. "Ucapnya tanpa dosa.
Naruto hanya mendelik, dia berusaha anggun dan tak memperdulikan pria itu, ia menahan kekesalanya agar tak menarik rambut pantat ayamnya dan mencelupkannya pada genangan coklat di depannya.
"Kau tahu saja? "Balas Naruto dengan senyum anggunnya, dia berjalan ke arah pria itu tangan mungilnya menempel di tangan kekar si pria dan
Gyuuuut...
Mata pria itu melotot sedikit, dan mengusap tangannya yang kena cubitan maut si centil berbulu pirang, Itachi tertawa pelan melihat interaksi kedua orang yang tengah di perhatikan olehnya itu.
Ia berjalan dengan langkah ringan dan gagahnya lalu berhenti di samping Naruto, lalu dia berbisik.
"Jangan terlalu banyak makan, nanti tubuhmu bulat seperti gelembung sabun. "
Naruto mendecih tapi ia tak peduli, dan melanjutkan icip-icip rasanya.
"Kalau makannya sebakul baru bisa gendut, ini cuma sesendok mana bisa. "Gerutu Naruto, yang masih terdengar oleh Itachi.
"Ya sesendok, tapi kamu rakus. "Bisik Itachi di kuping Naruto, membuat gadis itu merah.
Kelakuan mereka bertiga jadi sorotan, orang-orang yang berada di pesta, di sangka tengah merayu si pirang, padahal kedua buah Pria hasil perkawinan Fugaku dan Mikoto itu tengah menjahili target mereka.
Sedangkan Naruto dia menahan amarahnya agar tidak menendang kedua selangkangan pria itu, di tempat umum seperti ini, bisa-bisa di sebut kucing betina yang kebelet kawin.
"Ooh makasih pujiannya, aku tahu semutpun bilang aku manis kaya gula, dan cantik seperti bidadari. "
Dan tawa Itachi tak bisa di tahan lagi, dia menutup mulutnya. Tubuhnya bergetar, tanda ia menahan tawa melihat kelakuan narsis si pirang.
"Aku tahu kenapa kaasan menyukaimu, sipatmu tidak jauh beda dari kaasan. "ucap Itachi.
Naruto tidak terima dia di samakan dengan ibu-ibu angkuh itu.